Hana, sosok istri bertubuh gendut terpaksa harus menelan pil pahit saat suaminya melemparkan sebuah surat perceraian tepat mengenai wajahnya.
Ternyata menjadi sosok istri baik dan penurut saja tak membuat Bagas merasa bangga. Nyatanya, Hana harus menerima kenyataan bahwa suaminya berselingkuh dengan sang adik tiri lantaran tubuhnya sudah tak semolek dulu lagi.
Tiga tahun pasca kejadian itu, Hana datang kembali dengan penampilan fantastis dan juga drastis. Inilah saatnya ia mengacaukan hidup Bagas dan si Adik tirinya yang tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adinasya mahila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 : Kontrak
“Bunga, aku tidak melakukan apa-apa.”
“Lalu kenapa fotomu yang tanpa busana itu bisa terkirim ke ponselku? Jangan pikir ada hantu yang mengambil gambarmu lalu mengirimnya sendiri padaku.”
Bagas terdiam memikirkan ucapan Bunga di dalam lift yang akan membawanya ke lantai di mana ruangan Kelana berada, dia berpikir mungkinkah Hana sengaja melakukannya untuk mendapatkan cintanya lagi. Pikiran Bagas tidak sampai ke balas dendam. Ia salah menilai Hana. Pria itu pikir Hana masih polos seperti dulu, yang tak memiliki pikiran jahat dan mudah dia kibuli.
Saat pintu lift terbuka, Bagas kaget karena tempat itu sepi. Hana tidak ada di meja kerjanya. Dan sepertinya Kelana juga tidak di tempat.
“Ke mana mereka?” gumam Bagas. Ia memilih mengirimkan pesan ke sang mantan istri yang pernah dia sakiti, untuk menanyakan keberadaannya.
***
“Untuk apa dia bertanya?”
Hana membaca pesan yang dikirimkan Bagas dan memasukkannya kembali ke kantong blazernya. Wanita itu membenarkan letak tasnya dan memeluk erat beberapa map berisi berkas yang membutuhkan tanda tangan Kelana segera. Sayang, atasannya itu tidak datang ke kantor dan memintanya untuk mengantarkan ke rumah agar bisa ditandatangani.
Hana sengaja memarkirkan mobil di depan gerbang rumah. Ia menoleh ke kanan dan kiri mencari di mana letak bel rumah besar itu. Hingga, seorang pria berbadan tambun menghampiri dan bertanya.
“Cari siapa ya mba?”
“Ah … permisi Pak, saya sekretaris Pak Kelana. Saya diminta datang untuk mengantarkan berkas,” ujar Hana.
Pria itu pun mengangguk dan membukakan gerbang. Hana pun berjalan masuk ke halaman rumah yang sangat mewah itu, sampai pria tadi mengantarnya ke depan pintu dan pembantu menyambutnya.
“Saya mau menemui Pak Kelana,” ulang Hana menyampaikan tujuannya datang ke sana.
“Silahkan ikut saya! tadi Pak kelana berpesan agar mengantar Anda ke ruang kerjanya setelah tiba,” kata pembantu itu sambil menunjuk ke arah anak tangga.
Hana merasa rumah itu seperti kastil dalam cerita dongeng, tangganya saja sangat mewah dan besar. Ia menebak rumah itu pasti rumah Dinar, karena dia sempat mendengar Kelana berkata memiliki apartemen.
“Apa Pak Kelana sedang sakit?” tanya Hana yang terus membuntuti pembantu rumah.
“Iya, Tuan berkata tidak enak badan karena tidak bisa tidur semalaman.”
Hana pun menganggukkan kepala, dia mencoba menebak apa yang membuat Kelana sampai tidak bisa tidur? Apa karena pernikahan yang dia janjikan ke nenek gayung sebulan lagi? atau karena penolakan yang dia buat untuk menikah jadi Kelana kepikiran sampai tidak bisa tidur?
Namun, Hana salah. Kelana tidak bisa tidur karenam memikirkan kata ‘semriwing’ yang diucapkannya semalam.
***
“Permisi Pak, sekretaris Anda datang,” ucap pembantu Kelana sambil melongok masuk ke dalam.
“Suruh dia masuk dan buatkan kami teh,” jawab Kelana yang pagi itu nampak kasual dengan kaos oblong berwarna putih dan celana pendek.
