Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelaki egois
"Kamu sama Oma dulu sayang." Bu Suci menarik tangan Aluna pelan saat Aluna hendak mengejar Mila keluar.
Bu Suci kemudian menatap Zaki.
"Zaki, cepat kejar Mila. Ibu takut Mila di apa-apain sama si Adnan," suruh Bu Suci pada Zaki.
Zaki mengangguk. Tanpa butuh waktu lama, dia pun pergi untuk menyusul Mila ke depan.
"Mas Adnan, ngapain kamu ke sini? kenapa kamu teriak-teriak di depan rumah orang pagi-pagi gini. Malu-maluin aja sih," ucap Mila sembari membuka gerbang depan rumah Bu Suci.
Adnan menatap Mila tajam.
"Mana Aluna? berani sekali kamu bawa Aluna pergi tanpa izin dariku? kembalikan Aluna padaku?" ucap Adnan dengan nada tinggi.
"Mas, kalau aku izin dulu sama kamu, kamu belum tentu kan ngizinin aku untuk membawa Aluna. Karena selama ini kamu juga nggak pernah mengizinkan aku untuk ketemu Aluna."
"Kamu sudah berani sama aku? kamu mau macam-macam sama aku?" Adnan melotot ke arah Mila.
"Sekarang, aku nggak takut Mas sama kamu. Terserah kamu mau ngancam aku apa. Tapi aku nggak takut sama kamu...!" Mila semakin melawan.
"Dan satu hal lagi ya Mas. Aku nggak akan pernah membiarkan Aluna menderita ikut ibu tirinya."
Adnan menghela nafas dalam. Tangannya sudah mengepal geram. Rahangnya juga sudah mulai mengeras.
Tampaknya Adnan sudah tidak bisa mengendalikan emosinya. Seandainya Adnan tidak ada di depan rumah Bu Suci, mungkin Adnan sudah menampar Mila.
"Kamu...!" geram Adnan.
Di saat kemarahan Adnan sudah berada di puncaknya, Zaki keluar dari rumahnya. Dia menatap tajam ke arah Adnan dan Mila yang saat ini masih berada di depan rumah.
Zaki tampak tidak suka dengan keributan di pagi ini. Zaki juga tidak akan membiarkan Adnan berlaku kasar pada Mila.
"Maaf, bisa nggak ya, jangan teriak-teriak di rumahku," ucap Zaki sembari menghampiri Adnan.
"Kamu nggak pernah diajari sopan santun waktu sekolah? atau kamu memang sengaja ingin membuat rusuh di rumahku Adnan!" ucap Zaki setelah sampai di depan Adnan.
Adnan menatap Zaki tajam. Adnan tidak suka ada orang yang ikut campur masalahnya dengan Mila. Namun Adnan tidak mau berurusan dengan orang besar seperti Zaki.
Zaki adalah rekan bisnis bosnya Adnan di kantor. Adnan tidak akan berani macam-macam dengan Zaki karena itu bisa mengancam pekerjaannya di kantor.
"Eh, Pak Zaki. Maaf Pak kalau saya sudah ganggu kenyamanan di rumah anda. Saya fikir, anda sudah berangkat ke kantor."
"Mau saya ada di kantor, atau saya ada di rumah apa bedanya. Kamu harus jaga sikap kamu. Tidak usah teriak-teriak di depan rumah orang pagi-pagi gini," ucap Zaki sembari menunjuk Adnan dengan telunjuknya.
"Saya ke sini, cuma mau bawa Aluna. Karena dia harus berangkat sekolah."
"Aluna nggak mau ikut kamu Mas. Dia takut sama istri baru kamu," ucap Mila.
Setelah mendengar cerita Aluna kalau Monika bukan ibu tiri yang baik, Mila jadi takut untuk menyerahkan Aluna pada Adnan. Dia takut, anaknya akan disakiti oleh Monika.
"Mila, Aluna itu harus sekolah. Dan sejak kapan, Aluna takut dengan Monika. Orang selama ini mereka sudah akrab. Monika itu sudah sayang banget sama Aluna. Jadi mana mungkin sih, Monika akan jahatin anak kita. Atau mungkin, itu cuma akal-akalan kamu saja, agar kamu bisa merebut Aluna dariku," ucap Adnan yang masih tidak mau kalah dengan mantan istrinya.
