Tidak ada yang lebih menyakitkan dari penghianatan oleh orang-orang yang kita cintai. Namun hal ini harus dirasakan oleh Amira Febriana Tridigara, Seorang istri yang harus menerima penghianatan besar dari suami dan gadis muda yang telah di rawatnya sejak masih Bayi.
Akankah Amira memaafkan penghianatan itu, Atau justru membalas penghianatan mereka dengan sangat kejam?
Add FB : I'tsmenoor
Follow Instagram : @_itsmenoor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah Bercerai
Sesampainya di rumah yang ia sewa bersama Sherly, Sofyan langsung membanting semua barang-barang yang ada di depannya. Ia terus meluapkan kekesalannya pada barang-barang yang belum lama ini ia beli untuk melengkapi rumah sewa tersebut.
"Aaarrrrhhhhh... Bareng*sek...!!!" teriak Sofyan mengingat apa yang Amira katakan.
"Mas Chalid..." Sherly yang baru pulang cukup di buat terkejut melihat rumah yang kini seperti kapal pecah.
"Apa yang terjadi, Kenapa Mas membanting semua barang-barang?"
Sofyan menoleh ke arah pintu dimana Sherly tengah berdiri. Melihat Sherly menenteng begitu banyak belanjaan, Sofyan semakin marah dan menyeretnya masuk dengan kasar.
"Apa kamu baru belanja lagi? Bukankah baru Minggu kemarin kamu berbelanja?"
"Iya, Tapiii..."
"Tapi apa! Kerjaan mu hanya menghabiskan uangku saja, Apa kamu tau sekarang Aku tengah dalam kesulitan, Uang tabungan ku mulai menipis, Bahkan mobil yang ku gunakan harus di jual untuk di bagi dua bersama Amira!"
"Apa!? Jika mobil di jual, Mas Chalid gak punya mobil dong?"
"Aku bisa membeli kembali dengan hasil penjualan rumah, Tapi setelah itu kita mau tinggal dimana, Aku tidak mau selamanya tinggal di rumah sewa ini!"
"Jadi maksud Mas Chalid jika Mas Chalid bisa beli rumah tidak bisa beli mobil, Dan jika bisa beli mobil tidak bisa beli rumah?" Sherly terus memastikan seolah ia tidak ingin hidup susah bersama Sofyan.
"Aku bisa membeli keduanya asal bukan rumah dan mobil mewah, Itupun akan..." Sofyan menjeda ucapannya ketika mendengar dering telpon nya.
"Hallo Sofyan, Datang sekarang ke perusahaan!" tegas seorang pria dari ujung telpon.
"A-ada apa Pak, Bukankah Aku sudah meminta izin untuk tidak masuk kerja?"
"Aku tidak peduli itu. Yang jelas kamu harus datang sekarang juga!"
"E-iya Pak, Saya akan segera datang."
Setelah telpon berakhir Sofyan merasa gusar memikirkan apa yang membuat atasannya memanggilnya tanpa mau menundanya besok. Namun ditengah kegusaran yang dirasakan Sofyan tidak membuat Sherly memahaminya, Justru Sherly terus mendesak Sofyan untuk meneruskan penjelasan yang tadi terhenti karena dering telponnya.
"Tadi Mas Chalid belum selesai menjelaskan, Tadi Mas bilang, Mas bisa membeli mobil dan rumah asal bukan mobil dan rumah mewah Itupun akan... Akan apa Mas, Mas belum selesai menjelaskan?"
"Sherly tidak bisakah kamu memahami ku sedikit saja, Atasan ku menelpon dengan nada bicara yang marah, Ntah apalagi yang akan terjadi dengan ku!"
"Tapi Mas... Mas..." Sherly mencoba menghentikan Sofyan yang ingin bergegas pergi. Namun dengan sedikit kasar Sofyan menyingkirkan tangan Sherly yang memegangi lengannya. Kemudian dengan mengendarai mobilnya Sofyan pergi menuju perusahaan dimana ia bekerja.
•••
Ammar yang mendengar kabar jika Amira telah resmi bercerai dengan Sofyan tidak dapat menahan diri lagi untuk menemui Amira.
Memang sepanjang proses perceraiannya kemarin, Amira meminta Ammar tidak lagi datang menemuinya dengan alasan tidak ingin ada seseorang yang mengira perceraiannya dengan Sofyan karena adanya orang ketiga dari pihak Amira. Meskipun dengan berat hati, Ammar menyetujuinya demi memperlancar proses perceraian Amira dan Sofyan.
Selama kurang lebih tiga bertemu secara langsung, Ammar merasakan kerinduan yang luar biasa pada Amira, Ia tidak bisa lagi menyangkal perasaan cinta yang tumbuh subur dalam hatinya. Bahkan saking tak bisa menahan rindunya, Ammar seringkali menatap Amira dari kejauhan tanpa sepengetahuannya. Ammar juga memperhatikan setiap gerak gerik Amira, Bahkan ketika di tengah malam pada saat Amira ngidam dan mencari mangga muda, Secara diam-diam Ammar mengikutinya dan memastikan Amira kembali dengan selamat.
Kini semua itu telah berlalu, Dengan penuh semangat dan harapan baru, Ammar mendatangi butik untuk menemui Amira dan sekaligus ingin mengutarakan perasaannya. Namun hari itu Amira tidak datang ke butik sehingga Ammar harus kembali menahan rasa rindunya untuk beberapa waktu yang akan datang.
Bersambung...