Istri Bar-Bar Sang Pewaris

"Apaaaaa?" Teriak Melani saat Kayla mengatakan akan terbang ke Bali malam ini untuk menikmati bulan madu yang Oma hadiahi untuk pernikahan mereka.

"Astaga!" Kayla menutup telinganya. "Bisa pelan sedikit kan, Mbak?"

Melani membungkam mulutnya dengan tangan kanan. Ia tak sadar suaranya bisa menembus hingga ke kandang singa.

"Maaf... maaf Kay." ucapnya sambil melirik pintu kaca tempat bersemayamnya singa patah hati itu. Aman, Singa gil* tidak keluar dari kandang.

"Kamu serius akan ke Bali?" Melani melotot tak percaya.

Kayla mengangguk.

"Malam ini?" tanyanya lagi.

Ia mengangguk lagi. "Iya. Jam 7 malam nanti."

"Oh Tuhan! Berikan jomblo paling mengenaskan yang cantik jelita ini jodoh yang kaya raya seperti suami Kayla!" Ucap Melani dengan menengadahkan tangannya ke atas seperti sedang berdoa.

Kayla terbahak. "Amin! Semoga jomblo putus asa ini segera bertemu CEO yang kelak akan meminangnya..." Tak urung Kayla tetap mendoakan Melani juga.

"Amiiiiiiiin." Ucap Melani semangat.

"Mel..."

Keduanya menoleh ke asal suara dan bertepatan dengan terbukanya pintu kandang singa gila yang terbuat dari kaca itu.

"Buatkan saya kopi!" Perintah Jendra tanpa keluar dari ruangannya. "Gulanya sedikit saja."

Dan dalam hitungan detik, Jendra masuk ke dalam dan pintu kaca yang terbuka sedikit itu langsung menutup. Pria itu bahkan tak mengatakan apapun lagi.

Melani dan Kayla bahkan belum menanggapi meski hanya mengangguk. Keduanya masih terpaku, karena kemunculan Jendra bertepatan saat Melani mengucapkan kata amin.

"Doa mbak Mel langsung dikabulkan Tuhan!" Ucap Kayla speachless.

Lalu tak lama ia terbahak karena Jendra yang menjadi jawaban atas doa seniornya itu.

Melani cemberut kesal. "Ya Tuhan, kalau memang dia orangnya, please! Cancel saja!"

"Terima saja, Mbak!"

"Pewaris Dewandaru Group loh ini!"

Melani cemberut membuat Kayla makin terbahak. Melani pergi ke pantry untuk membuat kopi sambil bergumam kesal. "Biasanya hanya memberi perintah melalui intercom. Mengapa kali ini dia malah muncul di pintu."

Melani benar-benar tidak pernah berharap Jendra menjadi pria yang Tuhan kirim sebagai jawaban atas doanya.

Sejak menjadi sekretaris Jendra 3 tahun lalu, ia sudah hafal dengan pria playboy yang selalu saja dicari-cari wanita cantik yang berbeda tiap minggunya.

Melani menilai, Jendra berkencan dengan wanita berbeda tiap minggu. Dan itu membuatnya benar-benar tidak ingin berjodoh dengan pria seperti itu.

"Semangat!" Kayla mengangkat lengannya dan mengepalkan tangan kepada Melani yang datang dengan nampan di tangannya.

"Siapa tahu, dari kopi masuk ke hati," Kayla tertawa.

Melani juga tertawa. "Semoga kopi ini bisa mengubah cuaca yang tidak menentu menjadi lebih cerah!" Maksudnya adalah suasana hati Jendra yang masih sering berubah-ubah.

Sementara itu, Jendra sedang menunggu kedatangan Clara yang ia sendiri belum tahu tujuannya untuk apa. Untuk masalah pekerjaan atau untuk masalah pribadi. Oke! Kita tunggu saja.

Pintu ruangannya terbuka dan Melani datang dengan membawa nampan kecil di tangannya.

"Ini kopi yang anda minta, Pak!" Melani meletakkan kopi itu diatas meja.

"Saya keluar dulu, Pak!" Ucap Melani lagi karena pria yang ia sebut sebagai singa itu sepertinya sedang melamun.

"Mel..." panggil Jendra membuat Melani yang sudah berbalik terpaksa kembali berbalik menatap Bos nya itu.

"Ya, Pak!"

