Akila Citra Kirana seorang Guru cantik Sekolah Dasar terpaksa harus menikah dengan seorang Pengusaha muda yang tampan namun sangat angkuh dan kejam.
Raffael Abraham seorang Pengusaha muda yang mempunyai prinsip tidak ingin menikah setelah calon istrinya meninggal akibat kecelakaan.
Akankah kehidupan Akila bahagia ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merelakan
📚
📚
📚
📚
📚
Clarissa pulang ke rumah Mamanya..
Tok..tok..tok..
"Ma, buka pintunya," teriak Clarissa.
Mama Mirna terbangun dengan suara ketukkan pintu, dengan malasnya Mama Mirna membuka pintu dan matanya terbelalak saat melihat Clarissa datang dengan membawa koper besarnya.
"Clarissa, ada apa? kok kamu bawa koper malam-malam begini?" tanya Mama Mirna.
Clarissa tidak menjawab, dia langsung masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Mamanya yang masih tertegun di depan pintu. Clarissa langsung masuk ke kamarnya dan disusul oleh Mama Mirna.
"Rissa, ada apa sebenarnya?" tanya Mama Mirna.
"Semuanya sudah hancur Ma, sekarang aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan," jawab Clarissa frustasi.
"Maksud kamu apa?"
"Mas Raffa sudah mengusirku dan menceraikanku Ma, terus sekarang bagaimana nasib anak didalam kandunganku?"
"Apa? dasar anak bodoh, bagaimana bisa Raffa sampai menceraikanmu?"
"Mas Raffa tahu kalau anak ini bukan anakknya, bahkan Mas Raffa tahu siapa nama Ayah dari anak yang aku kandung ini."
"Ah...dasar kamu ini, anak yang tidak berguna darimana Raffa tahu tentang Ayah dari anak yang ada dalam kandungan kamu?" tanya Mama Mirna frustasi.
"Aku juga tidak tahu Ma, ini semua gara-gara ide konyol Mama sudah jelas-jelas kita semua tahu siapa Raffael Abraham itu, kalau masalah kecil seperti ini sudah jelas Mas Raffa bisa mengetahuinya dengan mudah."
"Kenapa kamu jadi menyalahkan Mama? kamunya saja yang bodoh, pokoknya Mama tidak mau tahu kamu urus saja tuh kandungan kamu jangan menyusahkan Mama," seru Mama Mirna dengan meninggalkan kamar Clarissa.
"Aaarrrggghhh, apa yang harus aku lakukan? kalau aku menemui Jorge sudah pasti dia akan menyuruhku untuk menggugurkan kandungan ini, aku tidak bisa menggugurkannya karena aku sudah terlanjur menyayanginya," gumam Clarissa mengusap perutnya sembari meneteskan airmatanya.
***
sembilan bulan kemudian...
Mama Mirna saat ini sedang berada di rumah sakit, Clarissa sepertinya saat ini mau melahirkan. Semenjak Clarissa di usir dan di ceraikan oleh Raffa, hidup Clarissa sangat miris dia banting tulang mencari nafkah untuk makan.
Sementara Mamanya sama sekali tidak mau membantu anaknya itu. Hingga akhirnya detik-detik mau melahirkan, hati Mama Mirna tergerak dia tidak tega melihat anaknya kesakitan sendirian hingga akhirnya Mama Mirna membawa Clarissa ke rumah sakit.
"Ayo Bu, sedikit lagi kepalanya sudah keluar," seru Dokter.
Clarissa dengan sekuat tenaga berusaha mengeluarkan anaknya, keringat dan airmata sudah membasahi wajah Clarissa begitupun dengan Mama Mirna yang dari tadi sudah meneteskan airmatanya melihat perjuangan anaknya itu.
Oekk...oekk..oekk...
Tidak lama kemudian, suara tangisan bayi menggema diseluruh ruangan itu, Clarissa terkulai lemas.
"Selamat Bu, anak Ibu perempuan dan sangat cantik," seru Dokter.
Suster dengan sigap membersihkan bayi Clarissa dan setelah bersih, Suster menidurkan bayi perempuan itu di samping Clarissa. Rasa haru dan bahagia bercampur jadi satu.
"Selamat datang di dunia ini Nak, kamu sangat cantik," ucap Clarissa dengan deraian airmata.
"Cucu Nenek cantik sekali," seru Mama Mirna dan meneteskan airmatanya.
***
Sementara itu, selama kurang lebih sembilan bulan ini Raffa tidak pernah melihat lagi Clarissa, dia menepati janjinya kalau dia tidak pernah muncul lagi di hadapan Raffa.
Raffa berubah menjadi sosok pria berhati dingin, tidak ada lagi senyum di bibir Raffa. Raffa berubah menjadi manusia yang mengerikan, dan gampang marah.
