Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Menikah
Kejadian-kejadian berikutnya benar-benar membuat Yumna tidak habis pikir dengan sikap Davin yang semakin menjadi. Davin lebih berani menggoda Yumna dalam segala hal, padahal Yumna bukanlah perempuan yang mudah di goda oleh seorang pria. Percayalah jika Rio 0adalah cinta pertama dan pacar pertamanya, hingga menjadi suami pertama bagi Yumna, yang awalnya dia pikir akan menjadi pria terakhir yang dia percaya. Tapi ternyata, Rio hanya seorang pria berengsek yang langsung lupa diri setelah sedikit saja mendapatkan jabatan lebih tinggi. Lupa pada siapa yang menemani masa sulitnya selama ini.
Malam ini kembali Yumna menemani Davin ke rumah tempat mereka berkumpul. Kali ini Yumna menemukan seseorang yang lain, seorang gadis dengan pakaian pelayan dengan wajah manis, namun terlihat lelah. Yumna hanya berdiri di belakang Davin saat mereka semua berkumpul, dan gadis itu datang membawa minuman dan makanan untuk mereka. Kali ini pesta di adakan di luar ruangan, di halaman belakang.
Yumna memperhatikan gadis itu, wajah lelah, terluka dan penuh kesedihan jelas terlihat meski dia tersenyum begitu lebar. Yumna tidak tahu siapa yang membawanya kesini.
"Duduklah, kenapa kau terus berdiri disana?"
Yumna mengerjap pelan, dia menoleh pada Davin yang baru saja berbicara. Dia menepuk bagian sofa kosong di sampingnya. Yumna akhirnya duduk disamping Davin, masih memperhatikan gadis yang menjadi pelayan itu.
"Dia siapa?" bisik Yumna pada Davin, tidak bisa menghindari rasa penasarannya.
"Istri penggantinya Marvin"
Yumna langsung menatap ke arah laki-laki bernama Marvin itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Marvin hanya tenang meminum minumannya, seolah tidak merasa bersalah telah membuat istrinya malu di depan teman-temannya.
"Em, saya kesana sebentar ya" ucap Yumna seraya berdiri, saat dia ingin melangkah tapi tangannya di tahan oleh Davin, membuatnya menoleh dan menatap Davin. "Saya ingin ke kamar mandi sebentar, Pak"
"Jangan lama-lama"
Yumna hanya menghembuskan napas kasar sambil menggeleng pelan dengan sikap Davin yang semakin hari semakin menjadi. Dia sudah seperti anak kecil takut di tinggal Ibunya saja. Aneh sekali melihat sikap manjanya itu.
"Waw, seorang Davin takut di tinggal lama ke kamar mandi oleh seorang sekretarisnya? Bukankah itu aneh?" ucap Bayu dengan terkekeh.
"Diamlah, aku sedang tidak ingin jauh-jauh dengannya. Harusnya kalian senang melihatku seperti ini, dan kau Andreas ... setidaknya kau tidak akan terus mengurusi aku yang terkadang lewat kendali"
Andreas mengangguk kecil, dia menutup buku yang sedang di bacanya. Menatap Davin dengan lekat. "Baguslah, sekarang hanya tinggal Bayu yang masih tersesat"
"Sialan kau Andreas, memangnya aku apa sampai tersesat? Aku masih punya Tuhan, aku percaya Tuhan, hanya jarang beribadah saja"
"Ya, itu namanya sesat!" tekan Davin dengan tertawa puas.
Semuanya kembali mengobrol dengan segala candaan mereka. Percayalah disini masih tidak benar-benar terasa cukup cair ketika Bara dan Davin masih memasang wajah dingin diantara keduanya. Padahal dulu mereka begitu dekat, karena sudah kenal sejak kecil. Tapi kejadian yang menimpa keduanya, membuat Davin masih belum bisa menerima jika Bara adalah suami dari anak perempuan dari Ayahnya dari wanita lain.
Yumna keluar dari kamar mandi, lalu dia tidak sengaja melihat gadis yang menjadi pelayan tadi sedang duduk diam di ruang tengah. Air mata mengalir dari matanya yang menatap kosong. Entah kenapa, Yumna merasa seperti melihat dirinya yang dulu saat melihatnya.
"Em, kamu kenapa?" tanya Yumna saat sudah menghampirinya. "Kenapa jadi pelayan disini, bukankah kamu istrinya Marvin?"
Gadis itu terlihat segera menghapus air matanya, dia seolah takut ketahuan sedang menangis, meski sebenarnya terlambat karena Yumna sudah melihatnya menangis sejak tadi.
