NovelToon NovelToon
Janda Kesayangan CEO Bucin

Janda Kesayangan CEO Bucin

Status: tamat
Genre:CEO / Janda / Kehidupan di Kantor / Romansa / Tamat
Popularitas:314.1k
Nilai: 5
Nama Author: ZiOzil

Ruby baru saja bercerai dari suaminya, dan dia memutuskan untuk menghibur diri bersama kedua sahabatnya di sebuah bar.

Tapi sebuah kejadian konyol di dalam toilet bar mempertemukan Ruby dengan Dinan dan lelaki tampan itu meminta pertanggungjawaban Ruby. Tak ingin terlibat masalah, Ruby pun memilih untuk kabur dari Dinan.

Seminggu kemudian mereka bertemu lagi, dan sialnya ternyata Dinan adalah CEO di perusahaan tempat Ruby bekerja. Namun Dinan terlihat seperti tidak mengingat Ruby.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Nantikan kisah seru mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZiOzil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 30.

Begitu tiba di depan kamar 134, Ruby langsung mengetuk pintu dengan tidak sabar. “Mas, buka pintunya!!”

Tapi lagi-lagi tak ada sahutan, pintu juga masih tertutup rapat.

Tak ingin menyerah, Ruby kembali mengetuk pintu dan berteriak. “Mas Dinan! Cepat buka pintunya!”

Tak berapa lama, pintu bercat putih itu pun terbuka. Dinan berdiri di depan Ruby dengan wajah mengantuk dan rambut acak-acakan, bahkan kemeja yang dia kenakan sejak semalam juga terlihat kusut.

“Kamu sudah bangun rupanya.” Ujar Dinan sambil berbalik, kemudian berjalan kembali menuju ranjang.

Meskipun Dinan tak mempersilakannya masuk, Ruby tetap menyelonong.

“Mas, saya mau bicara!”

“Itu kan sudah bicara.” Sahut Dinan malas, sepertinya pria rupawan itu masih sangat mengantuk.

“Mas saya serius! Saya tidak terima dengan yang Mas lakukan pada saya, jangan karena saya seorang janda, jadi Mas bisa seenaknya melecehkan dan menyentuh saya! Saya bukan wanita murahan, Mas!” Sungut Ruby, air matanya jatuh menetes.

Dinan sontak berbalik menatap Ruby yang kini menangis di hadapannya, rasa kantuknya mendadak hilang.

“Kamu ini bicara apa? Siapa yang melecehkan dan menyentuhmu? Jangan sembarangan!”

“Lalu bagaimana bisa saya terbangun dalam keadaan telanjang? Dan Mas malah sengaja menyewa kamar lain untuk menghindari saya. Iya, kan?” Ruby berbicara dengan terisak-isak.

“Astaga, kamu salah paham! Semalam kamu sendiri yang melepas pakaianmu, saya sudah mencoba melarangnya, tapi kamu tetap lakukan karena merasa kegerahan. Saya justru menyelimuti kamu agar tidak masuk angin.”

Ruby tercengang mendengar pengakuan Dinan. “Benarkah begitu? Mas tidak bohong, kan?”

“Saya berani bersumpah, saya tidak melakukan yang kamu tuduhkan. Memangnya saya lelaki apaan.”

“Berarti Mas melihat tubuh saya tanpa pakaian?” Wajah Ruby merah menahan malu.

Dinan mengangguk. “Tapi saat saya keluar, kamu masih memakai dalaman, kok.”

“Ya Tuhan.” Ruby menutup mulutnya dengan tangan.

“Makanya saya sengaja memesan kamar lain untuk menghindari kekhilafan, karena saya pasti tidak tahan jika terus berada sekamar dengan kamu. Bagaimana pun juga saya ini masih normal.”

“Semalam kamu mabuk berat dan benar-benar tidak sadar dengan apa yang kamu lakukan, bahkan saya harus menggendong mu sampai ke hotel. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanya ke resepsionis dan satpam.” Lanjut Dinan.

Ruby tertegun saat tahu Dinan menggendongnya tapi dia semakin merasa malu serta bersalah karena sudah berprasangka buruk dan menuduh Dinan macam-macam.

“Kalau begitu saya minta maaf, Mas. Saya sudah salah sangka dan menuduh Mas yang tidak-tidak.”

“Tidak apa-apa, wajar kalau kamu berpikir seperti itu. Kan kamu sedang mabuk. Tapi yang perlu kamu tahu, saya tidak pernah memandang rendah atau berpikir kamu gampangan, hanya karena kamu seorang janda. Jadi jangan berpikiran begitu!”

“Iya, Mas.”

“Dan satu lagi.” Dinan melangkah mendekati Ruby, lalu mengusap jejak-jejak air mata di pipi mulus wanita itu. “Saya tidak suka melihat air mata kamu, jadi jangan menangis lagi!”

Ruby hanya mampu terdiam menahan hawa panas di wajahnya akibat perlakuan Dinan itu, jantungnya mendadak bertalu-talu, dia merasa ada ribuan kepakkan sayap kupu-kupu di dalam perutnya.

Setelah menghapus air mata Ruby, Dinan pun menjauh dari wanita itu lalu meledeknya. “Kamu jelek kalau lagi menangis.”

