NovelToon NovelToon
NIGHT LIGHT

NIGHT LIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Trauma masa lalu / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Nikah Kontrak / Reinkarnasi
Popularitas:512
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ketika Pagi datang, Lucian Beasley akan pergi. Tetapi Malam hari, adalah miliknya. Lucian akan memelukmu karena Andralia Raelys miliknya. Akan tetapi hari itu, muncul dinding besar menjadi pembatas di antara mereka. Lucian sadar, tapi Dia tidak ingin Andralia melupakannya. Namun, takdir membencinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24: Izinnya

"Sebenarnya, saya sangat senang jika Issac akan Anda adopsi. Hanya saja...," pria itu melihat ke arah putranya dan Issac yang mengintip.

"Issac dari kalangan biasa. Saya khawatir jika Issac akan menjadi perbincangan buruk para Petinggi dan Bangsawan lainnya" lirih pria itu. Dia mengkhawatirkan kondisi terburuk Issac jika akan diadopsi oleh Andralia.

"Saya sudah memikirkan hal itu, karena saya pernah mengalaminya. Anda tau sendiri, jika saya adalah anak angkat Kyle Beasley. Sebenarnya, saya tidak ingin melihat Issac mengalami hal yang sama dengan saya. Tapi, bagaimana jika..."

Lucian tersenyum lebar kepada Issac yang masih mengintip dengan temannya. "....Issac saya bawa ke Kerajaan Erundil, sebagai calon Prajurit saya, atas dasar tanggung jawab saya karena dia kehilangan kakaknya di medan tempur?"

Itu adalah tawaran terbaik yang Lucian tawarkan kepada wali Issac saat ini. Pria itu tersenyum lebar. Dia mengetahui jika berada dibawah tangan Lucian, kehidupan Issac akan terjamin. Pria itu masih tersenyum dan dia melambaikan tangannya agar Issac mendekat.

"Biarkan Issac yang memutuskannya, Tuan" ucap pria itu.

Jantung Issac berdebar dengan kencang. Bahkan, suara debaran jantungnya terdengar di telingannya sendiri. Jari-jari Issac tidak bisa diam. Dia berulang kali mengusap telapak tangannya yang basah.

Mata hijau Issac perlahan melihat ke arah Lucian. Mata mereka bertemu.

"Bagaimana Issac, apa kamu mau ikut ke Istana Erundil?" Tanya Lucian mengusap rambut cokelat bocah sembilan tahun itu.

Kaki Issac gemetar, dia takut mengatakan hal salah. Dia melihat ke arah walinya. Pria itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya, tanda semua keputusan ada di tanganmu.

Issac menarik napasnya perlahan, kemudian menghembuskannya agar tenang.

"Apa saya bisa bertemu dengan Adam dan Paman Lenx?"

Adam adalah nama teman Issac yang berbadan bonsor dan Lenx adalah wali sekaligus ayah Adam.

Lucian tersenyum lebar. "Tentu saja, kamu bisa menemuinya setiap kali kamu merasa rindu" jawab Lucian.

"Apa aku sungguh bisa menjadi prajurit seperti kakakku?" Tanya Issac sekali lagi.

"Tentu saja. Bahkan, kamu bisa lebih dari kakakmu" jawab Lucian.

Issac mengenggam telapak tangannya sendiri dengan erat. "Kalau begitu, apa dengan ada aku... Pam-Tuan dan Lady akan saling berbaikan?" Issac masih mengingat pertengkaran antara dan Andralia pagi tadi.

Lucian hampir tersedak ludahnya sendiri. Dia tersenyum malu di depan bocah itu. "Tentu saja. Lagipula, dia tidak sedang marah padaku. Hanya sedikit kesal" Lucian merasa malu karena anak sekecil itu sampai tau dengan pertengkaran kecil mereka.

Sekali lagi, Issac menoleh ke arah walinya. Melihat senyum lembut itu, dia akhirnya mengangguk kecil.

"Saya mau," ucapnya mantap.

Lucian tersenyum lebar. Ada rasa hangat di dadanya bukan karena kemenangan, tapi karena rasa Lega yang jujur.

"Baiklah, kalau begitu. Aku akan menjemputmu sebelum kami pulang"

...♤♤♤...

Hati Lucian merasa lega karena satu urusannya selesai. Dia kembali ke Mansion Black Rose dan ke kamarnya. Andralia masih tidur dengan lelap. Dia mendekat perlahan dan mengusap pelan kepala Andralia.

"Aku hanya ingin kamu segera menerimaku" batin Lucian.

"Aku sungguh akan melakukan apapun untuk kebahagiaanmu" Lucian mengusap alis dan perlahan turun ke mata Andralia. Bulu mata Andralia yang pirang dan lentik itu tiba-tiba terangkat, mata birunya perlahan terbuka.

