Pesona Cinta Kakak Sahabatku

Malam terasa dingin, namun Tania malah merasakan kehangatan dari sikap penuh perhatian yang Kahfi tunjukkan.

Pria itu tampak membuka bungkusan martabak telor kesukaan Tania, kemudian menyuapinya.

Seperti biasa, Tania bak anak kecil jika bersama Kahfi, sampai makan saja di suapin.

“Terus ngomong apalagi orang tuanya mantan kamu itu?” Tanya Kahfi, tanpa menatap gadisnya.

Tania yang sedang mengunyah makanan menekuk wajah. “Bisa nggak sih jangan sebut dia mantan, Mas.” Kata Tania.

Kahfi tertawa pelan. “Jadi seharusnya apa?” Kahfi menatap jahil Tania yang makin menekuk wajah.

“Sebut aja Bobby gitu, males banget kalo inget dulu pernah pacaran sama dia.” Jawab Tania dengan menggebu.

“Yaudah, saya minta maaf. Jadi, ngomong apalagi ibu sama bapaknya Bobby” tanya Kahfi, suaranya makin melembut.

“Ya begitu deh, untung ada tante Laila yang bantuin.” Jawab Tania seadanya.

“Udah ah jangan bahas itu lagi, bahas yang lain gitu, Mas.” Pinta Tania setengah kesal, memikirkan Bobby yang kamprett itu.

Kahfi membersihkan tangannya yang terkena minyak, kemudian dia memangku tangannya. Menatap Tania dengan tenang, namun memikat.

“Yaudah bahas tentang kita aja, gimana?” tanya Kahfi.

“Mau bahas apaan?” tanya Tania, tiba-tiba saja dia gugup setengah mati.

“Apapun, tentang kita. Mungkin kamu udah siap saya nikahi.” Jawab pria itu sembari tersenyum.

Tania menelan gumpalan salivanya, dia kembali menatap Kahfi dengan perasaan campur aduk.

“Mas serius mau nikahin saya?” Tania memberanikan diri bertanya, meski seluruh tubuhnya merinding disko.

“Serius!” Jawab Kahfi dengan yakin.

“Saya cinta sama kamu, Kintan.” Tambah laki-laki itu.

Tania mengalihkan pandangannya, dia memegangi pipinya yang terasa gatal minta di tampar.

“Ini siapa yang bisa tampar muka gue ya, ya ampun mimpi apa gue semalem!!!” Batin Tania berteriak girang.

Tania yang masih memejamkan mata itu terkejut saat merasakan sebuah tangan menangkup wajahnya dengan hangat.

“Gue kan berharap ditampar, ini kenapa malah diusap lembut. Makin yakin deh kalo ini mimpi!” Batin Tania lagi.

“Kalo kamu belum siap nggak apa-apa, saya siap nunggu kok.” Tutur Kahfi.

“Jangan dipikirin kalo kamu merasa terbebani, Kintan.” Tambah pria itu lembut.

Tania makin gugup, bahkan ia yakin Kahfi bisa melihat bibirnya yang gemetaran bersama detak jantung yang menggila.

“Ini kalo gue kokop dosa nggak ya, itu bibir rasa enaknya bisa gue tebak.” Batin Tania, menatap dalam mata dan bibir Kahfi.

“M-mas mau nikah sama saya dan bangun rumah tangga seumur hidup?” tanya Tania, entah apa yang gadis itu tanyakan memang terdengar konyol.

Kahfi tertawa, melepaskan tangannya dari wajah Tania.

“Memang siapa yang mau menikah untuk berumah tangga sesaat?” Ujar Kahfi.

Kahfi berhenti tertawa. “Kalo kamu bersedia menikah dengan saya, maka jangan coba-coba untuk bermain-main, Kintan.” Ujar pria itu pelan.

“Nama saya Tania, Mas.” Sahut Tania, pernyataan yang sudah sering ia jejeli kepada Kahfi, tapi hasilnya sama.

“Kintan panggilan sayang saya buat kamu.” Balas Kahfi langsung.

Jantung gadis itu makin tidak bisa dikontrol, dia hanya bisa melongo. Bahkan martabak dengan aroma sedap sudah tidak dipedulikan olehnya.

“Udah malam, masuk gih!” Tutur Kahfi, sembari merapikan jaket Tania.

Tania masih diam saja, memperhatikan laki-laki itu dengan tatapan bingung.

“Mas Kahfi janji bakal sayang sama saya kalo kita nikah?” Tanya Tania tiba-tiba.

Gerakan tangan Kahfi yang sedang mengusap bahu Tania terhenti, kemudian ia menatap gadis di depannya dengan bingung.

“Janji nggak, Mas?” Tanya Tania lagi.

Kahfi tersenyum. “Jangan mudah percaya sama janji orang, meski saya pasti akan sayang sama kamu tanpa harus janji.” Jawab Kahfi.

“Kamu boleh lakuin apapun, Kintan. Lihat saya sebagai pria yang bisa memberikan kamu masa depan penuh kebahagiaan.” Tambah laki-laki itu.

Tania tiba-tiba terisak. “Saya cuma nggak mau diselingkuhin apalagi sampe nangis-nangis lagi, Mas.” Lirih Tania.

Kahfi masih mempertahankan senyumnya. Dia kemudian memegang dagu gadis itu dan mengangkatnya.

“Nangis itu kan pilihan, kalo kamu merasa sakit ya jangan nangis.” Ujar Kahfi.

“Mana ada orang di selingkuhin ketawa.” Ketus Tania, menyeka air matanya sendiri.

Kahfi mengusap kepala Tania dengan lembut.

“Nggak salah saya suka sama kamu, cewek yang kecebur di got gara-gara naik sepeda.” Celetuk Kahfi tiba-tiba.

“Hah maksudnya? tunggu …. kok Mas tahu aku pernah kecebur got waktu naik sepeda?” tanya Tania heran.

“Tau lah, orang saya yang ketawa paling kenceng waktu itu.” Jawab Kahfi dengan santai.

Tania menganga, dia ingat pernah jatuh dan diketawain oleh laki-laki yang sedang lari pagi. Kejadiannya saat ia masih sekolah.

“Cowok yang lari pagi itu kamu, Mas?” Tania memicingkan matanya.

“Salah!” Jawab pria itu, membuat Tania bingung.

“Salah? terus kamu yang mana?” Tania penasaran, bahkan tangannya sampai menarik-narik baju Kahfi.

“Nanti saya kasih tau kalo kita udah nikah. Pokoknya saya punya banyak rahasia selama mengenal kamu dalam diam.” Balas Kahfi dengan senyumnya yang jahil.

“Ih kenapa harus nunggu nikah, sekarang aja.” Pinta Tania sedikit merengek.

Kahfi memegang tangan Tania. “Kalo gitu nikahnya cepetan, kapan kamu siap?”

JALUR CEPAT INI NAMANYA KAHFI :)

Bersambung .......................................................