"Sejak kamu datang... aku tidak bisa tidur tanpa mencium bau tubuhmu."
Yuna, dokter 26 tahun yang belum pernah merasakan cinta, mendadak terlempar ke dunia asing bernama Beastia—tempat makhluk setengah binatang hidup.
Di sana, ia dianggap sebagai jiwa suci karena tak bisa berubah wujud, dan dijodohkan dengan Ravahn, kepala suku harimau yang dingin dan kejam.
Misinya sederhana: temukan cinta sejati, atau terjebak selamanya.
Tapi siapa sangka... pria buas itu justru kecanduan aroma tubuhnya.
Temukan semua jawabannya hanya disini 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Apa nih?
Ravahn baru saja pulang setelah menyelesaikan persiapan pernikahan.
“Yuna!” panggilnya, namun tidak ada jawaban dari dalam rumah.
“Yuna…” panggilnya sekali lagi, tapi tetap tidak terdengar suara balasan apa pun.
Ravahn mulai gelisah, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. “Ke mana dia?” gumamnya, lalu segera melangkah masuk begitu saja. Ia mencari Yuna ke setiap sudut rumah, tetapi tak menemukan apa pun.
Saat memasuki kamar, pandangannya jatuh pada pakaian aneh yang terhampar di atas kasur. Di atas baju itu, tergeletak sepucuk surat.
“Apa ini?” ucapnya, lalu meraih surat itu.
💌 Tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Aku akan datang di malam ritual pernikahan kita. Kamu jangan lupa memakai baju pengantin ini.
Ravahn mengernyit heran. “Dia bisa menulis?” gumamnya kagum. Sebab tidak banyak orang di desanya yang mampu baca-tulis, mengingat pendidikan begitu minim.
“Tapi, dia ke mana?” tanyanya lirih, sedikit khawatir.
"Apa aku perlu mencarinya… "pikirnya lagi.
Namun Ravahn mencoba berpikir positif. Yuna mungkin saja pergi ke rumah Lira. Tidak mungkin betina itu menghilang begitu saja. Lagi pula, ia meninggalkan surat untuk menenangkan dirinya.
Akhirnya, Ravahn sedikit lebih tenang. Ia meyakinkan diri bahwa Yuna sedang berada di rumah sahabatnya itu.
Matanya kemudian kembali tertuju pada baju pengantin yang telah disiapkan Yuna untuknya. Ia meraba kainnya perlahan.
“Pakaian ini terbuat dari bahan yang sangat halus,” pujinya.
“Tapi aku belum pernah melihat pakaian seperti ini,” tambahnya lagi.
“Dan dari mana Yuna mendapatkan pakaian ini?” Ravahn kembali bertanya-tanya.
"Apa mungkin… dia menyembunyikan sebuah rahasia? pikirnya, dugaan itu makin menguat.
Matanya lalu menyapu seluruh isi kamar. Ia menyadari ada benda-benda asing yang tidak biasa ia lihat sebelumnya. Saat duduk di atas ranjang, ia merasakan sesuatu yang berbeda.
“Ini sangat empuk, bahkan lebih empuk daripada alas kulit binatangku,” ucapnya sambil menekan-nekan kasur dengan tubuhnya.
“Ranjang ini sangat indah… dan apa ini?” tanyanya lagi ketika melihat kelambu yang menjuntai, menutupi sebagian sisi ranjang.
“Meskipun aneh, tapi suasananya terasa sangat hangat. Apa Yuna sengaja menghiasnya?” gumamnya pelan.
Pikiran Ravahn pun melayang pada malam pertama mereka yang sebentar lagi akan tiba.
“Mungkinkah…” ucapnya, namun kalimat itu terhenti begitu saja. Ia tak sanggup membayangkan lebih jauh.
Senyum tipis terbit di wajahnya, meski keraguan juga menyelusup di dalam hati.
“Apa aku siap?” gumamnya ambigu.
******
“Bagaimana? Apakah kamu sudah membunuhnya?” tanya Gundra tergesa-gesa begitu pulang dari tempat persiapan pernikahan.
Flora tertawa puas. “Tentu saja. Dia melompat sendiri ke jurang karena takut aku mencabik-cabik tubuhnya,” jelasnya sambil tersenyum licik.
Gundra menghela napas lega. “Akhirnya betina itu tersingkir juga,” katanya dengan rasa puas.
Flora menatap ayahnya. “Aku tidak menyangka Yuna bisa segampang itu terbunuh. Kupikir karena dia dari dunia lain, pasti punya kelebihan. Tapi ternyata…” katanya remeh, lalu menambahkan sambil tertawa kecil, “hanya seorang pencundang.”
