Perjalanan Cinta Rinjani

Pada akhirnya mereka benar-benar mandi bersama, ya hanya sekedar mandi yang sesungguhnya, karena Ansel sangat menyayangi istri dan juga calon anaknya.

" Makan Sayang! semoga kau suka" Ansel sudah membuat satu piring spaghetti untuk Rinjani sedangkan untuk dirinya hanya merebus kentang dan beberapa potong brokoli yang hanya di beri sedikit garam.

Rinjani yang baru keluar dari ruang wardrobe berjalan menghampiri suaminya.

" Kita makan disini??" tanya Rinjani sambil mengosok rambut nya yang masih sedikit basah.

" Ya'__ Ansel menjawab dengan bibir yang tersenyum, "duduk disini!" Ansel membuka pahanya meminta agar Rinjani duduk di pangkuannya.

Rinjani terdiam sejenak, jika seperti ini Rinjani jadi sedikit membuka memori tentang Nurry, Nurry yang selalu memangku nya di setiap kali kesempatan.

" Sayang" Rinjani tersenyum mendekati suaminya.

" Kemarilah" Tangan Ansel menarik lembut istrinya, meski sedikit ragu akhirnya Rinjani tetap menuruti kemauan Ansel.

" Loh cuma satu??" Rinjani menggulung spaghetti pake garpu dan bertanya pada Ansel.

Pemuda itu malah menatap lama bibir istri nya yang merah alami tanpa polesan apapun, sebelum akhirnya Ansel meraup bibir Rinjani dengan lembut dan intim

Rinjani sedang di cumbu, tidak hanya bibirnya tetapi setiap jengkal kulitnya, cumbuan lembut serat kasih sayang bukan cumbuan napsu, Rinjani sendiri lupa akan kegelisahan nya baru dan tentang persamaan Nurry dan Ansel.

Rinjani sendiri tidak tau mengapa dirinya bisa sangat menyukai perbuatan Ansel, Rinjani suka diperlakukan seperti itu, dibuai dan dimanjakan oleh suaminya.

Kerapkali tidak dapat terduga apa saja yang bisa terjadi diantara suami istri ketika bersama .

" Makanlah" Bisik Ansel setelah membuat Rinjani terlena akan buaian lembut nya.

" Aku tidak akan habis Kak, kita makan bersama saja, aku juga sedang ingin merasakan kentang rebus"

" Tentu" Ansel menarik Rinjani agar merapat, sebelum tangan nya meraih sebuah kentang untuk di kupas.

" Apa sudah tidak sakit untuk di gerakkan tiba-tiba??" Rinjani bertanya tentang tangan Ansel.

" Tidak, rasanya aku sudah lupa dada ku pernah sakit" Ansel tersenyum Pepsodent

" CK" Rinjani hanya berdecak ringan.

" Buka mulut Sayang" Ansel menyodorkan kentang untuk Rinjani.

Rinjani mengigit kentang dari suapan suaminya.

" Rasanya enak" Puji Rinjani " dan wangi_" Tambah Rinjani sambil mengoreksi rasa kentang yang sedang ia kunyah.

Ternyata Ansel juga menyuap dirinya sendiri dengan kentang yang sama, mengigit bekas gigitan sang istri tanpa ragu.

" Hanya pake minyak zaitun dan garam" ujar Ansel sambil kembali menyuapi istrinya, Rinjani terus menerima tanpa menolak hingga dua kentang , Beberapa potong brokoli bahkan sepiring spaghetti habis di makan berdua, ternyata makan disuapi itu jauh lebih nikmat.

" Minumlah" Ansel menyodorkan segelas air putih.

Rinjani menerimanya dan segera meneguk hingga tandas.

Setelah usai makan Ansel dan Rinjani menghubungi anak-anaknya.

" Kenapa mommy di gendong Daddy??" Tanya Ivander dengan suara antusias nya.

" Ohhh__ mommy sedang ngantuk makanya minta di pangku sama Daddy"

Rinjani yang sedang di bicarakan kedua pria beda generasi itu sedikit malu, tetapi mau turun Ansel semakin merapatkan rangkulannya.

" Mommy dan Daddy kapan pulang??" Rania mengambil alih layar ponselnya.

" Secepatnya sayang, doakan mommy dan calon adek sehat biar bisa segera pulang oke!!"

" Apa aku akan dapat adek cantik Daddy??" Rania tampak antusias.

" Oh__ adek belum bisa dilihat cantik atau tampan , nanti akan Daddy ajak untuk lihat adik , kalo Daddy dan Mommy sudah pulang " Janji Ansel pada putri Kakanya yang sudah dianggap seperti putrinya sendiri.

" Ya Daddy! Daddy dan Mommy hati-hati dan cepat pulang, Baby Ivan dari tadi masih tidur!" gadis kecil yang semakin besar itu mengarahkan kamera nya pada baby Ivan yang tidur dengan tangan menutup matanya.

