Naolin Farah Adyawarman, gadis berusia delapan belas tahun yang baru menyelesaikan pendidikan SMA-nya.
Tidak ada yang istimewa dari hidup Naolin, bahkan dia hampir tidak pernah melihat dunia luar.
Karena Naolin adalah anak yang harus disembunyikan, dari khalayak luas. Sebab Naolin adalah anak har*m, sang Papi kandung dengan entah siapa Mami kandungnya.
Hal itu terjadi karena Naolin, diberikan secara sukarela oleh Mami kandungnya yang merupakam gund*k, dari Papinya.
Menurut cerita keluarga Papi, Mami kandungnya Naolin ingin hidup bebas dan belum siap memiliki anak.
Tapi entahlah itu benar atau tidak. Yang jelas, keputusan Maminya itu justru menjerumuskan Naolin ke lembah kesengsaraan!
Karena Naolin akhirnya hidup dengan Mama dan Kakak tiri yang jah*t. Sementara Papi kandungnya selalu berusaha untuk tutup mata, karena katanya merasa bersalah sempat menduakan sang istri sah.
Tapi saat Naolin telah menyelesaikan SMA-nya secara homeschooling, dia dibebaskan dari rumah yang iba
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss D.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Astaghfirullah, istrinya Pak Edison ternyata Mbak Ainur!" ujarku, dan merasa sangat shock.
Karena Mbak Ainur akan segera menjadi karyawatiku, di minimarket! Nanti aku akan urus masalah Mbak Ainur, karena sekarang yang terpenting adalah mengurus masalah pemindahan nama kepemilikan minimarket dulu.
Aku langsung bergegas turun dari mobil, dan berjalan memasuki kantor pengacara Pak Tegar.
"Selamat pagi Mbak, saya ada janji ketemu dengan Pak Tegar," ucapku, pada Mbak resepsionis.
"Miss N ya?" tanya Mbak resepsionis.
"Benar Mbak," jawabku.
"Mari ikut saya ya Miss, biar saya antar sampai ke ruangan Pak Tegar," ajak Mbak resepsionis.
Aku mengangguk, dan mengikuti Mbak resepsionis menuju lift.
Ternyata ruangan Pak Tegar, ada di lantai tiga. Keren sekali, satu gedung berlantai tiga ini khusus untuk kantor pengacara Pak Tegar.
"Mbak Anneke, ini Miss N yang ditunggu oleh Pak Tegar," ucap Mbak resepsionis, pada sekretaris Pak Tegar.
"Ohh iya, terima kasih ya Vania. Mari Miss N, ikut saya ke ruangan Pak Tegar," ajak Mbak Anneke.
"Terima kasih ya Mbak Vania," ucapku.
"Sama-sama Miss N," jawab Mbak Vira.
Setelah itu, aku langsung mengikuti Mbak Anneke yang sudah mengetuk pintu sebuah ruangan.
Ttookkk ...
Ttoookk ...
"Pak Tegar, ini Miss N sudah sampai," ucap Mbak Anneke.
"Langsung persilahkan masuk saja Anneke," jawab Pak Tegar.
"Silahkan masuk Miss N," ucap Mbak Anneke, sambil membukakan pintu.
"Ya, terima kasih Mbak Anneke."
"Sama-sama Miss N."
Aku langsung masuk, dan ternyata Pak Tegar adalah pria yang belum terlalu tua. Beliau sangat tampan, dengan wajah khas Indonesia.
"Selamat pagi Miss Naolin, perkenalkan saya Pak Tegar," ujar Pak Tegar, sambil mengajakku bersalaman.
Aku menyambut ajakan bersalaman itu, dan membuka masker serta topi yang aku gunakan.
"Silahkan Naolin, saya sudah persiapkan berkas-berkas pemindahan nama kepemilikan minimarket ya," ucap Pak Tegar.
Tampak Pak Tegar meletakkan beberapa berkas di atas meja, lalu beliau mempersilahkan aku untuk membacanya terlebih dahulu.
Aku langsung membaca setiap point perjanjiannya, dan benar-benar merasa puas dengan semua hal yang sangat memihak diriku.
"Naolin, apa rencana kamu untuk minimarket? Karena kamu baru berusia delapan belas tahun, jadi pasti punya banyak ide-ide segar untuk meramaikan minimarket," tanya Pak Tegar.
"Saya mau membuat minimarket, jadi buka dua puluh empat jam. Lalu menjual aneka jajanan murah, tapi dibuat lebih sehat."
"Saya juga ingin menerima produk-produk UMKM, untuk membantu pengusaha-pengusaha kecil," jawabku.
"Nice, kamu benar-benar seperti yang saya harapkan. Semoga kamu bisa menjadi pengusaha muda yang sukses, dan pekerjaan kamu sebagai detektif juga berkah ya Naolin."
"Kalau kamu butuh bantuan hukum, bisa langsung hubungi saya ya. Nomor saya, sudah kamu simpan kan?" tanya Pak Tegar.
"Sudah Pak, terima kasih banyak ya," ucapku.
Pak Tegar mengangguk, lalu aku pamit pulang. Karena sudah tidak sabar, ingin melihat minimarket milikku!
