Winda Hapsari, seorang wanita cantik dan sukses, menjalin hubungan kasih dengan Johan Aditama selama dua tahun.
Sore itu, niatnya untuk memberikan kejutan pada Johan berubah menjadi hancur lebur saat ia memergoki Johan dan Revi berselingkuh di rumah kontrakan teman Johan.
Kejadian tersebut membuka mata Winda akan kepalsuan hubungannya dengan Johan dan Revi yang ternyata selama ini memanfaatkan kebaikannya.
Hancur dan patah hati, Winda bersumpah untuk bangkit dan tidak akan membiarkan pengkhianatan itu menghancurkannya.
Ternyata, takdir berpihak padanya. Ia bertemu dengan seorang laki-laki yang menawarkan pernikahan. Seorang pria yang selama ini tak pernah ia kenal, yang ternyata adalah kakak tiri Johan menawarkan bantuan untuknya membalas dendam.
Pernikahan ini bukan hanya membawa cinta dan kebahagiaan baru dalam hidupnya, tetapi juga menjadi medan pertarungan Winda.
Mampukah Winda meninggalkan luka masa lalunya dan menemukan cinta sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
“Tidak, aku mohon maafkan aku kali ini saja. Aku tidak akan mengulanginya lagi.” Revi menggelengkan kepala berkali-kali dengan air mata berurai. Mengharap belas kasih dari Winda.
“Apa kau tidak dengar perintah istriku?” Ardan yang sejak tadi hanya diam melihat, menatap tajam ke arah dokter Angga. Dia diam bukan tidak peduli, dia hanya ingin melihat sejauh mana istrinya bisa melindungi diri.
Akan tetapi kini dia tidak mau lagi diam. Revi mengkhianati dirinya saja, Winda hanya membiarkannya. Bahkan tak menceritakan itu pada kedua orang tuanya, hingga mereka masih bersikap baik pada Revi. Bukan tidak mungkin melihat Revi merengek memohon Winda akan kembali memaafkannya.
Tidak dia tidak suka itu. Jika Winda memaafkannya, maka dia yang tidak akan tinggal diam. Dia tidak suka miliknya diusik.
“Baik, Tuan.” Dokter Angga menunjukkan kepala selalu bersiap membawa sampel itu ke laboratorium.
“Tidak, aku mohon!” Revi berjalan menggunakan lututnya dan berhenti di hadapan Ardan.
Ardan mendorong kursinya mundur, saat Revi hendak menyentuh kakinya. Ia tidak sudi. Dengan isyarat tangannya dia memerintahkan dokter Angga untuk segera pergi.
“Ardan, Aku mohon. Aku adalah teman baik Winda. Maafkan aku kali ini saja.” Revi menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada dengan mata berkaca-kaca menatap penuh permohonan.
“Ardan? Kau memanggilku apa? Ardan? Wah wah wah… “
Prok... prok... prok...
Ardan berdiri dan bertepuk tangan. “Apakah menurutmu namaku bisa disebut begitu saja oleh sembarang orang?”
Revi menelan ludahnya kasar. Ia bagai terlempar dari ketinggian. Kata-kata Ardan menunjukkan kapasitasnya, sekaligus mengatakan bahwa dirinya tak layak untuk sekedar menyebut namanya. Ditambah lagi sorot mata Ardan yang memicing tajam membuatnya ngeri.
“Ma– maaf. Mak maksudku, Tuan Bagaskara.”
Kemarin setelah hari pernikahan, Revi mencoba mencari tahu tentang nama Ardan Bagaskara. Dan hasil yang ia dapatkan, membuatnya semakin iri pada Winda. Seorang pengusaha besar, bahkan jauh lebih besar di atas Johan. Ia ingin memilikinya, hingga ide untuk membuat Ardan salah paham itu tadi muncul. Siapa sangka, Winda tak semudah itu dijebak.
“Mengusik milikku sama dengan mengusik diriku. Dan aku tidak mentoleransi hal seperti itu.” Ardan berucap tegas.
Melihat Ardan yang seperti ini, membuat Winda merasa takjub. Ia memang belum pernah melihat sisi Ardan yang seperti ini. Perkenalan mereka yang begitu singkat, lalu menikah, membuatnya tak banyak mengenal sosok pria yang kini telah menjadi suaminya.
Winda tahu Ardan adalah seorang CEO tersohor pun baru sehari sebelum hari H, karena Silvia dan Dewi yang merasa penasaran lalu mereka bertiga mencari tahu lewat mesin pintar, siapa, dan seperti apa itu pria bernama ARDAN BAGASKARA.
Tuan Kusuma dan istri saling pandang. Keduanya tampak senang, putrinya mendapatkan suami yang melindunginya.
Merasa ia tidak akan berhasil berbicara dengan Ardan, Revi kembali menyeret lututnya ke hadapan Winda.
“Win, aku mohon. Aku tahu salah. Tolong maafkan aku kali ini saja,” ucap Revi dengan air mata bercucuran. “Lagi pula itu tadi hanya obat gatal biasa. Tidak mengandung racun, tidak membahayakan nyawa. Terbukti kan, kamu juga tidak apa-apa?!” Revi terus memohon.