“Pagi Pak,” sapa Hana. Mata wanita itu memindai ruangan. Rak-rak buku yang besar dan beberapa pajangan membuat siapa pun pasti betah tinggal di ruangan itu berlama-lama.
“Duduklah!” ucap Kelana, dia terlebih dulu duduk di sofa disusul oleh Hana.
“Ini berkas yang Anda minta dan harus ditandatangani.”
“Ini berkas yang harus kamu tandatangani,” balas Kelana dengan kalimat yang hampir sama.
Mereka pun sama-sama menyodorkan sesuatu. Bedanya apa yang diberikan Kelana hanya beberapa lembar kertas saja.
“Apa ini Pak?” tanya Hana bingung.
“Kontrak menikah denganku.”
“Me-me-menikah? Bapak serius?”
Hana terbata, dia mamandang Kelana yang sama sekali tidak memandang ke arahnya, pria itu menunduk melihat berkas.
Hana pun membaca isi lembar pertama dari kertas yang dia dapat dari Kelana. Seperti kontrak pada umumnya berisi tanggal, waktu dan identitas para pihak.
Hana menelan saliva yang terasa kelat sambil membalik untuk melihat halaman ke dua. Matanya kian melotot melihat nominal yang tertulis. Kelana akan membayarnya sebesar satu miliar dalam jangka waktu satu tahun.
“Pa-pa-pa-pak, ini serius? apa saya harus menerima atau menolaknya?” tanya Hana yang pikirannya kini sudah dilingkupi oleh satu kata yaitu ‘uang’.
“Tolak! dan lihat saja aku akan memberi tahu Bagas dan istrinya.” Kelana mengangkat kepala, senyum di sudut bibirnya nampak mengerikan. “Kamu ingin balas dendam ‘kan? cita-citamu itu hanya akan terwujud, jika kamu mau bekerja sama denganku, kalau tidak! lupakan saja, aku juga akan memecatmu.”
“Apa?”
Netra Hana membulat tak percaya, dia bahkan langsung menyesap teh yang dibawakan pembantu padahal uap panas masih mengepul.
“Tidak usah apa ... apa! kamu hanya boleh pergi dari sini setelah memutuskan, menandatangani itu atau kupecat dan kubeberkan rencanamu ke Bagas!” ancam Kelana lagi.
Hana memilih diam. Ia membalik lembaran ke tiga dan semakin tak percaya dengan isinya. “Jika sampai terjadi hal-hal yang tidak diduga, maka pihak ke dua tidak boleh menuntut pihak pertama.” Hana membaca isinya dengan lantang.
“Maksud Anda?” tanyanya kemudian dengan nada sedikit dibuat berlebihan.
Kelana tak bereaksi, pria itu memilih menyesap teh miliknya tapi nahas dia tersedak karena ucapan Hana.
“Hal tak terduga apa pak? Anda meminta jatah ranjang gitu?”
“Brtttt …. “ Kelana tak habis pikir kalau Hana bisa menduga sampai ke arah sana.
***
Sementara itu, di lantai bawah Tata ternyata datang untuk mengunjungi Dinar. Wanita paruh baya itu duduk di depan sang kakak yang sedang merangkai bunga. Ia pun penasaran, kenapa Dinar nampak adem ayem saja, perihal kabar Kelana yang akan menikah dengan sekretarisnya.
Penasaran, wanita itu pun memberanikan diri bertanya. “Kelana akan menikah sebulan lagi, kenapa kamu nampak masih santai, apa kamu tidak sibuk mencari dan menemui Wedding organizer atau butik untuk memesan baju?”
“Menikah? Kelana?” Dinar bergumam dalam hati. Ia tidak ingin menunjukkan perasaan yang sebenarnya ke Tata.
_
_
_
_
Halo Geng gimana kabar kalian?
Selamat menjalankan ibadah puasa untuk kalian yang menjalankan
Selama bulan Ramadhan novel ini aku setting UP di jam 18.00 WIB.
Terima kasih sehat selalu
Note : Maaf ini harusnya UP kemarin Na salah setting
tidak ada pembenaran untuk perselingkuhan, alasannya hanya satu yaitu nafsu, nafsu ingin memiliki yang lebih dari apa yang sudah mereka miliki. l