Masa Lalu Kelam Gadis - 058

Baru saja Selva merasakan jatuh cinta setelah sekian lama, Hatinya layu sebelum berkembang. Ia kembali menutup pintu dan menyadari bahwa dirinya memang tidak pantas berharap pada Marvin yang tidak memiliki masa lalu kelam sepertinya.

Tidak mau larut dalam kesedihannya. Selva menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Ia berusaha keras menepis perasaan sedihnya dan kembali berbaring memejamkan mata hingga akhirnya ia benar-benar bisa tertidur.

•••

Keesokan harinya, Selva berencana mencari pekerjaan untuk biaya hidupnya sehari-hari. Ia tidak ingin kembali terperosok ke dalam lembah kehinaan karena terlalu mengikuti perasaan cintanya seperti yang ia lakukan dulu. Meskipun itu sangatlah tidak mudah dilakukan, Tapi Selva berusaha keras dan menyiapkan diri jika bertemu dengan Marvin nanti.

Ckleekkk...

Setelah kunci terbuka, Selva tidak langsung keluar dari kamarnya.

Ia kembali mengatur nafasnya lalu membuka pintu secara perlahan.

Ia melihat ke kamar Galvin dengan pintu yang masih tertutup rapat, Meskipun hatinya merasa lega karena tidak berpapasan dengan Marvin. Namun di hatinya merasa sedikit kecewa karena tidak melihat pujaan hatinya.

Selva kembali mearik nafas dalam-dalam dan bergegas meninggalkan kamar. Baru saja ia menuruni tangga. Terdengar suara langkah Marvin berlari dan memanggil namanya.

"Selvaaa..."

Selva menoleh sesaat, Melihat Marvin yang semakin dekat, Selva mempercepat langkahnya mencoba menghindarinya.

"Selva... Selva... Gadis lima lapan..." Marvin terus mengejar dan menghentikan Selva dengan menarik tangannya.

"Ada apa dengan mu, Kenapa melarikan diri dariku?" tanya Marvin bingung.

"Pikir saja sendiri!"

Marvin mengernyitkan keningnya, Berpikir kesalahan apa yang ia buat sehingga membuat Selva marah. Tidak dapat menemukan jawaban atas pertanyaannya. Marvin kembali mengejar Selva.

"Selva... Katakan apa salahku, Jika kamu tidak bicara bagaimana Aku tau apa kesalahan ku?"

"Ada apa ini?" tanya pacar Ajeng menuruni anak tangga dimana Marvin dan Selva berdiri.

"Nggak usah ikut campur," ucap Marvin sembari memberikan jalan untuknya. Namun pacar Ajeng tidak mau pergi dan justru mendekati Selva.

"Jika kamu tidak ingin pergi dengannya, Kamu bisa pergi dengan ku," rayunya.

"Gue bilang jangan ikut campur!" tegas Marvin menyingkirkan pacar Ajeng dengan sedikit mendorong bagian perutnya. Membuat pria berkulit gelap itu langsung membalas secara kasar.

"Apa Aku tanya pendapatmu?" tanya pria itu sambil mencengkram kerah baju Marvin dan memepetnya ke teralis pembatas tangga.

"Hentikan! Apa-apaan kalian!" tegas Selva melerai keduanya.

"Ada apa ini?" tanya Ajeng yang baru datang menyusul kekasihnya.

"Bawa dia jauh-jauh dari sini dan suruh jaga pandangannya!" tegas Marvin.

Melihat Selva, Ajeng menghentakkan kakinya kesal dan menarik pacarnya untuk pergi meninggalkan mereka.

Setelah mereka pergi, Selva dan Marvin saling memandang sesaat sebelum akhirnya Marvin memarahi Selva. "Kamu lihat apa yang terjadi karena sikap mu?"

"Apa?! Aku tidak melakukan apapun."

"Tidak melakukan apa-apa gimana, Kamu tidak lihat bagaimana cowok tengik itu menatapmu?"

"Trs apa itu jadi salahku, Kamu saja membawa wanita ke kamar mu tidak masalah. Lalu kenapa..." Selva menghentikan ucapannya menyadari ia kelepasan bicara.

"Tunggu..." Marvin menatap Selva yang kini mengalihkan pandangannya kesana-kemari.

"Jadi kamu bersikap seperti ini karena merasa cemburu?" goda Marvin.

"Apa ini artinya kamu menyukaiku?" lanjutannya lagi.

"M-mana ada, Gak ada yang kaya gitu, Mana mungkin Aku suka sama cowok nyebelin kayak kamu."

"Hmm... Jadi Aku nyebelin? Baiklah tidak masalah, Kalau begitu Aku akan menelponya untuk kembali datang kemari." Marvin mengeluarkan ponselnya dan mencari nama yang ada di daftar kontaknya. Membuat Selva semakin kesal dan pergi meninggalkan Marvin.

"Hey... Gadis lima lapan, Kenapa kamu menghindar dariku, Apa kamu tidak ingin mengenal wanita yang ku ajak masuk ke kamar ku?" Marvin terus tertawa menggoda Selva yang hanya menoleh dan mendengkus kesal padanya.

Bersambung...