Eyang Puteri pun sudah kembali lagi ke rumah, kondisinya sudah berangsur membaik. Diam-diam tanpa sepengetahuan Raffa, Eyang menyuruh orang-orangnya untuk mencari Aqila yang sampai saat ini tidak tahu dimana rimbanya.
"Maaf Nyonya, kami belum juga bisa menemukan keberadaan Nyonya Aqila," seru salah satu anak buah Eyang.
Eyang Puteri menghela nafasnya, ini sudah ke sekian kalinya pencarian anak buah Eyang tidak membuahkan hasil.
"Kamu ada dimana Aqila, sudah sembilan bulan lamanya kamu pergi, apa kamu baik-baik saja?" gumam Eyang.
Eyang Puteri pun melambaikan tangannya, pertanda anak buahnya harus pergi. Seperti sudah tahu dengan perintah sang Nyonya besar, kedua anak buah Eyang Puteripun membungkukkan badannya sebelum mereka pergi.
***
Aqila menatap jauh ke depan, saat ini Aqila sedang berada di sekolah untuk mengajar anak-anak. Setelah Aqila memberikan tugas kepada anak-anak, Aqila keluar dan berdiri di depan pintu dengan tatapan menerawang jauh kedepan.
"Apa kamu baik-baik saja disana Mas? semoga kamu selalu bahagia dengan kehidupan baru kamu dan pastinya sekarang kamu sedang bahagia karena Clarissa saat ini pasti sudah melahirkan anak kalian dan aku pun disini akan berusaha melupakanmu Mas, walaupun pada kenyataannya aku tidak bisa menghilangkan kamu dari ingatanku," batin Aqila.
"Hayo, lagi melamun apa lagi?" seru Fathir dengan menepuk pundak Aqila pelan.
"Tidak, siapa yang melamun aku hanya sedang menikmati pemandangan di depan sana sembari menunggu anak-anak mengerjakan tugas," sahut Aqila dengan menampilkan senyumannya.
"Ingat Qila, kamu jangan banyak pikiran nanti sakit kepala kamu kambuh lagi."
"Iya, aku juga tahu."
"Baguslah, ayo semangat kita disini masih lama entah beberapa tahun lagi kita bisa kembali ke Jakarta dan kamu harus menata hati kamu dan mengubah diri kamu menjadi pribadi yang baru jangan mikirin masalalu, hidup kita harus tetap berjalan kalau kita terus saja mikirin masalalu kita tidak akan pernah maju," seru Fathir.
"Iya juga ya, kita hidup di masa sekarang bukan masalalu, terima kasih ya Thir, kamu selalu ada buat aku dan mengingatkan aku."
"Sama-sama Qila, aku kan sudah beberapa kali ngomong sama kamu kalau aku sampai kapanpun akan menunggu kamu sampai kamu mau membuka hati kamu untukku, dan selama itu pula aku akan selalu ada untukmu dan menjaga kamu," sahut Fathir dengan tatapannya yang penuh cinta.
"Ah iya, aku masuk kedalam dulu ya, sepertinya anak-anak sudah selesai mengerjakan tugas yang aku berikan."
Aqila dengan cepat masuk kedalam, sebenarnya Aqila berusaha menghindar dari obrolan Fathir yang mengarah ke urusan hati. Aqila tidak mau sampai memberi harapan palsu kepada Fathir, sementara hati Aqila masih mengharapkan Raffa.
"Maafkan aku Fathir yang selalu menyakiti hatimu, tapi aku benar-benar belum bisa menerima cinta kamu, hati aku masih mengharapkan cinta Mas Raffa," batin Aqila.
***
Sementara itu, Raffa sedang berdiri di depan jendela Kantornya dengan kedua tangannya dia masukkan kedalam saku celananya.
" Aqila, kamu bersembunyi dimana? sudah sembilan bulan berlalu, belum cukupkah kamu menghukumku dengan cara menyiksa hati dan pikiranku? tolong kembalilah aku sangat merindukanmu," batin Raffa.
Satu minggu kemudian....
Satu minggu paska melahirkan, kehidupan Clarissa dan Mama Mirna sangat memprihatinkan. Saat ini mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil, rumah mereka yang dulu ditempati sudah di sita oleh Bank karena Mama Mirna menggadaikan surat tanah rumah itu dan tidak bisa membayarnya.
Tok..tok..tok..
Mama Mirna membukakan pintunya...
"Bu Lilis."
"Maaf Bu Mirna, kalian sudah menunggak biaya kontrakan selama dua bulan, saya sudah mencoba bersabar dengan janji-janji yang Ibu berikan tapi sampai saat ini Ibu belum bisa membayar kontrakan, jadi saya mohon Ibu dan Clarissa angkat kaki dari kontrakan saya," jelas Bu Lilis yang merupakan pemilik kontrakan.
