Keira Nama Baru Di Kehidupan Kedua

Dion terduduk di kursinya. Matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto Keira dan Rafael. Bukan hanya karena kedekatan mereka, tapi karena identitas Rafael yang baru ia sadari: Rafael Adinata YZ, sosok di balik begitu banyak kekuasaan di industri global. Pria itu tidak pernah tampil di depan media. Jarang muncul di publik. Namun sekali namanya disebut di lingkaran atas bisnis, semua kepala menunduk.

Dan kini… Keira bersamanya.

Kedua tangannya mengepal. Bukan hanya karena cemburu—tapi karena takut.

Takut pada kebenaran yang perlahan-lahan menghantamnya: Keira bukan lagi wanita yang bisa ia injak. Bahkan sejak awal, ia tak pernah benar-benar mengenalnya.

“Bagaimana bisa... dia bersama Rafael?” gumam Dion, bingung dan marah pada dirinya sendiri.

Dalam keheningan kantor pribadinya, layar lain di meja menampilkan grafik penurunan perusahaan miliknya. Beberapa investor menarik diri secara misterius. Proyek besar yang direncanakan tahun ini ditunda. Semua terasa seperti efek domino.

Ia belum tahu bahwa sebagian dari itu adalah keputusan tidak langsung Rafael—bukan untuk membalas, tapi untuk melindungi Keira dari segala sisa ancaman.

---

Sementara itu, di sisi Keira...

Di lokasi pusat pelatihan yang akan dibangun, Keira menatap lahan kosong yang terbentang luas. Matahari sore mulai turun, cahayanya hangat menyorot wajahnya.

“Aku ingin tempat ini jadi titik balik bagi banyak perempuan,” ucapnya pelan. “Tempat mereka belajar, membangun, dan mandiri tanpa harus menjual harga diri.”

Rafael mengangguk. “Kamu bukan hanya membangun bisnis, Keira. Kamu membangun dunia.”

Keira tertawa, tapi tidak menolak pujian itu. Dalam hatinya, luka masa lalu sudah lama ia kubur. Yang tersisa kini hanyalah kekuatan untuk terus maju.

---

Malam itu, di butik "Ratu Batu & Aurora"...

Amanda menutup file terakhir untuk grand opening. Ia menatap ke sekeliling ruangan dengan kagum. Semua desain adalah hasil kerja keras Keira sendiri. Lampu kristal gantung, dinding marmer keemasan, lemari kaca khusus untuk batu langka, dan kain yang menghiasi butik dengan nuansa kerajaan.

“Tempat ini seperti simbol. Dari seorang wanita yang hancur... menjadi ratu.” bisik Amanda untuk dirinya sendiri.

Dan tanpa sepengetahuan mereka, di luar butik, seorang pria berdiri diam dalam bayang-bayang.

Wajahnya tirus, matanya kosong. Dion.

Ia tak tahu siapa pemilik toko itu, tapi setiap detail di dalamnya... aroma, warna, bahkan cara penataan...

Semuanya mengingatkannya pada Keira.

Dia menunduk, untuk pertama kalinya benar-benar sadar...

Bahwa penyesalan terbesar dalam hidupnya bukan kehilangan Keira—

Tapi mengkhianati satu-satunya orang yang benar-benar mencintainya.

Butik Ratu Batu & Aurora masih tertutup untuk publik. Namun malam itu, lampu kristal di dalam butik menyala terang. Sebuah acara kecil digelar dengan sangat privat—hanya Amanda, beberapa staf terdekat, dan sahabat lama Keira yang datang tanpa tahu apa sebenarnya yang akan diresmikan.

Keira berdiri di depan ruangan utama butik, mengenakan gaun hitam sederhana tanpa perhiasan mencolok. Rambutnya digelung elegan, hanya dihiasi sisir batu safir biru—karya pertama dari tangan Keira sendiri.

Di sampingnya, Amanda sibuk memberi arahan kepada para staf, sementara Rafael menunggu di luar dengan tenang, memastikan keamanan dan kenyamanan semua tamu.

"Kei," panggil Amanda pelan. "Mereka sudah berkumpul di dalam. Kamu siap?"

Keira menarik napas panjang. “Lebih dari siap.”

---

Di dalam butik…

Para tamu dibuat terpukau oleh interior butik yang tak hanya mewah, tapi juga sarat makna. Dinding yang dihiasi lukisan batu-batu dari berbagai negara, display khusus dengan cerita tiap batu yang digunakan—semuanya menandakan bahwa ini bukan sekadar toko perhiasan. Ini adalah rumah bagi proses panjang, keberanian, dan nilai kehidupan.

Keira melangkah maju ke tengah ruangan. Amanda mempersilakan semua tamu duduk sambil mengangguk ke arah Keira untuk memulai sambutan.

“Aku tahu ini terlihat seperti butik biasa,” ucap Keira membuka, suaranya tenang tapi tegas. “Tapi sebenarnya, tempat ini dibangun dari air mata yang pernah jatuh dan tangan-tangan perempuan yang ingin bangkit.”

Semua yang hadir terpaku.

“Butik ini bukan hanya milikku, tapi milik mereka yang tidak pernah diberi ruang untuk tumbuh. Karena itu, sebagian hasil dari tempat ini akan digunakan untuk membiayai pusat pelatihan yang saat ini sedang kami bangun.”

Amanda menahan air matanya, sementara Rafael yang kini berdiri di pojok ruangan, menatap Keira dengan bangga.

“Nama 'Ratu Batu & Aurora' bukan hanya simbol kekuatan,” lanjut Keira. “Tapi juga cahaya baru. Dan malam ini, aku persembahkan tempat ini... sebagai langkah awal dari ratusan mimpi yang akan tumbuh.”

Semua berdiri dan bertepuk tangan.

Keira tersenyum, tapi tak banyak bicara lagi. Ia lebih suka menunjukkan dengan tindakan, bukan pujian.

---

Di luar butik…

Dion berdiri jauh di seberang jalan, bersembunyi di balik mobil yang diparkir. Ia melihat orang-orang berdatangan, sebagian besar wanita dengan gaya elegan dan percaya diri. Ia tak tahu jelas apa yang terjadi, tapi hatinya sesak melihat Keira berdiri sebagai pusat perhatian, begitu tenang dan dihormati.

Dia tidak tahu kalau butik itu milik Keira. Tapi sesuatu dalam dirinya mulai menyusun puzzle itu sedikit demi sedikit.

Dan ketika ia melihat Rafael keluar untuk menjemput Keira masuk ke mobil lagi, lalu keduanya pergi bersama… Dion tahu, malam itu menandai satu hal:

Dunia Keira kini tak bisa lagi disentuhnya.

---

Di dalam mobil...

“Semua berjalan lancar,” kata Rafael, menggenggam tangan Keira.

Keira hanya mengangguk. “Aku hanya ingin semua berjalan baik. Aku tidak perlu mereka tahu siapa aku, yang penting mereka bisa merasa ini milik mereka juga.”

Rafael menatapnya dengan lembut. “Kamu tak butuh mahkota di kepala, Kei. Kamu adalah ratu—karena pilihanmu untuk tetap berdiri, meski dulu pernah diruntuhkan.”

Keira menatap ke luar jendela malam Jakarta.

“Kalau begitu, biar dunia mengenal aku… satu kebenaran pada waktunya.”

Bersambung