Kata-kata Dinan itu membuat Ruby tersentak dari lamunannya, dia sontak gugup dan salah tingkah.

Dinan meregangkan otot-ototnya kemudian membanting tubuhnya di atas ranjang. “Mimpi apa semalam, lagi enak-enak nya tidur malah dilabrak wanita cantik.”

Ruby tersipu-sipu malu.

“Tapi Mas, bukankah Mas bilang kita harus berhemat, kenapa sekarang Mas malah memesan satu kamar lagi?” Ruby mengalihkan pembicaraan untuk menghindari rasa canggung.

“Mau bagaimana lagi? Saya terpaksa pakai uang pribadi, daripada saya hilang kendali? Memangnya kamu mau saya ajak bercinta?” Ledek Dinan lagi.

Wajah Ruby semakin memerah dan dengan cepat menggeleng. “Ya tidak mau lah!”

“Saya juga tidak akan menyentuhmu, kecuali kamu minta.” Seloroh Dinan sembari mengedipkan mata kanannya dengan genit.

Ruby melotot. “Mas!”

Dinan tertawa girang. “Iya-iya, saya hanya bercanda.”

Ruby langsung cemberut.

“Oh iya, kamu tahu dari mana saya di kamar ini?” Tanya Dinan.

“Saya tanya ke resepsionis, habis saya telepon, Mas tidak menjawabnya.”

“Saya tidak dengar, ponsel saya di silent. Lagi pula saya mengantuk sekali, semalam tidak bisa tidur.”

“Kenapa?”

“Ya, tidak bisa tidur saja.” Jawab Dinan asal.

“Bagaimana bisa tidur kalau bayangan kamu terus menggangguku, mana si Patrick bangun terus lagi.” Gerutu Dinan dalam hati.

“Mas, kenapa melamun?”

Dinan tersentak dan langsung menggeleng, kemudian mengalihkan pembicaraan. “Kamu pasti panik sekali tadi, ya? Sampai-sampai memakai baju saja terbalik.”

Ruby sontak melihat bajunya, dan dia baru menyadari jika bajunya terbalik.

“Ya, ampun! Tadi saya buru-buru, sampai tidak fokus memakai baju.”

“Jadi kamu ke resepsionis pakai baju terbalik begini?”

“Iya, Mas. Pantas tadi resepsionisnya senyum-senyum sendiri. Aduh, saya malu banget.” Ruby menutup wajahnya dengan telapak tangan.

“Tidak usah malu! Kamu tetap cantik, kok. Walaupun pakai baju terbalik.”

“Apalagi kalau tidak pakai baju.” Batin Dinan.

Ruby tersipu-sipu. “Mas bisa saja.”

“Ya, sudah. Sekarang kamu mandi dan bersiap-siap, kita akan sarapan lalu ke rumah Made Kris.” Pinta Dinan.

“Baik, Mas.” Sahut Ruby. “Sekali lagi saya minta maaf, ya.”

“Iya, tidak apa-apa. Makanya lain kali jangan mabuk lagi! Bahaya tahu!”

“Iya, Mas. Kalau begitu saya ke kamar dulu.”

Dinan hanya mengangguk sembari tersenyum.

Ruby pun kembali ke kamar dengan perasaan lega dan berbunga-bunga, walaupun masih merasa malu. Bibirnya tak berhenti menyunggingkan senyum, sikap manis Dinan benar-benar membuatnya tersentuh.

Yang sebenarnya terjadi semalam adalah, Dinan menyelimuti Ruby lalu keluar untuk memesan kamar lain. Sedangkan Ruby yang masih kegerahan dan merasa risi, tanpa sadar membuka selimut itu dan melepaskan semua **********. Namun saat memasuki subuh, dia justru kedinginan dan kembali menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.

💘💘💘

1
Dina Mariati Mohamad
Luar biasa
Enny Sulasmi
alir ceritanya bagus saya suka
Lis Seta Wati
wenakmen koe ngomong sudah nyakitin minta maaf terus balikan.... ihihih
Lis Seta Wati
Mamam tuh samppah
Lis Seta Wati
buang berlian buat mendapat kan sampah..... dasar laki² tolol
Afika Dury
bgtu donk jgn lemah
Vinna Fadilah
Luar biasa
Kusii Yaati
bang Dinan ih omongannya ambigu banget...bikin si janda cantik jadi salah mengartikan😂
Yati Xty123
akhirnya tamat juga baca ceritanya makacih Thor sukses terus😁😁
Al Mumtaz
haa dinan diam diam cinta🥰
Retno Elisabeth
seru ceritanya thor
Retno Elisabeth
semangat thor
fajar Rokman.
widih.. modusnya abang..
fajar Rokman.
wkwk ngakak aq g kebayang malunya si ruby
fajar Rokman.
gercep banget bang...
fajar Rokman.
mmpir.. eh seru
Nefi Ichwan
suka alur ceritanya 👍🏻👍🏻
Indra Davais
sama2 thour aku seneng sm novelmu ngk berbelit2
Indra Davais
akhirnya jadi nikah deh
Indra Davais
lucu sih baguslanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!