"Tidak papa Nona, aku hanya-"
"Jangan panggil aku Nona, panggil Yumna saja" ucap Yumna sambil duduk di sampingnya. "Kamu kenapa? Rasanya tidak pantas menggunakan pakaian ini di acara suami kamu dan teman-temannya"
"Aku hanya jadi istri penggantinya, Kak. Jadi, dia membenciku"
"Semua laki-laki apa seperti ini ya? Kenapa harus menyakiti perempuan yang tulus mencintainya. Tidak papa, kamu pasti bisa melewatinya. Kamu harus kuat ya"
Karena aku saja bisa melewati masa-masa sulit yang menyakitkan itu. Maka para wanita lain juga harus bisa melewatinya juga.
*
Kembali dari acara, kali ini tidak terlalu larut karena entah kenapa Davin yang tiba-tiba mengajaknya untuk pulang.
"Pak Davin tahu soal pernikahan teman anda itu? Kenapa bisa dia membuat istrinya menggunakan pakaian pelayan di depan orang-orang. Tega sekali"
Davin melirik sekilas pada Yumna sebelum kembali fokus pada kemudinya. "Marvin mencintai Kakaknya, dan mereka sudah menyiapkan pernikahan, tapi kecelakaan merenggut nyawa kekasihnya hingga dia yang harus jadi pengganti sebagai adik dari calon memperlai wanita"
Yumna menghela napas pelan, sepertinya ini akan menjadi kisah yang panjang bagi gadis malang itu. "Kasihan sekali ya dia, harusnya dia bisa menemukan pria yang membuatnya bahagia. Kenapa harus terjebak dengan pernikahan seperti itu"
Mobil terhenti di besement Apartemen, Davin mematikan mesin mobilnya. Menoleh pada Yumna dan memegang tangannya, menatapnya lekat.
"Sudahlah, jangan memikirkan urusan orang lain. Lagian ini sudah menjadi takdirnya juga"
Yumna menatap tangannya yang di genggam oleh Davin. Jantungnya selalu berdebar kencang ketika dia merasa terlalu dekat dengan Davin, merasa ini sudah lebih dari sekadar diantara sekretaris dan atasan.
"Saat melihat tatapannya yang kosong, seolah hidup tidak lagi berarti baginya. Saya seperti melihat diri saya sendiri satu tahun yang lalu. Hampir kehilangan arah dan tidak berniat untuk melanjutkan hidup"
Yumna menghembuskan napas panjang, mengingat masa-masa sulit yang menyakitkan. Membuatnya selalu terbawa perasaan di hari itu.
"Tidak perlu mengingat hal yang sudah lalu, kau hanya perlu melihat masa depan dan memikirkan apa yang ingin kamu lakukan kedepannya"
Yumna menoleh dan tatapan mereka saling beradu, ketulusan terlihat di balik mata Davin kali ini. Sekali lagi, Yumna selalu merasa ini terlalu berlebihan diantara sekretaris dan atasan. Namun, seolah dia juga tidak bisa menolak. Hanya merasa nyaman dan tenang saat bersama dengan Davin.
"Entah apa yang ingin saya lakukan kedepannya, Pak"
"Menikah lagi? Apa kau akan terus hidup sendiri?"
Yumna menatap Davin, lalu menghembuskan napas panjang. Seolah melepaskan beban yang menimpanya selama ini. "Entahlah, pernikahan masih terlalu menakutkan bagi saya. Seharusnya Pak Davin dulu yang menikah, sudah melewati batas umur loh"
Seketika Davin langsung melepaskan genggaman tangannya pada Yumna dan memalingkan wajahnya. "Apanya yang sudah lewat? Aku baru 31 tahun, dan itu masih wajar saja untuk seorang pria berjelajah"
"Sudah cukup waktu berjelajah dan main-mainnya Pak. Sepertinya Pak Reno juga sudah ingin melihat anda menikah dan bahagia"
Davin kembali menoleh pada Yumna, menatapnya lekat. "Aku akan menikah jika kau juga menikah. Tunggu saja"
Mata Yumna mengerjap kaget, wajahnya seketika memanas dengan debaran yang kencang di dadanya. Ucapan Davin seolah menusuk tepat mengenai hatinya dan jantungnya.
Apa-apaan dia ini?
Bersambung
Yang pada nabung bab, ambil daging rendangnya dapat lengkoas. Awas aja🔪🔪
aduh bang davin jgn terlalu dekat g tau aja kalau yumna lagi senam jantung 🤣