Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 30. Rencana Triplet
Tepat waktu makan malam kedua bocah kembar itu sampai di rumah. Keduanya masuk ke rumah dengan senyuman yang amat lebar. Mereka pun mengucap salam bersamaan.
" Assalamualaikum…."
" Waalaikumsalam….."
" Wuih… kenapa nih tumben pulang telat tetap senyum sepsodent."
" Apa itu sepsodent yah…."
" Itu lho pasta gigi ayah."
Semua orang tertawa mendengar selorohan Rama. Akhza dan Abra pun bergantian mencium tangan Rama dan Sita. Setelah mencuci tangan, mereka pun segera duduk untuk makan malam.
" Wuihhh kayaknya enak nih."
Mata Akhza berbinar melihat menu makanan yang tersaji di meja. Benar benar aroma masakan di atas meja tersebut meningkatkan selera makannya.
" Semua adek lho yang masak."
" Serius mom, wuihhh pinter. Mas ada hadiah nanti buat adek."
" Hadiah apa. Sekarang aja…"
" No...no...no… kita makan dulu aja."
Ana memberengut, ia sudah sangat penasaran mengenai hadiah yang Abra katakan. Namun ia pun mengalah, pasalnya perutnya juga sudah lapar dan minta untuk di isi.
Mereka berlima makan dengan hikmat. Untuk ukuran newbie, masakan Ana lumayan enak. Rama pun tersenyum ke araj sang putri saat selesai makan.
" Anak ayah pinter masaknya. Udah pantes nih jadi istri."
" No…..!!!"
Bukannya Ana yang menjawab melainkan Akhza dan Abra yang berteriak lantang. Rama, Sita, dan Ana mengernyitkan kening mereka mendengar kalimat penolakan dari kedua bocah itu.
" Kenapa kok kakak sama mas nggak seneng gitu. Mana kenceng banget kali nolaknya."
" Nih ya Ana dengerin kakak, Ana itu bungsu jadi nikahnya ya kudu terakhir setelah kami menikah duluan. Begitu kan Ra."
" Yoi kak… kami nggak terima langkah langkah an oke…"
Rama dan Sita saling pandang, lalu sedetik kemudian mereka tertawa.
" Iya… nanti Akhza dan Abra yang menikah duluan. Bila perlu kalian bertiga nikahannya bareng. Biar sekalian capek mommy sama ayah nya."
Rama tergelak mendengar penuturan sang istri. Mereka pun bantu membantu merapikan meja makan setelah selesai dengan makan malam . Semenjak tidak bekerja Sita memang mengurus rumah sendiri tanpa dibantu oleh art. Hanya sesekali ia memanggil jasa kebersihan untuk membersihkan seluruh rumah hingga ke detail detail nya.
Sita pun mengajak anak anak mereka untuk mandiri, seperti mencuci baju mereka sendiri. Dan anak anak merasa senang melakukan hal tersebut, mereka tidak ada yang protes.
*
*
*
Berada di kamar kini triple A berada. Ana tengah merapikan buku bukunya. Sedangkan Ahza dan Abra berada di atas ranjang milik Ana. Abra tengah membuka tablet miliknya, ia akan menunjukkan email Kai kepada Ana.
" Dek… sini deh…"
Ana beranjak dari tempat tidurnya dan langsung nyempil di tengah. Ia merangsek duduk diantara Akhza dan Abra.
" Apa sih…."
Abra memberikan tabletnya kepada Ana. Seketika mata Ana berbinar, ia hendak berteriak namun secepat kilat Akhza dan Abra membungkam mulut Ana dengan tangan mereka.
" Stttt…. Jangan teriak nanti mommy dan ayah denger."
Ana mengangguk, Akhza dan Abra pun menarik tangan mereka.
" Ini bener alamat abang?"
" Yoi… nih sekalian lihat dimana kota M itu."
Mata Ana mengikuti tangan Abra yang menggeser layar tablet. Ana sungguh antusias.
" Mas… Kak… ini kotanya seru kayaknya.. Masih asri gitu, banyak tempat wisata lagi... Kesana yuk… tapi naik apa ya."
" Bus….
Ana melongo mendengar kedua saudara kembarnya kompak mengatakan Bus.
" Are you serious?"
" Yes… why not. Kita akan menyamar sebagai turis backpacker. Muka kita mendukung kayaknya."