"Clara akan ke sini, dalam beberapa menit, atau mungkin dia sudah datang sekarang. Nanti, langsung suruh dia masuk. Jangan sampai dia dan Kayla bertengkar!"

"Siap, Pak!"

Melani keluar dari ruangan Jendra dan bertepatan pula dengan datangnya Clara yang masih sekitar 5 meter dari posisinya.

Panjang umur si ulat bulu. Melani menaikkan salah satu sudut bibirnya dan kembali ke meja kerjanya.

Clara melihat Melani dan Kayla bergantian. Lalu berhenti di meja Kayla membuat Melani waspada dan mengambil kuda-kuda untuk menarik rambut curly milik Clara jika wanita itu melakukan sesuatu pada Kayla.

"Jendra, ada di tempat?" Tanya Clara.

"Ada Bu," jawab Kayla.

"Beliau berpesan, anda bisa langsung masuk ke ruangannya," ucap Melani layaknya sekretaris yang menghormati klien di perusahaan ini.

Clara menatap Melani sekilas lalu masuk ke ruangan Jendra.

"Berjalan masih menginjak bumi saja sombongnya bukan main!" Sinis Melani.

Kayla tertawa pelan. "Kalau mengambang, berarti sudah beda alam, Mbak!"

Melani tertawa. "Kamu benar Kay. Tapi, kalau dilihat-lihat, dia memang seperti yang mengambang itu, sih!"

Kayla mengerutkan kening. "Sejenis makhluk tak kasat mata yang berambut panjang, Mbak?"

"Ih, kok serem ya?" Kayla bergidik ngeri.

"Bukan." Balas Melani serius. "Lebih mirip yang mengambang di kali. Itu loh, yang kuning!"

Kayla berfikir sejenak, lalu tertawa sambil memegang perutnya. "Jorok sekali, Mbak!"

Melani menopang dagu menatap Kayla yang masih tertawa. "Kira-kira mau apa dia kesini, Kay?" Tanya Melani.

Kayla mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu, Mbak!"

"Pasti urusan pribadi karena tidak ada meeting dengannya hari ini," gumam Melani.

Sementara itu, di ruangan Jendra, Clara duduk di depan meja kerjanya.

"Ada kepentingan apa kamu datang kesini, Cla?" Tanya Jendra yang merasa tidak ada jadwal meeting dengan sahabat SMAnya itu.

"Tidak ada. Aku hanya ingin bertanya padamu."

"Apa?" Tanya Jendra cepat.

"Apa pembangunan rumahku bisa selesai dalam 2 bulan?" Tanya Clara.

Jendra menghela nafas. "Dalam meeting sudah dibahas, pembangunan rumah kamu akan selesai dalam 3 atau 4 bulan. Lalu untuk apa kamu datang dan meminta untuk diselesaikan dalam dua bulan?" Ucap Jendra agak ketus karena sudah jelas dan sudah disepakati dalam meeting kemarin.

"Ya, aku hanya bertanya. Aku tidak betah tinggal di apartemen yang ku sewa sekarang!" Ungkap Clara yang hanya merupakan alasannya saja.

"Cari apartemen yang membuatmu betah. Di daerah X sepertinya cocok untukmu." Jendra menyebutkan nama sebuah apartemen mewah dengan fasilitas lengkap sebagai rekomendasi darinya.

Clara tersenyum lebar. "Ya, nanti aku akan mencoba untuk melihat-lihat kesana."

"Ehm, baiklah!" Clara berdiri dari kursinya.

"Aku pergi dulu. Aku hanya ingin menanyakan hal itu padamu."

Hanya untuk menanyakan hal itu? Apa tidak bisa jika ia tanyakan melalui pesan atau panggilan telpon? Batin Jendra.

"Selamat siang, Jend!" Pamit Clara.

"Selamat siang. Hati-hati, Cla!"

Clara keluar dari ruangan itu dengan senyum sinisnya. Ia sempatkan untuk menyapa dua sekretaris Jendra yang sedang tertawa cekikikan.

Sebenarnya tujuan Clara ke sini adalah untuk mencari tahu mengenai siapa Kayla dan dimana wanita itu tinggal saat sebelum menikah. Tapi, Clara malah mendapat informasi paling berguna dari hasil menguping pembicaraan Melani dan Kayla.

Tertawalah sepuasnya sebelum akhirnya kita kembali bertemu di Bali. Batin Clara senang.

Ia jadi punya rencana untuk membuat bulan madu Kalandra dan Kayla lebih berkesan menurutnya.