NovelToon NovelToon
Menikahi Adik Sang Mafia

Menikahi Adik Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ericka Kano

Ivy Cecilia, seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit harus rela kehilangan sang suami dalam kecelakaan tunggal saat pulang dari rumah sakit. Pesan terakhir suaminya adalah jasadnya harus dikebumikan di tanah kelahirannya, Tondo, di negara Filipina. Demi rasa cintanya, Ivy pun menyanggupi. Dengan membawa dua anak mereka yang masih kecil, Ivy mengurus keberangkatannya membawa jenazah suaminya ke Filipina. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ivi berniat tindak lama di sana. Selesai misa pemakaman Ivi akan kembali ke Indonesia.

Namun, yang menanti Ivy di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Bukanlah pertemuan dengan keluarga mertua yang seperti biasa. Kegelapan, darah, amarah, dan jebakan paling menyiksa sepanjang hidupnya sudah menanti Ivy di Tondo, Filipina.

Apakah Ivy berhasil melalui itu semua dan kembali ke Indonesia?

ataukah Ivy terjebak di sana seumur hidupnya?

Ayo, temani Ivy berpetualang di negeri seberang, Filipina, melaksanakan pesan terakhir mendiang suami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 : Pertengkaran Lukas & Ivy

Ivy sama sekali tidak berkata apa-apa saat sarapan mau pun di mobil. Hingga saat di lift pun Ivy tidak berbicara dan memberi jarak pada Lukas. Ivy langsung masuk ke ruangannya.

"Sebentar siang ada meeting di restauran dekat City Garden," Lukas mencoba mengambil perhatian Ivy saat hendak masuk ke ruangannya.

Ivy tidak menoleh dan menjawab. Dia hanya mengangguk. Lalu menutup pintu ruangannya.

"Bella sayang, dari semalam aku merasa ada yang salah dengan diriku. Makanan terasa hambar. Aku susah tidur. Dan hari ini tidak ada mood bekerja sama sekali," Ivy mengirim pesan teks pada Bella.

"Nyonya memanggilku?," Suara Nora terdengar dari balik pintu yang terbuka.

"Iya. Masuklah Nora. Aku ingin ngobrol,"

Ivy menghabiskan waktunya sebelum meeting dengan bertanya hal kepada Nora tentang bisnis keluarga Vergara. Dia ingin lebih produktif dengan mengenal seluk beluk bisnis yang dijalankan dari gedung ini. Dia tidak bisa menghabiskan hari-harinya dengan mengurus Lukas, Lukas, dan Lukas lagi.

**

"Ivy mana?," tanya Lukas yang tidak mendapati Ivy di ruangannya. Hanya Nora yang sementara duduk di sofa mengerjakan sesuatu di laptop.

"Tuan," Ivy langsung berdiri, "Nyonya sudah turun lebih dulu ke lobi. Nyonya bilang nyonya akan menunggu Tuan di lobi,"

Wajah Lukas terlihat kesal mendengar jawaban Nora. Tanpa berkata apa-apa dia segera keluar menuju lobi.

"Kenapa tidak menungguku?," tanya Lukas begitu melihat Ivy duduk di kursi ruang tunggu dekat pintu keluar.

Ivy memasukan hp yang sedari tadi digunakannya ke dalam tas.

Dia berdiri menatap Lukas yang sedang berdiri di depannya dan memasang wajah gusar.

"Kamu tidak perlu ditunggu. Kamu kan punya banyak wanita yang menemani mu. Lain kali jangan hanya menemani mu minum. Tapi temani juga kamu di kantor biar aku bebas," Ivy menjawab lalu menuju pintu keluar karena melihat dari kaca Damon sudah memarkirkan mobil di depan pintu, yang artinya saatnya pergi.

Lukas mengepalkan tangannya semakin kesal.

Mereka seperti orang asing dalam mobil. Tidak ada percakapan sama sekali. Damon dan Victoria pun membisu seolah mengerti atasan mereka sedang dalam konflik perang dingin.

**

Meeting kali ini ternyata pertemuan dengan beberapa pemilik usaha kecil yang ingin bekerja sama dengan salah satu anak usaha Vergara. Dari wajahnya terlihat mereka masih cukup muda dan seusia dengan Ivy.