"Monika sayang sama Aluna kalau di depan kamu aja Mas. Tapi dia jahat sama Aluna kalau dibelakang kamu. Kamu jangan melihat hanya dari satu sisi saja. Kamu juga harus melihat dari sisi yang lain. Kamu jangan mudah terhasut oleh Monika dong Mas. Sekali-kali kamu dengarin anak kamu."
Adnan tersenyum kecut. Percuma juga Mila panjang-panjang bicara, karena Adnan pun tidak akan pernah mempercayai ucapannya.
"Aku nggak percaya kalau soal itu. Karena aku lebih kenal Monika dari pada kamu. Aku tahu, kamu itu iri sama Monika, karena Monika sekarang sudah menjadi istriku."
"Apa! iri? untuk apa aku iri sama Monika. Asal kamu tahu ya Mas, sekarang aku udah nggak punya perasaan apa-apa sama kamu. Jadi mau kamu nikah sama siapapun itu sudah bukan urusan aku lagi."
Di saat Adnan dan Mila sedang bersitegang, Bu Suci keluar dari rumahnya. Bu Suci sudah geram dengan Adnan sejak tadi. Karena dari kemarin Adnan selalu membuat keributan di rumahnya.
Bu Suci juga tidak akan membiarkan Adnan berlaku seenaknya pada Mila dan Aluna. Bu Suci buru-buru menghampiri Adnan.
"Adnan. Biarkan saja untuk sementara Aluna tinggal di sini. Dia masih kangen sama ibunya. Biarkan Aluna sama Mila dulu. Mau sampai kapan kamu menghalangi Aluna untuk ketemu Mila. Kamu itu pengantin baru, seharusnya kamu urus saja istri baru kamu itu," ucap Bu Suci tiba-tiba.
"Bu Suci, saya cuma..."
"Cuma apa Adnan. Kamu jangan egois dong. Kasih kesempatan untuk Mila dekat dengan anaknya. Saya tahu, kalau selama ini kamu itu selalu menghalangi Mila untuk ketemu Aluna. Dan sekarang kamu sudah punya istri. Berikanlah kebebasan untuk Mila bertemu anaknya. Dan fokuslah kamu terhadap istri barumu," ucap Bu Suci lagi.
Adnan yang sudah merasa kalah karena di keroyok oleh Mila, Bu Suci, dan Zaki, akhirnya pergi meninggalkan rumah Bu Suci.
Tanpa banyak bicara, dia masuk ke dalam mobilnya dan meluncur pergi meninggalkan rumah Bu Suci.
"Dasar orang aneh. Maunya apa sih dia," ucap Bu Suci penuh rasa kesal.
"Dia memang harus digituin Ma. Kalau nggak, dia akan seenaknya saja sama Mila," ucap Zaki.
Zaki dan Bu Suci menatap Mila lekat.
"Mila, ibu mau berangkat dulu ya. Kamu jaga Aluna dan jaga rumah baik-baik. Kamu nggak usah pergi jauh-jauh, ibu takut lelaki itu datang lagi dan bawa anak kamu pergi. Bisa saja setelah itu dia jadi lebih membatasi kamu untuk bertemu dengan Aluna," ucap Bu Suci sebelum pergi meninggalkan Mila.
"Iya Bu. Hati-hati di jalan ya Bu, Mas."
Setelah berpamitan pada Mila, Zaki dan Bu Suci kemudian pergi ke garasi untuk mengambil mobilnya. Setelah itu mereka pun meluncur pergi meninggalkan rumah dan menuju ke kantornya.
Setelah kepergian Adnan, Bu Suci, dan Zaki, Mila masuk ke dalam rumahnya. dia kemudian menghampiri anaknya di kamar.
"Sayang, kamu nggak usah takut ya. Papa kamu sudah pergi kok."
"Mama, aku nggak mau pulang. Aku mau di sini aja Ma. Aku takut sama Tante Monika."
"Iya. Kamu nggak perlu takut. Mulai sekarang kamu akan tinggal sama mama terus di sini. Kamu aman di sini sayang. Bu Suci dan Om Zaki, mereka pasti akan mengizinkan kamu untuk tinggal bareng Mama."
"Makasih ya Ma," ucap Aluna.
"Iya sayang." Mila meraih kepala Aluna dan menenggelamkannya ke dalam pelukannya.
****
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^