NovelToon NovelToon
Tetanggaku Malaikatku

Tetanggaku Malaikatku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Proposal

Kevin cuma anak SMA biasa nggak hits, nggak viral, hidup ya gitu-gitu aja. Sampai satu fakta random bikin dia kaget setengah mati. Cindy cewek sejuta fans yang dielu-elukan satu sekolah... ternyata tetangga sebelah kamarnya. Lah, seriusan?

Cindy, cewek berkulit cerah, bermata karamel, berparas cantik dengan senyum semanis buah mangga, bukan heran sekali liat bisa bikin kebawa mimpi!

Dan Kevin, cowo sederhana, dengan muka pas-pasan yang justru dipandang oleh sang malaikat?!

Gimana kisah duo bucin yang dipenuhi momen manis dan asem ini selanjutnya!? daripada penasaran, mending langsung gaskan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Proposal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecemburuan Sang Malaikat

"Ngomong-ngomong, ibu-ibu kaget liat kamu punya pacar secantik itu, Kevin," ucap Serin sambil tersenyum penuh arti.

Keduanya tetap diam. Kevin terlalu lelah untuk menyangkal, sementara Cindy hanya bisa terdiam tak tahu harus berbuat apa.

Serin menganggap diam mereka sebagai persetujuan. Tak peduli apa yang mereka katakan nanti, dia sudah yakin ini cuma masalah kecanggungan semata. Matanya yang penuh rasa ingin tahu tak lepas mengamati Cindy.

"Gimana kabarnya, Cindy? Kevin baik-baik aja kan sekarang?"

"Eh... sebenarnya aku nggak sampai mikir dia bakal meninggal sih..."

"Wah, jawab yang bagus dong," sergah Kevin lewat desisan.

Tapi ketika aku pertama kali datang ke rumah ini, tempatnya sangat kotor," bantah Cindy.

"Jangan terlalu kasar sekarang. Liat, sekarang kan udah bersih?" kata Kevin mencoba membela diri.

"Itu karena aku yang bantu bersihin."

"Ya... iya sih. Harus bilang makasih buat semuanya, mulai dari masakan, bersih-bersih, sampai... apapun lah," ucap Kevin sambil garuk-garuk kepala.

Dia benar-benar berhutang budi pada Cindy dalam hal ini. Berkat kehadiran gadis itu, hidupnya jadi lebih nyaman. Seandainya bukan karena gengsi, mungkin dia sudah sungkem-sungkem kepada Cindy. Tapi untuk sekarang, yang bisa dilakukannya cuma berusaha membalas kebaikan Cindy sedikit demi sedikit.

Sayangnya, Serin malah menangkap maksud yang sama sekali berbeda.

"Nah, Kevin, kamu tuh selalu ngandelin Cindy, dan bukan cuma kali ini doang kan? Dasar anak merepotkan. Kedengarannya kalian tinggal bareng ya?"

"Bukan gitu!! Kok bisa mikir kayak gitu sih?! Dia cuma tinggal di sebelah!" bantah Kevin panik.

"Ya ampun, ini pasti jodoh! Seneng ya Kevin punya cewek cantik dan pintar yang jagain kamu," ujar Serin sambil terkekeh.

"Aku nggak bisa nolak kalau dia cantik dan pintar, tapi ini bukan jodoh atau apa," bantah Kevin lagi.

"Romantis banget sih"

"Bukan maksudku! Kita nggak pacaran!" ujar Kevin dengan perasaan panik.

"Wahahaha"

Serin jelas menganggap sang anak cuma malu-malu kucing. Sementara itu, pipi Kevin hampir berkedut akibat emosi yang tertahan.

Ibunya selalu punya talenta mengubah kejadian biasa jadi bahan delusi luar biasa. Anak malang yang sering jadi korban ini pun mengeluarkan desahan terberat dalam beberapa bulan terakhir.

Cindy yang kewalahan menghadapi tekanan tak terduga ini hanya bisa bingung memandang bolak-balik antara Kevin dan Serin, jelas tak tahu harus berbuat apa.

"Cindy, Cindy, aku mungkin ibu yang agak memihak anak sendiri. Kevin tuh emang mulutnya agak kasar dan nggak jujur, tapi sebenernya dia tulus dan sopan kok. Anggap aja kamu dapet barang bagus. Dia nggak punya pengalaman sama cewek, jadi kamu harus pelan-pelan ngendaliin dia ya, Cindy."

"Ibu, ngomong apa sih? Udah ah," potong Kevin kesal.

"Bagian terakhir tuh nggak perlu banget," gerutu Kevin dalam hati.

"Tapi aku cuma ngomong yang bener. Ngomong-ngomong, kenapa dari dulu kamu nggak cari pacar sih? Untung kamu mirip Renda, mungkin karena penampilanmu yang agak cuek?"

"Udah deh, jangan ikut campur urusan orang." ujar Kevin.

"Mungkin kamu harus tunjukin sisi kerenmu ke Cindy?"