"Tapi Bu, tolong beri saya waktu satu minggu saja nanti saya akan lunasi semuanya. Apa Ibu tidak kasihan kalau anak saya baru saja habis lahiran, kami mau tinggal dimana? apalagi bawa bayi seperti ini," keluh Mama Mirna.
"Tidak bisa, pokoknya kalian harus angkat kaki sekarang juga."
"Bu, tolonglah kasihani anakku yang masih sangat kecil ini, kalau kami pergi dari sini, kami harus tinggal dimana?" ucap Clarissa dengan deraian airmata.
"Mana saya tahu, itu terserah kalian mau tinggal dimana juga, pokoknya kalian harus angkat kaki dari rumah kontrakan saya, saya kasih kalian waktu sampai sore nanti untuk beres-beres barang kalian kalau nanti sore saya datang kesini lagi kalian masih ada disini, jangan salahkan saya kalau saya akan bertindak kasar kepada kalian, permisi."
Pemilik kontrakan itu pergi meninggalkan Mama Mirna dan Clarissa yang saat ini sedang menangis meratapi nasib mereka.
"Bagaimana ini Rissa, kita harus pergi kemana?" tanya Mama Mirna.
"Rissa juga tidak tahu Ma, Rissa masih punya uang simpanan cukup untuk membayar kontrakan satu bulan tapi kalau uangnya di pakai untuk bayar kontrakan, bagaimana untuk biaya makan kita Ma," sahut Clarissa.
Mama Mirna tampak menangis tersedu-sedu.
"Ma, bagaimana kalau kita pulang ke Jogja saja dan meminta bantuan kepada Papa karena Rissa dengar sekarang Papa sudah punya usaha sendiri dan usahanya saat ini sedang maju-majunya," seru Clarissa.
"Tidak Rissa, Mama terlalu malu untuk bertemu dengan Papa kamu, dosa Mama sudah terlalu banyak kepada Papamu."
"Mama jangan bicara seperti itu, Papa orang yang sangat baik apa salahnya kalau kita mencoba, kalau seandainya Papa tidak mau menerima kita, kita cari kontrakan saja disana setidaknya biaya hidup disana tidak semahal biaya hidup di Jakarta," ucap Clarissa.
Mama Mirna tampak berpikir sejenak karena sudah tidak ada pilihan lain, akhirnya Mama Mirna pun pasrah menyetujui usul Clarissa. Mereka berdua membereskan barang-barang yang akan mereka bawa.
Selama membereskan barang-barang, Clarissa tampak berpikir keras dan Clarissa juga terlihat menuliskan sesuatu di sebuah kertas entah apa yang sedang dia tulis.
"Rissa, Mama tidur dulu sebentar ya soalnya kepala Mama sedikit pusing biar nanti sore baikkan," seru Mama Mirna.
Melihat Mamanya sudah tidur, Clarissa perlahan menggendong bayinya dan dengan cepat memesan taxi online. Selama dalam perjalanan Clarissa tidak henti-hentinya menciumi puterinya itu dengan deraian airmata.
"Maafkan Mama Sayang, bukannya Mama tidak mau mengurus kamu tapi Mama tidak sanggup membiayai kamu, Mama tidak mau membuat hidupmu menderita kamu harus bahagia Sayang, suatu saat nanti apabila Mama sudah mampu membiayai kamu, Mama akan menemui kamu," gumam Clarissa dengan deraian airmatanya.
Tidak lama kemudian Clarissa sampai di sebuah rumah megah nan mewah, Clarissa celingukan kesana-kemari, beruntung saat ini kondisi perumahan itu sedang sepi dengan terburu-buru, Clarissa menyimpan bayi perempuan yang bernama Lisa Jeorgina itu.
"Maafkan Mama Sayang, Mama sangat menyayangi kamu semoga kamu bahagia dan orang yang punya rumah ini menyayangi kamu," gumam Clarissa.
Tanpa menoleh lagi ke belakang, Clarissa segera berlari dan memasuki mobil itu. Selama dalam perjalanan, Clarissa tidak henti-hentinya menangis. Dadanya terasa sangat sesak, tapi ini adalah jalan satu-satunya supaya anaknya itu mendapat kehidupan yang layak.
📚
📚
📚
📚
📚
Yuhuuu....jangan lupa dukungannya sebayak-banyaknya supaya kalian dapat pulsa dari Author🤗🤗
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
sabar Aqila...ada saatnya nannti ketika semua terbongkar maka Rafa yg akan berbalim mengejarmu ....😭😭😭