Seperti biasa Ivy duduk di samping Lukas. Ivy menarik kursinya sedikit menjauh dari Lukas mendekat ke arah Victoria.

Lukas melihat itu dengan ekor mata. Dengan sebelah tangannya, Lukas menarik kursi yang diduduki Ivy membuat posisi duduk Ivy jadi sangat dekat dengan Lukas.

"Kamu ini tidak pernah berhenti keras kepala. Apa kamu ingin Aiden mencontoh keras kepalamu?," Lukas berbisik sambil matanya terus memperhatikan salah satu orang yang sedang presentasi.

Ivy merengut. Tak menjawab.

Mereka menikmati coffee break. Lukas terlihat sedang berdiri dekat layar LCD berbicara dengan serius dengan salah satu peserta meeting. Tak jauh dari situ juga, Damon sedang berbicara dengan beberapa orang, sedangkan Victoria sibuk mengetikan beberapa hal ke laptop.

Ivy membuang napas kasar. Dia benar-benar bosan. Ivy beranjak dari tempat duduknya. Dia menuju ke salah satu meja yang di atasnya ada kue-kue yang dihidangkan.

Ivy memilih kue yang ingin diambilnya.

"Semuanya enak," suara pria terdengar dari belakang Ivy.

Pria itu menggunakan bahasa Indonesia. Ivy membalikan badannya.

"Mario," pria itu mengulurkan tangan kepada Ivy.

"Ivy," Ivy membalas tangan pria itu, "Orang Indonesia?," tanya Ivy

"Iya," pria itu tersenyum, "Manado. Aku dengar dari media, istri Tuan Lukas dari Indonesia,"

"Iya. Aku dari Jakarta. Senang bertemu dengan orang Indonesia di sini," ujar Ivy

"Orang Indonesia banyak di Filipina, apalagi dari Manado,"

"Bisa minta nomor telpon. Aku baru di Tondo, siapa tahu butuh bantuan, aku bisa kan menghubungimu,"

Pria itu menyebut deretan angka dan Ivy dengan cepat menyimpan kontak Mario.

"Urusanmu sudah selesai? Kita harus segera kembali. Meeting akan dilanjutkan Damon dan Victoria," Lukas muncul dari balik punggung Mario. Matanya menatap tajam pada Ivy.

"Tuan Lukas," sapa Mario.

Lukas hanya menatapnya sekilas lalu kembali menatap Ivy dengan tajam.

"Lukas, ini Mario, dia ternyata dari Indonesia," Ivy berusaha menghindari tatapan Lukas.

Lukas tak memalingkan wajahnya.

"Tuan Mario, silakan lanjutkan urusan bisnis dengan Damon. Saya dan istri pamit duluan pulang," Lukas berujar tanpa sedikit pun menatap Mario. Matanya tetap menatap Ivy dengan tajam.

"Dengan senang hati, Tuan," Mario tetap bersikap sopan, "Ivy, sampai bertemu lagi," Mario tersenyum lebar ke Ivy dan beranjak pindah.

"Ivy??? Dia memanggilmu Ivy?? Sedekat apa kalian?," mata Lukas membelalak. Wajahnya serius menatap Ivy.

Ivy melongos.

"Kami baru kenalan. Yang pasti tidak sedekat kamu dan para wanita di club itu," Ivy keluar ruangan.

"Ivy.. sejak kapan ada yang menyapamu dengan akrab," Lukas mengejar Ivy tapi Ivy terus berjalan.

**

"Kamu lupa ya, tugasmu itu mendampingiku ikut meeting bukan mendampingi pria lain," Lukas terus saja mengoceh saat masuk ke dalam mobil.

"Kalau kamu seperti itu orang akan berpikir istri seorang Lukas Vergara adalah wanita gampangan yang mudah saja diajak ngobrol oleh pria yang baru dikenal,"

Ivy sudah ditahap bosan mendengar celotehan Lukas. Bukannya menjalankan mobil tapi dia sibuk mengoceh dari dalam ruangan hingga dalam mobil.

Ivy membuka pintu dan keluar.

"Hei, kenapa kamu keluar?," Lukas berteriak. Dia segera membuka pintu dan mengejar Ivy. Dia meraih tangan Ivy.

"Aku belum selesai bicara denganmu,"

Wajah Ivy memerah menahan marah.

