Naifa, gadis berusia 18 tahun terjebak di sebuah pernikahan yang seharusnya diatur untuk sang kakak. Namun, ternyata sang suami adalah orang yang pernah menolongnya. Apakah Naifa bisa melewati kehidupan pernikahan di usia mudanya dan menjadi istri yang baik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Menikmatinya
Bian segera mengambil handphone nya, ingin sekali dia memberikan kata motivasi bagi pengganggunya.
"Kakakmu."
Saat tahu si penelepon, Bian mengurungkan niat jeleknya. Segera menjawab panggilan dari Sofia.
"Walaikumsalam, ada apa Sofia?"
"Saya tidak lihat Pak Fabian hari ini di kantor, apa ada sesuatu?"
Naifa mendengar pertanyaan kakaknya yang sedikit ambigu, untung saja Bian menurut pada sang istri yang menyuruhnya untuk gunakan loudspeaker.
"Ah, istri saya menyuruh cuti karena kemarin saya pulang larut malam. Apa ada hal penting?"
"Ada dokumen yang harus anda periksa, saat saya ke ruangan anda ternyata tidak ada siapa-siapa."
Bian merasa aneh, sebelumnya dia sudah mengabari Dani untuk menggantikan tugasnya dan kirim dokumen penting melalui e-mail. Dia merasa Sofia hanya beralasan untuk bisa menghubunginya.
"Oh, kamu kirim saja lewat e-mail. Kalau dokumen fisiknya berikan pada Marissa. Suruh dia yang menyimpan itu di meja saya."
Bian pun memutus panggilannya, entah kenapa dirinya merasa aneh dengan tingkah Sofia. Begitupun Naifa yang mendengar percakapan mereka. Apakah dia harus mewaspadai kakaknya sendiri?
"Kak Bian, aku mau ke kamar mandi dulu."
Entah kenapa semangat Naifa melemah, di saat-saat krusial ada saja hal yang mengganggu mereka.
"Tunggu, saya gak kasih kamu izin ke mana-mana. Hari ini kamu harus menuruti saya, Naifa sayang."
Bian berhasil kembali mengungkung tubuh sang istri, pria itu menggenggam pergelangan tangannya dengan kuat. Sementara Naifa hanya bisa pasrah, karena momen inilah yang sudah dia tunggu. Dia berharap kali ini tak ada pengganggu lagi.
"Naifa sayang, istriku, milikku."
Kata-kata itu selalu keluar dari mulut suaminya, membuat Naifa seakan melayang karena di cintai sebegitunya. Apalagi perhatian Bian yang selalu bertambah setelah mereka melakukan aktivitas romantis.
"Kak Bian, aku tuh penasaran. Kenapa kakak perhatian banget kalau kita sudah melakukan itu," tanya gadis itu dengan penasaran. Bian hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan sang istri.
"Karena apa yah? Mungkin karena saya merasa puas," jawaban Bian yang ambigu membuat Naifa memukul lengan berototnya. Sementara Bian hanya merasa kegelian.
"Kalau jawab tuh yang jelas, mana ada jawaban yang kaya gitu."
"Baiklah kalau mau jawaban yang jelas. Karena kamu pasti lelah, sudah mengurus rumah, menjadi mahasiswi. Terus harus menuruti kemauan saya, yang bisa dibilang saya gak bisa lebih cukup dari satu kali. Dan itu buat kamu lelah kan pastinya, tanggung jawab saya untuk mengembalikan semua tenaga dan mood kamu."
Naifa pun mengangguk mendengar penjelasan Bian. Entah kenapa rasanya damai saat dia berada di pelukan suaminya.
"Sebenarnya aku tuh mau protes sama Kak Bian."
"Protes apa sayang?" Tanya Bian yang memeluk Naifa sambil mengelus rambutnya.
"Jangan gigit bahu aku, soalnya sakit. Lihat deh, merah kan?" Naifa menunjukkan bahunya yang merah, membuat Bian menahan tawanya karena dia tak bisa berjanji untuk hal ini.
"Maaf yah sayang kalau saya gragas, saya suka lepas kendali kalau sedang... " Bian tak melanjutkan lagi ucapannya, entah kenapa obrolan ini membuat gairahnya bangkit kembali.
"Maaf sayang," Bian terus mengucapkan kata maaf seraya kembali menyatukan tubuhnya yang masih polos pada istrinya. Naifa yang sudah lemas pun tak bisa melawannya, karena tubuh besar Bian bukanlah tandingannya. Dia hanya pasrah dan menikmati aktivitas ranjangnya. Jika tak malu, Naifa ingin sekali jujur pada suaminya kalau hal ini sangatlah nikmat.
