Cinta akan hadir seiring datangnya waktu, kita hanya perlu bersabar, entah besok, lusa tau tahun depan kita tidak akan bisa menebaknya. Ikuti saja alurnya, agar kau tahu kemana tempat ia akan berlabuh, ya cintaku ada di kamu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neisa Krestianningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# 29.
"Sa saya tidak tahu pak Bastian, rencananya, saya akan melakukan test DNA" kata Dokter Andi.
"Maafkan saya pak Bastian karena saya pernikahan anda dan Soraya menjadi seperti ini" imbuhnya lagi.
"Sudah, yang terjadi biarkanlah, saya memang suami Soraya tapi saya tidak mencintainya, saya menikahinya karena saya dijebak oleh nya".
"Saya harap anda bisa merebut hati Soraya kembali" harapnya pada Dokter Andi
"Terima kasih pak Bastian".
Bastian pun meninggalkan kafe dan menuju ke perusahaannya kembali.
Sedangkan di kediaman ibu Grace, Ara sedikit demi sedikit membuka usaha kecil kecilan, ia menerima pesanan makanan baik kue ataupun makanan berat.
"Ra, apa kamu gak capek, ngurus Mateo sama nerima orderan" tanya ibu Grace.
"Gak kok bu, aku gak capek, aku ingin mengembangkan bakatku dan menghasilkan uang sendiri bu, aku tidak enak pada ibu dan Dokter Evan karena selama ini aku hanya menumpang saja" jujur Ara.
"Hush,gak boleh berkata seperti itu ra,,kamu itu udah ibu anggap putri ibu, ibu senang sekali Ra ada kamu disini" terang Ibu Grace.
"Iya Bu, Ara juga berterimakasih sama ibu dan Dokter Evan bila tak ada kalian entah apa yang terjadi padaku saat ini".
Kue dan masakan Ara memang sangat enak, tak heran bila ia mendapat pesanan dari online atau pun dari tetangga komplek.
"Bu, ini aroma kue apalagi ini?" tanya Dokter Evan saat memasuki rumah.
"Ih kamu pulang pulang langsung nanyain kue,,salim dulu sama ibu dong Van"
"Hehehhe aromanya enaaaaaak Bu" cengir Evan
"Gak tau tuh Ara buat kue apalagi kayaknya si kue bolu coklat pandan".
"Pantesan bikin perut keroncongan"
"Udah sana mandi dan ganti baju" suruh ibu Grace.
"Iya iya ibuku yang cantikkkk" kata Evan sambil berlenggang ke kamarnya.
"Oek oek oek" tangis Mateo, "Ara, Mateo nangisss kayaknya haus" kata ibu Grace. Ara segera menggendong dan menyusui anaknya itu.
Evan yang sudah mandi dan berganti baju segera mendatangi kamar Ara ingin melihat Mateo. Mateo sudah ia anggap seperti keponakannya sendiri.
"Eh..maaf maaf gak tau kalo lagi menyusui" kata dokter Evan .
Ara yang mendengar suara Dokter Evan langsung menghadap kebelakang .
"Tolong tutup pintunya dokter, saya menidurkan Mateo dulu".
"I..iya"ucap Evan gugup.
"Bodoh Evan kenapa gak ketok pintu dulu tadi, langsung nyelonong saja" gerutunya dalam hati.
Setelah menidurkan sang anak, Ara menuju ke ruang tamu mencari dokter Evan.
"Ada apa dokter ?" tanya Ara seraya mendekati.
"Begini ra, minggu depan rumah sakit mengadakan bakti sosial, bagaimana kalau aku pesan kue dan puding, sekalian makan siangnya sama kamu kira kira 200 porsi untuk anak anak ddan 50 porsi untuk dewasa.
"Bisa dokter, nanti untuk makan siangnya saya buatkan bento biar anak anak suka".
"Nah bagus itu" puji dokter Evan.
"Oh iya ini Ara, sekalian uangnya buat beli bahan bahan" sambil menyodorkan segepok lembaran merah.
"Loh..ini kebanyakan dokter" protes Ara.
"Udah gak papa buat jajan Mateo".
"Mateo kan masih bayi dok,,mana bisa jajan" protes Ara.
"Ya udah buat jajan ibunya Mateo saja" kekeh dokter Evan.
"Apa si ini ko ribut ribut ?" tanya ibu Grace sambil mendekat.
"Ini lho bu aku Ara dikasih uang gak mau, aku pesen Snack sama makan siang buat anak anak panti Minggu depan".
"Udah Ara terima aja, kalo kurang minta lagi sama Evan" tambah ibu Grace dengan senyumnya yang khas
"U ..udah ibu ini lebih dari cukup" sambil menghitung lembaran merah itu.