Sebelum lanjut membaca di sarankan membaca (Terjebak pernikahan dingin) kali ini menceritakan pasal pernikahan kedua yang mangakibatkan banyaknya prahara dalam rumah tangga Raditya bersama kedua istri. Memiliki dua wanita sekaligus tidak lantas membuat Raditya bahagia, justru akan membuatnya terjerat benang mereh. Dan bagaimana proses yang harus di lewati Liona selaku istri pertama? lalu sikap apa yang akan Zahra perlihatkan sebagai istri kedua Raditya? ikuti terus kelanjutkan kisah mereka, jangan sampai lupa like and tanda hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nur Hastaman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Banyak Meninggalkan Luka
"Tabahkan hatimu, nak. Semua terjadi atas kehendak-Nya" Seorang wanita paruh baya senantiasa menggandeng lengan Liona tanpa lenggang sedikitpun. Raut kesedihan terpancar jelas dari wajah Liona, begitu pula dengan anggota keluarga. Mereka tidak pernah menyangka garis hidup Raditya hanya ssampai di sini.
(Aku sudah memaafkan kamu, mas. Selamat jalan, semoga kamu bahagia di sisi Tuhan) gumam Ridwan sembari terus menatap keranda jenazah berisikan tubuh sang kakak. Sesakit apapun hatinya pasti akan sangat merasa kehilangan saat mata terprjam selamanya. Tanpa sadar derai air mata mewarnai jalannya prosesi pemakaman.
"Raditya anakku, ibu sudah memafkan semua kesalahanmu, sayang. Buka matamu Raditya dan lihat ibumu ada di sampingmu, ayo nak bangun kita pulang sekarang. Ibu janji tidak akan meninggalkan kamu lagi, Nanti ibu masakin makanan kesukaan kamu" Antara sadar dan tidak, Ibu Rohaya meracau tiada henti di samping keranda sang putra. Seorang ibu tidak akan menyimpan dendam sedikitpun kepada anaknya, sebesar apapun kesalahan itu. Kehilangan seorang anak sama halnya kehilangan pondasi hidup, yang mungkin akan sulit untuk meneduni seiri rumah.
Zaky menyentuh pundak sang ibu seraya berkata "Istigfar, buk. Semua titipan-Nya akan tiba masa tuk kembali. Ikhlaskan dia pulang supaya di lapangkan jalan menuju Rob-Nya." meski hatinya juga sedih tapi Zaky berusaha tabah demi menguatkan keluarganya. Kalau bukan dia lalu siapa lagi yang bisa menguatkan ibu Rohaya.
"Biarkan anakmu tenang di alamnya sekarang buk, semua orang pasti akan mengalami hal yang sama. Doakan saja yang terbaik untuknya" Bisik Zaky sembari melantunkan ayat suci untuk membuat tenang hati sang ibu. Setelah merasa lebih tenang, akhirnya ibu Rohaya bisa sedikit legowo menerima kenyataan bahwa putranya telah kembali ke rahmatullah.
Mereka bersama sama menyaksikan seseorang kembali pulang ke pangkuan sang maha kuasa. Ketika nyawa tak lagi bersatu dengan raga, maka menangisinya adalah percuma.
"Dulu aja pas masih hidup kendaraannya mobil mewah, eh pas meninggal kereta roda manusia" bisik salah satu peziarah.
Semasa hidup seseorang mungkin bisa mengendarai mobil mewah, motor gede dan lain sebagainya. Tapi, ketika dia kembali pulang kendaraan berganti menjadi kereta roda manusia. Harta dan kekayaan di tinggalkan ketika kita di panggil untuk pulang.
"Sayang....minum dulu nak" Ibu kandung Liona mencoba memberinya minum tapi di tolak olehnya. Sejak nafas suaminya tak lagi berhembus selama itu pula mulut Liona tertutup rapat, dunia seolah runtuh dalam lima menit. Semua kehidupan nampak semu tanpa warna sedikitpun. Tangisnya sampai tak mengeluarkan suara, dan bahkan jiwanya entah hilang entah kemana.
"Buk, tolong hentikan air mata ibu, kasihan mbak Liona pasti dia sangat terpukul. Kuatkan dia juga buk jangan sampai fisiknya ikut lemah atas kepergian mas Raditya, tidak baik dampaknya dagi ibu hamil sepertinya. Sekarang ini mbak Liona lagi butuh banget dukungan dari keluarga...." Ucap Ridwan. Melihat wajah pucat tanpa ekspresi itu membuat Ridwan begitu menaruh simpati pada sang kakak ipar. Begitu banyak penderitaan yang telah Liona jalani selama hidup bersama dengan Raditya, tapi dia masih dengan penderiannya. Meski begitu banyak menanggung luka tapi dia tetap berada di sisi Raditya sampai nafas terakhirnya. Lingkaran cekung pada kedua mata memperlihatkan seberapa banyak air matanya tumpah atas kehilangan orang paling penting dalam hidup Liona. Kalau waktu bisa berhenti sekarang juga ia akan menghentikan waktu dan memilih pergi bersama sang suami.
