Malam itu di sebuah ruang VIP karaoke, seorang CEO perusahaan besar sekaligus pemilik tempat hiburan malam, merenggut kesucian Nisa dalam keadaan mabuk.
"Sakit Andreassss,,,,!!" Teriak Nisa.
Pikirannya kalut dengan kejadian mengenaskan yang sedang menimpanya.
"Hentikan.!! Kau ib liss.!! Lepaskan aku.!!"
Nisa begitu frustasi dengan kejadian itu. Kebencian dan rasa sakitnya pada Andreas, membuat Nisa bertekad untuk membalas dendam pada laki - laki yang telah merenggut paksa kesuciannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Anggap saja kita tak saling mengenal." Ketus Nisa sinis.
Sikapnya pada Devan saat ini, merupakan bentuk dari kekecewaan Nisa terhadap sikap buruk Devan yang meninggalkannya tanpa kabar dan kepastian selama bertahun-tahun.
Kalau saja Nisa tak punya hati, mungkin dia sudah membongkar kisah masa lalunya dengan Devan di depan Irene. Agar wanita itu tau bagaimana kejamnya Devan memperlakukan seorang perempuan yang telah menjadi tunangannya.
"Seandainya alasan ku pergi saat itu adalah untuk melindungimu, apa kamu akan tetap benci dan bersikap seperti ini padaku.?" Lirih Devan dengan menatap lekat wajah Nisa dari samping, karna wanita itu meluruskan pandangan dan enggan menatap ke arahnya.
"Melindungi dalam arti apa.?" Tanya Nisa dengan menekankan ucapannya.
"Kamu justru membuatku hancur tak tersisa dengan kenyataan gila ini." Nisa mengukir senyum kecut.
"Aku terlalu bodoh, bodoh karna yakin kamu akan kembali untuk menepati janji. Padahal itu hanya khayalan yang nggak akan pernah jadi kenyataan." Nisa terus meluapkan isi hatinya, tak peduli meski Devan berusaha untuk memberikan pembelaan.
"Seandainya aku bisa, aku pasti tak akan pergi."
"Semua ini,,,.
Devan menghentikan ucapannya saat sang Mama datang dan berbicara padanya.
"Van,, Irene sedang ke toilet, cepat kamu susul dia. Pastikan dia dan kandungannya baik-baik saja,," Pintanya. Devan mengangguk, dia bergegas beranjak dari duduknya dan pergi dari sana untuk menyusul Irene.
"Kenapa Nak.? Apa kamu gugup.?" Tanya Nyonya Zoya pada Nisa. Dia menempati kursi yang sebelumnya di duduki oleh Devan.
Nisa memilih menganggukkan kepala, meski sebenarnya ekspresi wajahnya tadi bukan karna gugup, melainkan karna obrolannya dengan Devan.
"Santai saja, semuanya akan berjalan lancar." Nyoya Zoya mengusap tangan Nisa dengan maksud memberikan ketenangan pada calon menantunya itu. Nisa membalasnya dengan senyum ramah.
"Kamu tau nak, Andreas sedikit susah di atur dan mudah meluapkan emosinya. Tapi terlepas dari semua itu, sebenarnya dia pria yang baik." Tuturnya. Nyonya Zoya kemudian meraih tangan Nisa dan menggenggamnya.
"Mama percaya kamu bisa membuat Andreas jauh lebih baik lagi, tolong cintai dan temani dia sepenuh hati." Pinta Nyonya Zoya dengan nada serta tatapan memohon.
Nisa bisa melihat banyak cinta di mata Nyonya Zoya untuk putra sambungnya itu. Nyonya Zoya terlihat lebih peduli pada Andreas di bandingkan Tuan Chandra yang terang-terangan menunjukkan ketidak sukaannya pada Andreas.
Pantas jika waktu itu Andreas menyinggung Tuan Chandra. Mengatakan kalau Andreas sampai bingung tentang siapa orang tua kandung dia yang sebenarnya. Karna sikap Tuan Chandra sama sekali tak menunjukkan seperti sikap seorang ayah pada anak kandungnya.