Gunndra ikut tersenyum puas. “Betina itu memang pantas mendapatkan hal itu, karena dia sempat membuat rencana kita berantakan,” ucapnya.
Flora menatap ayahnya lagi. “Lalu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”
Gundra terdiam sebentar, menimbang langkah berikutnya. “Hilangnya Yuna pasti akan membuat ketua panik dan mulai mencari-cari pasangan. Dari situ, kita bisa mempengaruhi semua orang seolah-olah Yuna kabur dari suku,” jelasnya sambil mulai menyusun narasi.
Flora mengangguk paham. “Lalu setelah itu?”
“Kamu akan tampil sebagai pengganti pasangan untuk ketua. Ritual pernikahan yang sudah direncanakan tidak boleh batal,” ujar Gunndra dengan licik.
Flora tersenyum lebar. “Ayah pintar sekali. Aku yakin ketua tidak akan menolak aku sebagai pengantin penggantinya,” katanya penuh percaya diri.
Gundra menatap putrinya dengan bangga. “Kamu benar. Maka dari itu, mulai sekarang kamu harus bersiap. Berdandanlah secantik mungkin karena kamu calon pengantinnya,” suruhnya.
Flora tersenyum senang sambil membayangkan dirinya segera menjadi pasangan ketua suku yang dihormati semua orang. “Tentu saja, Ayah. Aku akan berdandan sekarang dan akan membuat semua orang terpukau dengan penampilanku,” ujarnya penuh percaya diri.
Gundra mengusap pundak putrinya. “Mulai bersiaplah. Kamu butuh waktu lama untuk berdandan secantik itu,” suruhnya lagi.
Flora tersenyum sambil membayangkan betapa semua mata akan tertuju padanya nanti malam.
“AHH…!” teriak Yuna sambil menutup mata, bersiap menghadapi apa pun yang akan terjadi.
Namun sebelum tubuhnya menyentuh dasar jurang, sebuah pintu muncul dan menariknya masuk. Itu adalah Nova, pintu ajaib milik Yuna.
"Aku tidak mati"gumam nya sambil meraba tubuh sendiri.
“Wah… aku selamat?” katanya setelah lumayan sadar dan mulai menepuk pipinya sendiri untuk memastikan sekali lagi kalau itu bukan mimpi.
Dia melihat sekeliling dan merasa tempat itu familiar. “Dia… menyelamatkanku?” ucapnya tak percaya.
“Terima kasih, Nova. Kamu sudah menyelamatkanku. Untung saja ada kamu,” katanya sambil tersenyum lega.
Yuna tersipu dan mengirimkan ciuman jauh ke arah Nova sambil membuat beberapa pose love dengan tangannya. “Aku sangat mencintaimu, muach muach!”
Namun kemudian tatapannya berubah tajam, seolah sedang menatap Flora. “Awas saja, aku akan kembali. Jangan kira kamu bisa merebut Ravahn. Meski aku sendiri tidak mencintainya, aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil milikku!” tegas Yuna, matanya menyala marah.
Dia meninju udara dengan kesal. “Kalau bertemu, akan kubalas berkali-kali lipat!”
“Dasar nenek lampir jelek!” umpatnya kesal.
Yuna menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. “Sabar, Yuna. Tidak perlu memikirkan nenek sihir itu. Pernikahanku akan diadakan nanti malam, aku harus berdandan sekarang. Jangan biarkan nenek lampir itu jadi pengganti pengantinku,” gumamnya sambil mulai mencari pakaian pengantin yang cocok.
Dia menatap cermin, mengenakan gaun pengantin sederhana tapi elegan lengkap dengan aksesoris. Kalung, anting, dan cincin serasi dengan gaunnya membuat penampilannya sempurna.
“Sangat cantik. Aku cuma perlu berdandan sedikit lagi, maka penampilanku akan luar biasa,” ujarnya pada cermin.
Yuna menatap foto Flora di dalam pikirannya. “Si nenek lampir itu tidak akan bisa sebanding denganku. Pakaian lusuhnya dan wajahnya yang jelek tidak pantas menjadi pengganti pengantinku,” ucapnya sinis.
Dia menatap pantulan dirinya dengan tekad. “Tunggulah aku,” kata Yuna sambil tersenyum sinis penuh ambisi.
*
*
*
Nah, siap-siap apa nih?🤭, Ravahn nakal juga ya 😁. Flora sudah yakin banget bisa jadi pengantin pengganti, padahal Yuna masih hidup dan jelas nggak bakal tinggal diam.
Menurut kalian, bagaimana alurnya? Jangan lupa kasih ulasan juga ya biar bisa bantu novel ini dilirik banyak calon pembaca lain 😆✨