" Iyap, kakak setuju usul Abra. Kamu gimana?"
Ana berpikir sejenak. Tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru. Bisa untuk pengalaman juga.
" Disana sudah ada ojek online kan ya?"
" Kayaknya udah An, kenapa emangnya?"
" Ya untuk ke lokasi di alamat lah mas. Masa gitu aja mas abra nggak tahu."
Abra manggut manggut, ia dang sang kakak tidak pernah berpikir sejauh itu malah.
" Kau pintar An, nah tugasmu minta izin sama ayah and mommy."
" What… why me?"
" Karena mommy dan ayah tidak akan banyak tanya jika kamu yang minta izin."
Lagi lagi Ana memberengut. Ia merasa dimanfaatkan oleh kedua saudara kembarnya itu.
" Fine… terus apa alasannya."
Ketiga nya kini terdiam. Mencoba membuat alasan kepergian mereka yang tentunya harus masuk akal jika ingin mendapatkan izin.
"Aaah… bagaimana kalau kita bilang ingin ikut trip pendakian gunung S. Gunung tertinggi ke 3 di pulau Jawa. Gunung itu kan letaknya di kota M."
" Brilliant…. Kamu memang bisa diandalkan dek."
Ketiganya tersenyum puas. Mereka akhirnya bisa menemukan alasan yang masuk akal.
" Kak… besok kita ke Naure Outdoor yuk. Itu lho toko merk outdoor milik om Juna sahabat ayah."
" I know, but for what?"
" Ana mau beli SB ( sleeping bag). Sapa tahu kan kita bakal buka tenda trus tidur di tenda kan?"
Akhza dan Abra mengangguk setuju. Hal tersebut juga semakin menguatkan alibi mereka untuk melakukan pendakian.
" Terus kak… kapan kita akan berangkat?"
" Hari jumat sore gimana? Besok kita pesan tiket secara online aja."
Mereka bertiga sepakat untuk pergi ke kota M. Dan besok pagi mereka akan meminta izin kepada kedua orang tuanya.
🍀🍀🍀
Ana sedang mengumpulkan niat untuk berbicara dengan mommy dan ayahnya. Seumur umur baru kali ini ia akan berbohong. Tangan Ana berkeringat dingin.
Akhza yang mengetahui Ana begitu gugu hanya bisa membuang nafasnya kasar. Sedangkan Abra memberanikan diri untuk membuka mulutnya memulai sebuah pembicaraan.
" Mom, Yah, kami mau minta izin."
Ana sungguh terkejut mendengar mas nya berbicara. Nampaknya saudara kembar nya tahu kegugupannya saat ini.
" Kemana?"
" Itu yah, kami mau ikut trip pendakian ke kota M."
" Oh… ya udah ikut aja. Ke gunung mana?"
" Gunung S yah, yang katanya tertinggi ke 3 di pulau Jawa."
Rama hanya mengangguk angguk kan kepala sedangkan ketiga anaknya sedikit bingung dengan reaksi sang ayah yang biasa biasa saja. Ketiganya pun saling pandang, mencoba mencari keyakinan masing masing dari ucapan sang ayah.
" Mommy kasih izin."
" He hem… kalau ayah sudah kasih izin ya mommy pasti ngizinin kok."
" Yes…." Ketiga nya bersorak tenang. Mereka pun segera menghabiskan sarapan dan berpamitan ke kampus.
Setelah triplet pergi Rama dan Sita tersenyum Smirk.
" Mereka masih terlalu muda untuk menipu kita sayang."
" Hahahah iya mas. Haish… apakah kita akan diam diam mengikuti mereka nanti?"
" Entahlah…. Kita lihat saja nanti."
Ternyata Rama dan Sita begitu tenang karena mereka sudah tahu rencana triplet yang akan mengunjungi Kai. Sepasang suami istri itu tidak sengaja mencuri dengar saat keduanya melintas di depan kamar sang putri.
Tadinya Sita ingin langsung masuk dan menanyakan keberadaan Kai kepada bocah bocah kembar itu. Namun Rama menggelengkan kepalanya. Mereka akan berpura pura tidak tahu dengan rencana ketiga anak kembar mereka tersebut.
TBC
Sedikit catatan kalau ada yang bingung ya mengenai panggilan Ana ke kakak kakak nya.
Ana ke Kai \=Abang. Ana ke Akhza \= Kakak. Ana ke Abra \= Mas.