"Kata-kata yang keluar dari mulut mu sudah terlalu banyak, Tuan Lukas Vergara. Telingaku hampir pecah mendengarnya. Jadi biarkan aku pergi supaya amarahmu mereda,"

"Kamu tidak sadar bahwa tadi kamu melakukan kesalahan,"

"Kesalahan? Mengobrol dalam batas wajar dengan partner bisnis mu kau bilang itu kesalahan? Jadi apa yang harus aku lakukan? Memasang wajah kaku seperti batu ketika dia menyapaku? Itu baru bukan kesalahan?," Ivy sudah tidak bisa mengendalikan amarahnya.

"Tapi kau tersenyum padanya. Bahkan aku lihat kau menyimpan nomor kontaknya," Lukas memegang lengan Ivy dengan kuat.

Ivy menepis tangan Lukas,

"Dengar, kalau mengobrol biasa dengan pria lain adalah kesalahan bagaimana dengan menghabiskan setengah malam dengan wanita-wanita penghibur di club malam sambil mabuk-mabukan? Apa itu bukan kesalahan?.. Oh, aku lupa, Lukas Vergara tidak pernah salah. Kamu tidur pun dengan mereka kamu tetap tidak boleh salah, iya kan?," sindir Ivy.

Lukas tersenyum tipis.

"Ikut denganku," Lukas menarik tangan Ivy masuk ke dalam mobil. Ivy sempat merontah minta dilepaskan tapi Lukas tetap menariknya masuk.

Tak jauh dari tempat itu, seorang paparazi berhasil mengambil beberapa foto mereka sementara berdebat.

**

Lukas membuka navigasi di layar tv mobilnya. Dia membuka riwayat perjalanannya tanggal kemarin.

"Lihatlah nama club yang aku datangi semalam. Supaya kamu tahu dan lain kali susul aku," Lukas membuang wajahnya ke luar jendela sementara Ivy mulai menekan tombol di tv untuk melihat riwayat perjalanan Lukas.

Kantor - Manson Vergara - Rumah. Mata Ivy terbelalak. Dia membaca riwayatnya sekali lagi. Tidak ada nama club yang tertera. Lukas semalam tidak pergi ke club. wajah Ivy berubah.

Tapi jelas saat di kantor dia bilang akan ke club (Ivy).

"Halo kak," terdengar suara Sofia. Lukas menghubungi Sofia melalui hp nya dan me-loud speaker panggilan.

"Sofia, katakan di mana aku semalam," ujar Lukas

"Kakak? Kakak kan ke rumah pulang dari kantor. Kakak makan malam dengan ku dan ibu karena kakak merindukan kami," Sofia menjawab.

"Jam berapa aku pulang?,"

"Hhmmm, aku tidak tahu karena sudah tidur, tapi menurut Connie kakak pulang sekitar jam 1 malam karena Connie yang menutup pintu utama," lanjutnya, "Kenapa kak? Ada apa?,"

Lukas menatap Ivy yang wajahnya sudah mulai berubah diresapi rasa bersalah.

"Kakak, kenapa tanya seperti itu?," Sofia masih penasaran,"Oh.. Aku tahu.. Kakak ipar mengira kamu ke tempat lain ya. Ampun, so sweet sekaliii..,"

"Dia di sampingku. Bicaralah," Luka menyodorkan hp ke arah wajah Ivy.

"Halo kak Ivy, kak Lukas semalam di Manson. Tidak kemana-mana. Tapi aku senang kalau kakak curiga. Artinya kakak cemburu takut kalau kak Lukas pergi dengan wanita lain. Yang artinya lagi, kakak mencintai kakakku," Sofia cengengesan.

Ivy membuang wajahnya tidak menjawab Sofia.

"Aku telpon lagi. Ivy sedang sakit perut," Lukas beralasan. Dia mengakhiri panggilan.

Lukas menatap Ivy. Wajah Ivy menghadap ke luar jendela mobil.

Marahnya berkurang, rasa malunya yang sekarang menguasai.

Kenapa aku begitu sewot kalau Lukas benar-benar ke club semalam. Pernikahan kami kan hanya sementara dan bukan pernikahan sebenarnya.(Ivy).

Di sampingnya, senyuman terukir di bibir Lukas.

Yess, dia cemburu. (Lukas).

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!