Ibu Rohaya lalu menghapiri Liona yang berdiri tidak jauh dari beliau, Liona tengah bersama ibu kandungnya dan juga Kinanti. Mereka nampak selalu menghimpit Liona untuk memberinya suport.
"Mas Raditya....." Liona berteriak sekuat tenaga saat jenazah suaminya memasuki liang lahat "Lepaskan aku biarkan aku ikut dengan mas Raditya..." Berusaha melepaskan tangan mereka dari lengannya supaya bisa ikut masuk bersama Raditya.
Ibu Rohaya lalu menghamliri sang menantu, dia nampak memeluknya erat "Istigfar, nak. Kita manusia kupunyaan Allah sudah semestinya kita ikhlaskan Raditya kembali pada Rob-Nya. Jangan beratkan langkah suamimu nak biarkan dia tenang di sisi Allah" Bisik beliau sembari terus memeluk Liona.
"Tidak buk, mas Raditya itu masih hidup. Dia hanya tertidur sebentar, tolong bangunkan suamiku kasihan suamiku di bawah sana. Bagiamana kalau dia susah bernafas....." Suara Liona semakin melemah seiring berjalannya waktu. Semua orang ikut merasakan bagaimana penderitanan yang Liona alami. Hampir semua orang menatap Liona dengan berderai air mata. Seorang wanita hamil harus menerima kenyataan pahit si tinggalkan suaminya.
"Tenangkan dirimu, anakku. Suamimu sudah kembali pada sang pencipta jangan kau beratkan langkahnya....." Sang ibu Kandung mengusap wajah sang putri dengan penuh kasih sayang. Ucapan seperti apapun tidak akan membuatnya mengerti karena saat ini hatinya begitu hancur.
Setelah itu Zaky turun ke liang lahat dan mengazani adik kandungnya. Suara parau penuh kesedihan masih terdengar begitu menyayat kalbu. Untuk terkahir kalinya seorang kakak harus melepaskan kepergian sang adik untuk selama lamanya. Dari awal mengazani sampai selesai jantung terasa berdegup kencang dan air mata menetes tak tertahankan.
Dari jauh Bramantio terus mengamati Liona takut terjadi hal buruk kepadanya dan juga janin yang tengah di kandung. Tatapan mata tak lepas dari wajah wanita yang saat ini menangis pilu mengiringi prosesi pemakaman sang suami.
Liona baru saja merasakan kehangatan, cintq, dan kasoh sayang sang suami, kini harus kembali menerima kenyataan untuk berpisah selama lamanya.
Usai azan berkumandang, Zaky lalu kembali keluar. Tiba tiba saja Liona mengibaskan tangan mereka semua lalu berlari masuk ke dalam liang lahat, di mana suaminya berada sekarang ini.
Semua orang ikut menjerit melihat Liona langsung masuk begitu saja. Entah dia mendapat kekuatan dari mana sampai dia bisa melepaskan diri dari dekapan orang orang di dekatnya.
"Mas.....buka matamu, mas. Jangan tinggalkan aku dan anak kita. Tolong keluarkan suamiku dari sini, dia masih hidup. Dia pasti ketakutan kalau harus tinggal di ruangan pengap seperti ini,tolong keluarkan dia dari sini" menunduk melihat wajah suaminya yang telah di buka tali pocongnya hingga nampak terlihat wajah penuh luka lebam itu.
"Liona keluar sayang jangan seperti itu, nak. Kasihani suamimu, nak. Ayo naik sayang" uluran tangan sang ibu tidak lagi ia hiraukan.
Ibu Rohaya ikut menangis histeris melihat menantunya begitu merasakan kehilangan suami. Sigap Kinanti memeluk sang ibu mertua "Istigfar ibu, istigfar" Tak lama Ibu Rohaya jatuh pingsan. Suasana jadi tidak terkrndali smapai yang tadinya prosesi berjalan dengan lancar harus terhambat oleh kejadian demi kejadian.
Menguspa kening Raditya untuk yang terakhir kalinya. Tiba tiba saja Bramantio langsung masuk dan mengeluarkan Liona dari liang lahat. Di peluknya Liona erat "Please, tenangkan dirimu." Liona terus memberintak dengan memukul badan Bramantio sekuat mungkin.
"Segera lakukan prosesi pemakaman" Ujar Zaky mengutus para penggali kubur untuk segera mengebumikan Raditya.
"Tidak......jangan" Teriak Liona sampai urat leher terlihat jelas. Suaranya mulai serak.
sekarang wanita tangguh2 sentil buang😏