"Aku nggak mau, dan dia juga nggak pengen liat itu."

"Kita mulai lagi nih. Ahh, Cindy, mau nggak aku dandanin Kevin sesuai seleramu? Dia sebenernya lumayan ganteng kalo didandanin lho"

Cindy melihat senyum licik Serin yang menyenggolnya, dan hanya bisa membalas dengan senyum kaku penuh kebingungan. Malaikat yang biasanya tenang ini benar-benar tak berdaya menghadapi Serin.

Dalam arti tertentu, Serin benar-benar menakutkan karena berhasil membuat Malaikat yang biasanya cool ini sampai kelabakan.

"Ibu, kamu benar-benar ganggu Cindy. Cepatlah pulang."

"Kamu kan udah gede, ya? Pengen aku pulang? Oh iya, aku mungkin ngerepotin waktu kalian berdua ya? Mungkin aku harus pergi.."

"Pulang sana." ujar Kevin.

Kevin terlalu lelah untuk membantah, dan Cindy juga pasti kelelahan menghadapi Serin yang hiperaktif ini.

Dia melirik ke arah Cindy dan melihat gadis itu memang terlihat sedikit kelelahan. Wajar saja, Cindy adalah tipe pendiam yang baik hati, tiba-tiba harus berhadapan dengan percakapan super intens seperti tadi. Bahkan Kevin sebagai anak kandungnya saja sampai lemes.

Dia memutuskan untuk mengakhiri penderitaan ini sambil melambaikan tangan, mengantar Serin ke pintu keluar. Wajah Serin terlihat sedikit kecewa.

Tapi Serin tidak memaksa untuk tinggal lebih lama - mungkin karena khawatir, meski kekhawatirannya jelas ke arah yang salah.

"Ah, Cindy, ayo kita tukeran nomor HP. Nanti kasih kabar ya gimana keadaan Kevin kita."

"Eh, y-ya?" ucap Cindy dengan ekspresi kelabakan.

Akhirnya, Serin berhasil menjalin hubungan yang membuat Kevin ingin menjerit minta ampun. Dia menempelkan tangan di dahinya, merasa pusing.

Dengan patuh, Cindy bertukar nomor telepon lewat ponsel, mengikuti arus tanpa perlawanan. Tak perlu diragukan lagi, Serin akan mulai ikut campur dalam hidup Cindy.

"Aku benar-benar minta maaf," ucap Kevin lesu.

"Yaudah, sekarang Kevin kupercayakan padamu ya" Serin menggandeng tangan Cindy sambil tersenyum lebar seperti kucing Cheshire. Kevin memutuskan untuk mengirim pesan cepat ke ayahnya Renda: "Tolong ikat ibu sedikit."

"Aku lelah banget..." ucap Cindy.

"Maaf, baru aja ada tornado lewat," canda Kevin pada Cindy.

Meski Serin tidak tinggal lama, energi mereka sudah terkuras habis. Mereka duduk bersebelahan di sofa dengan wajah lelah.

Kevin duduk lesu sambil menutupi wajahnya dengan tangan dan mendesah panjang. Cindy yang biasanya tegak sekarang juga terlihat lebih bungkuk dari biasanya.

"Aku benar-benar minta maaf udah ngirim dia pulang tanpa ngelurusin kesalahpahaman tadi."

"Nggak, yah... nggak banyak yang berubah sih." ucap Cindy.

"Ada yang berubah. Kayaknya dia beneran tertarik sama kamu. Si Cindy bakal sering diganggu sekarang."

Dia kembali membuat masalah untuk Cindy, dan benar-benar merasa bersalah.

Serin yang mengira telah menemukan pacar anaknya meski itu cuma kesalahpahaman dan sangat menyukai hal-hal lucu, langsung jatuh hati pada Cindy. Dia pasti akan sangat memperhatikan dan ikut campur dalam hidup Cindy.

"Sepertinya Serin sangat menyayangimu, Kevin," ujar Cindy.

"Itu cara halus bilang dia nyebelin," sahut Kevin.

Bukan berarti ibunya benar-benar bodoh, tapi kasih sayang yang ditunjukkannya seringkali bukan jenis yang diinginkannya.

Kevin juga sadar dia terlalu ceroboh, jadi nggak bisa banyak komentar. Tapi dia tetap merasa ibunya terlalu ikut campur.

Dia bersyukur atas kasih sayang ibunya, tapi jujur saja, ibunya itu merepotkan dan dia lebih suka menjaga jarak.

"Itu bagus."

Cindy bergumam pelan, membuat Kevin menatapnya.

"Apa?"

"Ibumu mungkin cerewet, tapi dia baik hati."

"Dia cuma berisik dan suka ikut campur." ucap Kevin.

"Tapi... itu juga baik-baik saja."

Suaranya terdengar iri. Gumamannya pendek, dan matanya menunduk.

Ketika Cindy mengangkat wajahnya, terlihat ekspresi melankolis yang hampir rapuh. Siapa pun akan merasa dia terlihat sangat rentan saat itu.