"Aku mengerti Mah, Andreas memang pria yang baik. Aku pasti akan mencintainya sepenuh hatiku." Janji Nisa sembari membalas genggaman tangan Nyonya Zoya.
Meski Nisa tak yakin akan mencintai Andreas, namun dia mengakui jika sebenarnya Andreas memang laki-laki yang baik. Dia terlihat kejam dan arogan di depan keluarganya bukan tanpa alasan.
Perlakuan yang tidak adil dari Tuan Chandra terhadap kedua anaknya, sudah pasti menjadi salah satu penyebab kenapa Andreas bersikap seperti itu pada keluarganya. Terkesan selalu membangkang dan mudah tersulut emosi.
Belum lagi sejak usia remaja, Andreas harus menghadapi kenyataan pahit tentang kondisi Mama kandungnya yang mengalami gangguan jiwa.
Banyak faktor yang akhirnya bisa memengaruhi kepribadian Andreas saat ini.
Bukannya Nisa ingin menyalahkan sepenuhnya pada Tuan Chandra, tapi sebagai orang tua satu-satunya yang masih bisa di jadikan tempat berlindung oleh Andreas, tak seharusnya Tuan Chandra memperlakukan Andreas layaknya orang asing.
"Ehem,,"
Suara deheman di belakang mereka, membuat Nyonya Zoya dan Nisa menoleh bersamaan.
Dilihatnya Andreas yang tengah berdiri di sana, menatap Nisa dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Aku memanggilmu sejak tadi, kita harus keluar sekarang." Katanya sembari mengulurkan tangan pada Nisa.
"Papa juga menyuruh Mama untuk menemaninya menyambut tamu." Andreas beralih menatap Nyonya Zoya.
"Iya nak,," Seulas senyum mengembang di bibir wanita paruh baya itu. Dia berdiri sembari membatu Nisa.
"Semoga pernikahan kalian selalu dipenuhi kebahagiaan," Ucapnya tulus. Nyonya Zoya lalu menepuk pelan bahu Andreas.
"Mama ikut bahagia untuk kamu." Suara Nyonya Zoya sedikit bergetar dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Tanggungjawab Mama pada Liana sudah Mama jalankan. Mama mu pasti bahagia,,"
Setelah mengatakan itu, Nyonya berlalu dari sana dengan kepala yang tertunduk. Wanita itu terlihat menangis.
"Mama Zoya terlihat sangat menyayangimu." Ujar Nisa berkomentar. Dia bukan hanya menebak, namun karna melihat apa yang dilakukan dan di katakan oleh Nyonya Zoya, menunjukkan kalau wanita paruh baya itu benar-benar menyayangi dan peduli pada Andreas.
"Kamu hanya terbawa perasaan." Balas Andreas acuh. Dia seolah ingin menepis prasangka baik Nisa terhadap Nyonya Zoya.
"Ayo keluar,," Andreas menggandeng tangan Nisa, membawanya keluar dari ruang make up dan berjalan menuju panggung.
Rupanya semua keluarga masih menunggu di luar ruang make up. Termasuk Mella, Devan dan Irene.
Mereka semua mengiringi Andreas dan Nisa, dengan Nyonya Zoya dan Tuan Chandra yang berdiri di sisi kanan calon pengantin.
Devan yang berjalan di belakang Nisa, berulang kali menarik nafas dalam. Dia hanya bisa menatap sendu punggung wanita yang masih sangat dia cintai itu.
Tak pernah terbayangkan, dia akan menjadi pengantar dan menyaksikan langsung pernikahan Nisa dengan laki-laki lain. Dan laki-laki itu adalah saudaranya sendiri.
Seandainya dia tak mendapatkan ancaman dari sang Papa 2 tahun lalu, pasti sampai detik ini dia masih ada di samping Nisa. Bahkan mungkin sudah hidup bahagia.
Tak akan pernah meninggalkan wanita itu sekalipun harus kehilangan keluarga dan hartanya.
...****...
alurnya menarik...
konfliknya buat emosi naik turun...
ga bs berhenti baca...penasaran terus...
jadi dendam mana yang didustakannnnn....👍👍✊️