"Apa yang kau lakukan?" Andralia bertanya dengan nada ketusnya.

Dan seperti biasa, Lucian tersenyum lebar, pipinya merona. "Anda sangat cantik, meski saat tidur" Lucian melepaskan tangannya dari wajah Andralia dengan cepat.

"Jangan menganggu. Aku mengantuk!" Tegas Andralia.

Namun, Lucian tidak terlihat mundur sedikitpun. Dia malah meletakkan kepalanya di sebelah kepala Andralia, tepatnya di bantal yang sama.

"Apa Anda tidak lapar? Anda melewatkan makan malam" tanya Lucian memainkan rambut Andralia yang tergerai di sebelahnya.

"Kau tidak liat aku makan sebanyak itu?"

"Ahahaha" Lucian terkekeh kecil. "Ah Anda tau anak kecil tadi pagi?" Tanya Lucian.

Tak ada jawaban dari Andralia.

"Dia bernama Issac. Tadi, saya ke rumahnya...."

Mata Andralia yang terpejam tadi, kembali terbuka perlahan. Dia mendengarkan apa yang ingin Lucian katakan.

"Dia tidak mau jika menjadi anak adopsi. Namun, saya tidak melepaskannya begitu saja..."

Andralia sudah menduga jika bocah itu akan menolak untuk menjadi anak angkatnya.

"Saya menawarkan untuk melatihnya dibawah pimpinan Prajurit Erundil. Dan dia mau." Lucian menghentikan obrolannya, dan dia kembali turun dari ranjangnya.

Langkah kaki Lucian terdengar menjauh.

"Cklak!" Suara pintu terbuka kemudian pintu itu kembali di tutup. Lucian entah pergi kemana. Andralia merentangkan tubuhnya. Dia menatap langit-langit kamarnya yang tinggi.

Dia memegang dada kirinya. Jantungnya terasa berdebar. Dia berdebar sejak baru membuka matanya dan melihat wajah Lucian yang tiba-tiba dekat dengannya. "Orang sialan itu.... Tapi, hebat juga dia bisa membujuk anak itu" Andralia merasa sebal tanpa sebab. Dia kembali menutup matanya untuk kembali tidur.

Di alam mimpi, lagi-lagi Andralia memimpikan hal yang sama, terus menerus. Dimana dia duduk di ayunan pohon besar dan pria yang mirip dengan Lucian duduk di bawah, membelakanginya.

Andralia terus memandangi punggung lebar pria itu. Dari belakang, pria itu selalu terlihat tengah mengendong bayi. Andralia bisa melihat kaki kecil bayi itu di bawah siku kanan pria itu. Telapak kaki bayi itu, memiliki tanda lahir, mirip seperti goresan bergambar petir.

Sesekali, Andralia bisa mendengar satu atau dua kalimat yang keluar dari pria itu. Dimana, setelah angin berhembus ke arahnya, bibirnya selalu mengatakan hal yang sama berulang kali.

"Apa yang kamu lakukan, Chaiden Agha?"

Pria itu selalu menoleh, wajahnya tersenyum lembut dan hangat. Wajah yang dimiliki Lucian. Namun, hanya nama mereka yang berbeda.

"Erundil...." giginya selalu terlihat saat dia tersenyum.

"Putramu punya rambut yang sama denganmu. Ku harap, kamu bisa lebih lama tinggal denganku" jawaban yang sama. Berulang kali.

"Aku kesepian tanpamu. Aku juga tidak masalah dan jangan khawatir. Aku juga mencintai putramu, seperti anakku"

Setiap waktu Andralia bertemu dengan pria ini, selalu ada satu kalimat panjang yang diucapkan.

"Ya, Erundil? Datanglah padaku, jika kamu bosan dengan suamimu"

Kedua mata Andralia terbuka paksa. Dia terbangun. Dia terbangun karena terkejut dengan kalimat terakhir yang dia dengar. "Apa maksudnya itu?" Andralia melihat ke sisi kanannya. Lucian sudah tertidur membelakanginya. Lagi-lagi, dia melihat punggung lebar itu dengan bekas sayatan luka.

Andralia merasa khawatir. Dia khawatir terjadi sesuatu dengan mereka berdua.

Gumaman kecil kembali terdengar. Itu benar-benar lantunan sihir kuno yang keluar dari mulut Lucian.

Andralia segera bertindak. Dia menarik lengan kiri Lucian dan itu membuat Lucian terbangun karena terkejut dengan tarikan Andralia yang tiba-tiba.

Jantung Lucian berpacu cepat seperti dirinya mimpi melompat dari tempat tinggi. "Astaga Yang Mulia? Anda kenapa lagi?" Tanya Lucian menutup dadanya yang telanjang.

1
gwramm
ini sihh ceritanya menarik bet aslii🤭💯🔥semmangatt kakk author😾✨
ChiArt_27: terima kasih kak❤️‍🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!