Dia tidak hanya terlihat lelah, tapi juga lemah dan lesu. Dia sepertinya merasakan tatapan Kevin karena tiba-tiba mengangkat kepala dan tersenyum.

Dia kembali ke ekspresi biasa seolah tak terjadi apa-apa, dan dengan gerakan tak biasa, bersandar ke sofa.

"Cindy, ya?"

"Tiba-tiba apaan sih?" ucap Kevin.

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali ada yang memanggilku dengan namaku. Biasanya mereka memanggilku Sheila."

Kevin terkejut mengetahui bahwa tak ada seorang pun yang memanggil Malaikat populer itu dengan nama aslinya. Mungkin semua orang terlalu segan untuk memanggilnya langsung.

Dia adalah Malaikat sempurna di sekolah, dan tak ada yang berani bersikap akrab.

Selain itu, ada juga yang memanggilnya dengan nama panggilan, meski dia sendiri benci itu.

"Kalau bukan teman dekatmu, pasti orang tuamu dong?"

"Orang tuaku nggak akan manggil aku kayak gitu. Sama sekali nggak."

Jawabannya langsung dan dingin.

Tanpa sengaja Kevin melihat wajah Cindy dan mendapatinya kosong tanpa ekspresi.

Tak ada emosi, seperti benda mati. Untuk sesaat, wajah sempurna di depannya membuatnya berpikir Cindy adalah boneka.

Tapi itu hanya sesaat. Begitu menyadari tatapan Kevin, Cindy mengunci kembali ekspresi tenangnya dan mengerutkan alis seolah ada yang mengganggunya.

"Bagaimanapun, jarang banget ada yang manggil aku begitu."

Dia bergumam pelan lalu mendesah.

Kevin tahu Cindy punya hubungan buruk dengan orang tuanya.

Dia kadang menunjukkan ekspresi dingin setiap kali orang tuanya disebut. Dia tak pernah makan bersama mereka, benci hari ulang tahunnya, dan dari berbagai petunjuk, bisa ditebak dia punya masalah keluarga. Tapi Kevin tak pernah menyangka orang tuanya bahkan tak memanggil namanya.

"Itu bagus."

Dia harus mempertanyakan perasaannya sendiri saat bergumam seperti itu.

"Cindy." ucak Kevin.

Dia memanggil nama yang jarang diucapkan itu.

Mata warna karamel itu berkedip sekali.

Panggilan tak terduga itu membuatnya terlihat melamun, menunjukkan ketidakdewasaan yang biasanya tersembunyi di balik sikap tenangnya. Wajar saja dia terkejut.

"Siapa pun bisa memanggil namamu, kan?"

"Ya, kamu benar."

Dia bercanda dengan kaku, dan setelah beberapa saat, senyum tipis muncul.

Senyum lega yang membuat hati Kevin bergetar aneh.

"Kevin." ucap Cindy.

Bisikannya membuat getaran itu semakin meluas.

Sebelumnya Kevin tak terlalu memperhatikan karena Cindy hanya memanggilnya begitu saat bicara dengan ibunya. Tapi saat ibunya memanggilnya begitu, Kevin merasakan gatal aneh di hatinya.

"Tolong jangan panggil aku begitu di luar." ucap Cindy.

"Aku tahu. Kamu juga jangan sembarangan manggil aku begitu."

"Aku ngerti. Ini rahasia."

Dia tak berani menatap langsung senyum Cindy.

"Ya," jawabnya singkat sambil pura-pura mengubah posisi duduk untuk menghindari senyum itu.

1
CALESSYAA
Ditunggu updatenya thorr!!
CALESSYAA
Pertama kalinya!?/Hey/
Azαzel
Ceritanya menggambarkan perubahan positif pada Kevin berkat pola makan teratur yg disediakan Cindy, meskipun Kevin enggan mengakuinya. Aww mereka berdua lucu banget thorr><
Mas Finn
uishh
Mas Finn
waduh mas kepin ngegas
MONALISA
terkejoet akunih bang!😙
MONALISA
memang harus sadar diri.. gaboleh ngerepotin orang terus
MONALISA
siap2 aja renda ketemu bidadari/Scream/
MONALISA
co cweett banget
Mas Finn
Cindy si wanita mahal ni ceritanya
Mas Finn
yapasti ada udang dibalik batu yagesya😝
Mas Finn
Siap bukkk/Bye-Bye/
Mas Finn
Terpanah nih mas kepin kitaa akwkw/Scream/
Cuaksss
Go kevinn!! tenangin malaikat kita/Panic/
Cuaksss
aihh bisa ae cindyy😘
Cuaksss
sedihnyoo, Semangat buat para cowo yg ketolak🫡
Cuaksss
modus😒
Cuaksss
Bukain dong kevvv
Cuaksss
GENDONG! GENDONG!!/Applaud//Curse/
Cuaksss
ringan apa rigan tuh/Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!