" Dia benar-benar mewarisi seluruh ketampanan ku, tetapi lihatlah hanya wajah nya yang mirip dengan ku, tetapi sikap nya sangat mirip Niel__ Astaga___"

Rinjani Hanya tersenyum mendengar ucapan Ansel, sebenarnya sebuah keunikan tersendiri saat putra kembarnya bisa memiliki warna mata yang berbeda bahkan Ivan benar-benar jiplakan Ansel, sedangkan Ivander jiplakan Nurry, tak heran dulu Ansel berkata Rinjani hebat bisa melahirkan Nurry dan Ansel sekaligus, lelucon yang kini benar-benar terlihat kebenarannya.

Setelah mengakhiri panggilan, Ansel menghampiri sang istri yang tengah Membuat minuman hangat.

Rinjani tersenyum saat tiba-tiba tangan hangat Ansel melingkar di pinggang nya.

" Teh hijau??" bisik Ansel.

" No, kopi" Rinjani menengadah dan menoleh kearah suaminya.

" Kita akan kedokter, menanyakan kapan kiranya aman bagi mu untuk melakukan perjalanan jauh"

Rinjani mengangguk.

" Ada yang ingin kau lakukan di negara ini sebelum kita pulang sayang??" Tanya Ansel menyibak rambut Rinjani melewati pundak

" apa boleh aku ingin kembali bermain ice skating ??" tanya Rinjani pelan.

" Tentu" Jawab Ansel mantap, yang mampu menerbitkan senyum di bibir Rinjani.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Sorenya

Rinjani terkejut ketika melihat barisan kepolisian mendatangi kediaman mereka, Rinjani sempat ketakutan, tetapi nyatanya mereka datang untuk meminta maaf kepada Ansel dan dirinya atas kejadian dua pekan yang lalu, tentang insiden peluru nyasar.

Bungkusan kado mengunung di ruang tamu aneka bungkus kado warna-warni memenuhi sebagian ruang yang tidak terlalu luas, ternyata tidak hanya permohonan maaf, mereka juga memberi kado untuk kehamilan Rinjani, mungkinkah ini berkah di balik musibah??

Rinjani sedang menatap suaminya yang mondar-mandir gelisah, hari ini suami Ibu Maria sedang melakukan pemasangan ring jantung akibat penyakit jantung koroner nya.

" Apa belum ada kabar??"Rinjani menghampiri suaminya.

" Kita masuk, disini dingin" Ansel merangkul pinggang Rinjani dan membawanya masuk kedalam rumah sebelum tangannya menutup pintu balkon.

" Sudah, syukur lah semuanya lancar, mungkin dua tiga hari sudah di izinkan pulang" Ansel menjelaskan setelah mereka berdua duduk di ruang tengah yang dipenuhi hadiah.

" Tetapi mengapa Kaka terlihat gelisah??"

" Aku memikirkan tanggung jawab yang harus segera aku tanggung, biar bagaimanapun kini tinggal aku anak Papa, itu berarti setelah kita menetap, aku harus mulai mengambil tanggung jawab perusahaan dari Papa, biar bagaimanapun kita tidak bisa hanya mengandalkan Ben"

" Kaka pasti mampu" Rinjani menyemangati suaminya, Ansel pemuda yang cerdas, dirinya juga memiliki tutor tersendiri untuk memajukan perusahaan.

" Aku masih sangat payah Rinjani, entah ada atau tidak dewan direksi yang mendukung ku nanti nya"

" Yang harus Kau tau, aku akan selalu mendukungmu." Rinjani mengenggam tangan suaminya

Ansel memang bukan Nurry yang memang menjadi pembisnis sejak muda, tetapi Rinjani yakin Ansel juga bisa menjadi seorang pembisnis sukses sebanding dengan Nurry dan Papanya, Ansel hanya butuh belajar.

" Terimakasih sudah mendukung ku, dan terimakasih kau sudah belajar mencintai ku" Tutur Ansel mencium kening Rinjani lama, tangan nya mengelus lembut perut istrinya.

Rinjani tersenyum.

" Sebelumnya aku ingin bertanya sayang, adakah negara yang ingin kau kunjungi?? aku akan membawamu kemanapun, barangkali kau menginginkan bulan madu atau mengunjungi tempat impian mu"

" Tidak Kak! aku hanya ingin hidup bersama mu, bersama anak-anak, dimanapun tidak masalah!"

Sebenarnya Rinjani sudah menitipkan kebahagiaan nya pada Ansel, karena Rinjani menyadari rasa sayang Ansel untuk nya sangat besar, dan Rinjani mengakui sangat beruntung karena itu.

Mustahil jika Ansel tidak semakin cinta dan sayang pada sang istri, Rinjani sosok wanita yang penyayang dan juga penuh kesederhanaan meski pun tiga tahun lebih hidup menjadi istri Kakanya yang penuh kemewahan, tetapi Rinjani tetap bersikap rendah hati dan tak banyak menuntut.

Ansel tersenyum , kemudian memeluk tubuh istrinya dengan luapan syukur dan kasih sayang .