Sepanjang jalan menuju minimarket, aku bersenandung lagu-lagu yang diputar di radio. Karena hatiku sedang happy, jadi jiwa penyanyiku langsung keluar.
Sesampainya di minimarket, tampak Bang Anwar dan Mbak Ainur sedang bekerja dengan rajin.
"Assalamu'alaikum," sapaku, saat baru membuka pintu.
"Waalaikumsalam," jawab Bang Anwar dan Mbak Ainur, dengan wajah bingung.
"Perkenalkan, aku Naolin. Sekarang aku adalah pemilik minimarket ini," ucapku.
Keduanya tampak diam sejenak, dan akhirnya tersenyum lalu mendekatiku.
"Kak Naolin, senang bisa mendapatkan boss super cantik seperti kamu," ucap Mbak Ainur.
"Aduhh, bisa saja pegawai teladanku," godaku.
Mbak Ainur dan Bang Anwar langsung tertawa. Lalu aku mengajak keduanya berdiskusi, tentang kelanjutan minimarket ini.
"Aku maunya minimarket buka dua puluh empat jam, bagaimana menurut Mbak Ainur dan Bang Anwar?" tanyaku.
"Bisa saja Kak. Tapi itu berarti, kita perlu merombak sedikit minimarket ini. Lalu menambah karyawan lagi, setidaknya tujuh orang. Jadi setiap shift, akan bertugas tiga orang," jawab Bang Anwar.
"Benar, tapi kalau selama sedang merenovasi minimarket, Mbak dan Bang Anwar tetap bekerja ya. Mengawasi tukang, dan memperhatikan detail yang nanti akan kita bicarakan dengan kontraktornya."
"Karena aku mau membuat ada bagian cafenya. Jadi nanti akan dibuat tempat foto, dan taman bermain anak. Bagaimana menurut Bang Anwar dan Mbak Ainur?" tanyaku.
"Boleh banget ide kamu. Jadi nanti akan ada jajanan murah gitu ya? Kan taman bermain itu identik dengan anak-anak, yang suka jajanan murah?" tanya Bang Anwar.
Aku langsung setuju, karena memang itu maksudnya. Setelah itu, kami mulai memanggil kontraktor. Agar bisa berdiskusi yang lebih terarah lagi.
Setelah itu kami makan siang, di rumah makan Padang favoritku.
"Berarti hari ini masih buka sampai jam lima sore ya Kak Naomi?" tanya Bang Anwar.
"Iya, besok mulai perombakan besar-besaran. Tapi Bang Anwar dulu ya, yang membantu mengawasi. Karena aku ada urusan dengan Mbak Ainur," jawabku.
Bang Anwar dan Mbak Ainur tampak kebingungan, tapi mereka tetap menganggukkan kepala.
Setelah makan, aku masih ikut kembali ke minimarket. Sambil mau melihat pergerakan Pak Galih, yang pastinya sedang mengintai Mbak Ainur.
Benar saja, sesampainya kami di minimarket, tampak sebuah mobil langsung berhenti di parkiran. Lalu pintu bagian supir terbuka, dan aku tersenyum tipis saat melihat yang turun adalah ...
"Ya ampun, saya pikir minimarket tidak akan buka hari ini," ujar Pak Galih.
"Buka Pak, kami hanya sedang merayakan sesuatu. Jadi pergi makan-makan sebentar," jawabku.
"Cantik sekali, kamu anak pemilik minimarket ya?" goda Pak Galih.
"Salah Pak, ini boss kecil kami. Naolin pemilik minimarket ini," jawab Bang Anwar.
Pak Galih tersenyum, lalu beliau beralih menatap Mbak Ainur.
"Mbak, saya mau beli cemilan yang rendah gula. Bisa tolong antar saya ke tempat meletakkan barangnya?" tanya Pak Galih.
"Bisa Pak, mari ikut saya," jawab Mbak Ainur.
Aku diam saja, dan duduk di balik meja kasir. Sambil mengawasi pergerakan Pak Galih, dari layar CCTV, yang memang berada di meja kasir.
Terlihat jelas, Pak Galih mengawasi Mbak Ainur dengan tatapan tajam. Padahal Mbak Ainur sedang membantunya, mengambilkan beberapa cemilan dan dimasukkan ke keranjang belanjaan.
Setelah selesai, Pak Galih ikut dengan Mbak Ainur ke meja kasir. Aku langsung minggir, karena belum tahu cara memakai peralatan canggih yang ada di meja kasir ini.
"Dek, kamu masih sekolah ya? Kelihatan masih muda sekali," tanya Pak Galih padaku.
"Nggak kok, tahun ini aku masuk kuliah. Kenapa memangnya Pak?" tanyaku.
"Ohh, suka clubbing nggak?"
Bang Anwar dan Mbak Ainur langsung tampak kurang suka, mendengar pertanyaan frontal Pak Galih.
Tapi aku memilih cuek, dan tetap menjawab dengan tenang.
"Nggak, soalnya buang-buang uang. Lagipula kalau cuma mau gelap-gelapan, tinggal tunggu PLN memadamkan listrik saja."
Semua orang tertawa, tapi aku sambil meletakkan ...