***
"Hai Ifa, lagi ada waktu senggang? Saya mau ngobrol sebentar." Ryan, kating yang terkenal di kampus itu tiba-tiba mengajak ngobrol Naifa yang sedang makan siang di kantin. Naifa merasa berdebar, apa gerangan yang akan dibicarakan pemuda tampan itu?
"Disini aja yah Kak ngobrolnya, sama Hanni juga biar gak ada fitnah."
"Betul kak, kalau cuma berdua yang ketiganya setan. Kakaknya yang bikin dosa, setannya yang kena fitnah. Betul kan Nai?" Perkataan Hanni membuat Naifa menahan tawanya sementara Ryan hanya mendengarnya bagai angin lalu.
"Saya kan satu jurusan sama kamu, katanya minggu ini malam keakraban akan dilaksanakan di villa yang ada di puncak. Kalau kamu mau, boleh daftar sama saya."
Penjelasan Ryan membuat Naifa dan Hanni saling bertatapan. Mereka berdua senang karena hal yang di tunggu akhirnya datang.
"Gak akan di batalin lagi kan kaya kemarin, aku tuh sudah siapin perlengkapannya tapi kecewa banget karena gak jadi." Ucap Hanni sambil menyeruput es bobanya. Sementara Naifa mengangguk menyetujui apa yang di bilang Hanni.
"Insya Allah enggak yah, soalnya villanya juga udah di booking. Aku harap kamu sama Hanni bisa ikut. Saya pergi dulu yah mau tempel pengumumannya di mading."
Ryan dengan manis melambaikan tangan pada Naifa, namun hanya Hanni yang bisa membalasnya karena Naifa ingin menghargai suaminya. Gadis itu hanya tersenyum menunjukkan keramahan tanpa memberikan hatinya sedikitpun.
Di rumah, Naifa bercerita pada suaminya jika minggu ini dia akan menginap di villa. Bian yang tak siap tentu saja melarang Naifa yang di sambut dengan emosi gadis itu.
"Kak, cuma semalam aja. Hanni juga ikut kok, kasih ijin yah. Please," ucap Naifa memohon pada suaminya. Bian merasa tak tega, karena baru kali ini istrinya meminta satu hal sampai memohon seperti ini.
"Ya sudah, tapi jaga kesehatan, jaga pola makan, jaga diri juga yah."
"Aku tuh cuma nginap semalam lho kak, bukan mau pergi dinas." Naifa merasa lucu dengan sikap suaminya, ternyata semenyenangkan ini dicintai oleh pria tampan yang usianya matang.
"Kalau begitu, sebelum pergi makrab kamu harus dinas malam juga sampai hari sabtu. Non stop, setiap hari."
"Ya Allah, tutorial bikin demam istri. Ujung-ujungnya gak ikut makrab deh. Aku ngantuk ah mau bobo," ucap Naifa yang langsung menarik selimutnya dan memejamkan matanya. Gadis itu tak berpura-pura. Dirinya benar-benar tertidur nyenyak. Sementara Bian memeriksa alamat villa yang akan jadi tempat makrab sang istri, entah kenapa hatinya merasa tak enak.
"Apa aku sewa villa sebelahnya, ajak Dani sama Jehan kayanya oke juga."
Pria itu pun mengirim pesan pada kedua sahabatnya yang di sambut baik oleh mereka. Tak butuh waktu lama, Bian sudah mendapat booking villa di sana.
Hari sabtu yang di nanti Naifa pun tiba, dengan semangat membawa perlengkapan yang di butuhkan. Sementara Bian yang juga sudah diam-diam menyiapkan semuanya, tinggal berangkat menuju tempat yang tujuannya sama dengan Naifa.
"Hati-hati sayang, i will miss you," ucap Bian seraya mencium kening Naifa.
"Me too."
Bian melambaikan tangan pada istrinya yang berjalan menuju kampusnya. Saat Naifa sudah tak terlihat, pria itu menghubungi kedua sahabatnya.
"Kalian sudah siap?"
Bina gelisa karna 2 buaya ganguin Naifa
sedangkan Naifa gelisah karna sofia belum tau kalo Naif sudah memikah sama Bian...
piye iki... makin seru
kira2 apa yang akn di lakukan sofia ya kalo tau Naifa yang menggnatikan posisi dia jadi istrinya Bian....
masa pelakornya kaka kandung sediri
gimana jadinya yah...
maklum sih masih bocil....