Winda menyilangkan kedua tangannya. “Tentu saja tidak terjadi apapun padaku, karena aku menyadarinya dan segera minum obat anti alergi. Jika tidak, apa mungkin aku masih berdiri di sini?”
“Apa yang kau harapkan dari rencana licikmu kali ini? Kau ingin suamiku menilai diriku buruk dan kau akan mendekatinya seperti yang pernah kau lakukan sebelumnya?” Winda menatap dengan sorot matanya yang dingin namun tajam.. sesuatu yang tak pernah Revi lihat sebelumnya.
“Sebelumnya?” Nyonya Karina dan tuan Kusuma berseru bersamaan. “Sayang, apa maksudnya?”
Winda menoleh ke arah mereka berdua. “ Bukan sesuatu yang penting, Ma, Pa. Dan aku tidak mau membahas hal yang tak perlu.”
Revi semakin putus asa, ia tak mau masuk penjara. “Aku tahu. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Demi persahabatan kita di masa lalu, Aku mohon!”
Melihat Revi yang terus memohon, membuat Winda merasa iba, hingga akhirnya…
“Baiklah. Kali ini saja aku akan memaafkanmu. Tapi jika ada lain kali, kau tidak bisa menebak apa yang bisa kulakukan padamu!”
“Sayang,,,?” Nyonya Karina tidak setuju. Tapi Winda tampak mengangguk. Wanita itu pun hanya bisa menerima keputusan putrinya.
Ardan menatap tak percaya ke arah Winda. Bisa-bisanya istrinya itu memaafkan padahal sudah dikhianati, dan sekarang hampir dicelakai. Rahang pria itu tampak mengeras.
“Terima kasih. Aku tidak akan melupakan ini.” Revi langsung berdiri dan mengusap air matanya. Seulas senyum terbit di bibirnya. Dia berniat memeluk Winda, tapi Winda bergerak mundur, membuat rautnya berubah kecewa.
“Kita sudah bukan teman. Akan aneh rasanya menerima pelukan dari orang asing.”
Revi tertegun mendengar suara Winda yang datar. Kekecewaannya bertambah.
“Pergi dari rumah ini dan jangan menunjukkan lagi wajahmu di hadapan kami!”
Suara berikutnya yang ia dengar dari mulut tuan Kusuma, membuatnya semakin terpukul.
“Benar. Aku tak mau melihat orang yang telah berbuat curang dan menyakiti putriku berkeliaran numpang makan di sini!” tambah nyonya Karina.
“Pelayan!!” serunya.
Seorang pelayan yang ada di dekat mereka mendekat ke arah nyonya Karina.
“Kemasi barang-barang anak tidak tahu diuntung itu, dan lempar keluar gerbang! Aku tidak mau lagi melihatnya masuk kamar rumah ini. Jangan sampai dia membawa juga barang yang bukan miliknya!”
Pelayan mengangguk lalu pergi untuk menjalankan perintah.
Hancur sudah semuanya. Nyonya Karina yang dulu menyayanginya dan memperlakukan dirinya sama seperti Winda, kini membencinya. Sekarang, siapa yang akan menopang hidupnya.
“Pergi!!!” bentak Tuan Kusuma. Pria tua itu tampak sangat marah.
Revi hanya bisa mengangguk lalu berjalan keluar dari ruang makan dengan kepala tertunduk.
“Tunggu!!!” Winda mendekatinya saat wanita itu sedikit menjauh. “Jika kau masih punya setitik saja keinginan untuk mengganggu rumah tanggaku, percayalah, Kau akan melihat sisi diriku yang sebenarnya.” Winda bebisik di telinga Revi.
***
Revi keluar dari gerbang tinggi rumah megah keluarga Kusuma. Berdiri menatap kedalam dengan wajah merah dan tangan terkepal. Rahangnya mengeras menahan amarah. Dihapusnya air mata yang masih membasahi pipi dengan punggung tangan, lalu pergi.
“Ini benar-benar keterlaluan. Winda sama sekali tak memberiku muka. Apa susahnya memaafkan, toh dia tidak apa-apa juga!” Sepanjang jalan yang ia lalui, Revi terus mengumpat kasar.
Mengusap peluh yang membanjiri wajah dan leher. Ia merasa lelah berjalan di bawah terik matahari. Sedangkan untuk sampai ke jalan raya di mana dia bisa mencari taksi masih sangat jauh. Ingin memesan secara online, tapi ponselnya tidak lagi memiliki paket data.
“Sial. Harusnya aku tadi memesan taksi saat masih di rumah Winda. Dengan begitu aku tidak memerlukan data karena di sana ada Wifi-nya.” Revi terus merutuki kebodohannya sendiri yang keluar begitu saja tanpa berpikir panjang.
***
Epilog
“Wajah yang aku kirim padamu, cari informasi tentang dia, di mana ia tinggal dan bekerja. Tempatkan seseorang untuk mempersulit hidupnya!”
Send
“[Baik.]”
Jika Winda dan kedua mertuanya bisa begitu saja memaafkan, tidak dengan Ardan. Dia bukan orang yang pemaaf. Siapapun yang berani bersinggungan dengannya akan menerima akibatnya.
duh.. kan jadi gatel jariku/CoolGuy/
Ardan yang nyidam
Winda yang mengalami morning sick
lucu banget.....
lanjut ka....