Kehidupan seorang gadis cantik bernama Calista Angela berubah setelah kepergian Ibunya dia tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan.
Ayahnya menikah dengan Ibu dari sahabatnya, dan semenjak itu, Calista selalu hidup menderita dan sang Ayah tidak lagi menyayanginya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Diam tapi tetap perhatian.
Calista menunggu Leon pulang, dia akan kembali bicara dengan laki-laki itu. Dia tidak bisa hanya diam saja. Keputusannya sudah bulat.
"Nona, kenapa Anda diluar?" Lila berjalan mendekat.
"Aku sedang menunggu Leon Lila, kenapa dia belum pulang."
"Tapi ini mau hujan, dan anginnya juga dingin. Nona bisa sakit kalau menunggu di luar."
"Tidak Lila, aku harus nunggu Leon. Pasti dia pulang sebentar lagi."
"Nona tunggu di dalam saja, Tuan pasti marah kalau liat Nona duduk di sini."
"Lila, aku mau disini."
Lila menghela napasnya dan kembali masuk, dia akan mengambil jaket untuk Calista. Dia bisa kena marah kalau nantinya Calista kembali sakit.
"Nona pakai ini dulu." Ucap Lila bersama dengan mobil Leon masuk.
Calista berdiri saat tau itu adalah Leon.
Zidan langsung membuka pintu mobil, Leon berdiri menatapnya dan berjalan mendekat.
"Tuan." Sapa Lila menunduk.
Leon menatap gadisnya.. "Kenapa diluar."
"Leon, aku tunggu kamu. Aku mau bicara sama kamu."
Leon mengambil jaket dari Lila dan memakainya pada tubuh Calista.
"Anginnya dingin, kamu bisa masuk angin."
Calista terdiam dan mengangguk.
"Masuk."
"Tapi aku mau bicara Leon, Soal-
"Bekerja.!" Potong Leon dan Calista hanya diam.
"Masuk, sebentar lagi hujan." Ucap Leon berjalan lebih dulu dan meninggalkan Calista yang terdiam.
"Ayo Nona." Ajak Lila menggandeng tangan Calista masuk.
Calista mengejar Leon yang akan masuk kamar.
"Leon tung- Eh."
Leon menoleh dan langsung menarik pinggang Calista hingga terjatuh dalam pelukan. Wajah mereka sangat dekat, bahkan Calista bisa mencium aroma maskulin dari tubuh Leon.
"Ma- Maaf." Ucap Calista mendorong dada Leon dan berdiri.
"Jangan lari-lari."
Calista hanya menunduk, tatapan Leon seperti ini membuatnya takut.
"Aku mandi dulu."
Calista mendongak menatap Leon masuk kedalam kamarnya dan pintu tertutup.
Gak bisa, gue harus bicara soal ini. Gue udah dapet kabar soal lowongan kerja. Dan besok gue harus kesana.
Calista berjalan mondar-mandir, dia akan menunggu Leon di sana.
Di dalam kamarnya, Leon melepas jas dan melemparnya ke sofa dan membuka dasi. Duduk bersandar dengan memejamkan matanya. Rasanya hari ini begitu melelahkan.
Zidan yang melihat Calista mondar-mandir menatap heran. Dia memanggil Lila.
"Ya Tuan Zidan."
"Non Calista kenapa mondar-mandir di depan kamar Tuan Leon."
"Saya kurang paham Tuan, tapi Non Calista ingin keluar dari Mension dan mulai bekerja intuk membiayai hidupnya."
"Pantas saja terus ngamuk, ternyata karena little girls nya." Lirih Zidan menggeleng.
"Apa Tuan, tadi Tuan bicara apa."
"Tidak. Ya sudah makasih."
Lila mengangguk dan menatap ke atas dimana Calista masih berdiri didepan kamar Leon.
Setelah hampir satu jam lamanya, Leon membuka pintu kamar dan kaget saat melihat Calista berdiri disana.
"Kamu ngapain?"
"Aku tunggu kamu, lama banget sih mandinya kaya anak gadis." Kesal Calista mengusap kakinya yang terasa pegal.
Leon mendesah kasar dan berjalan mendekat.
"Ngapain berdiri, kamu bisa langsung masuk ke dalam dan menunggu di dalam."
"Mana berani."
"Ck,, "
Leon menarik tangan Calista dan membawanya duduk di sofa. Dia berlutut.
"Eh - Kaget Calista saat Leon mengangkat kakinya dan meletakkan di pangkuannya. Dia mulai memijatnya lembut.
"Leon aku-
"Diam Calista."
Calista menutup mulutnya dan membiarkan Leon memijat kakinya.
"Leon- aku sudah mendapatkan pekerjaan dan besok sudah mulai bekerja."
Leon menghentikan pijatnya dan beralih menatap Calista.
"Plis Leon, aku cuma gak mau jadi beban kamu. Aku - aku cuma ingin mandiri."
"Kenapa kamu ingin Mandiri."
"Ya- aku tidak mungkin tinggal di sini terus."
"Kamu bisa tinggal disini."
"Tapi aku gak mau merepotkan kamu Leon, kamu sudah cukup baik buat aku."
"Kalau aku bilang aku senang kamu repoti?"
Calista terdiam, dia mengerjab. Tatapan mata Leon begitu tajam namun tetap lembut. Calista menunduk.
Leon menurunkan kaki Calista dan beranjak bangun. Kedua tangannya bertumpu pada sisi sofa, mengurung tubuh Calista.
"Tatap aku Calista."
Calista mendongak, wajah mereka begitu dekat. Hembusan napas Leon begitu terasa, wangi sabun mandi dan aroma mint dari hapas Leon tercium oleh Calista.
"Aku tidak ijinkan kamu keluar dari Mension apalagi bekerja."
Glek.
Calista menelan ludahnya kasar, ucapan Leon barusan membuatnya tidak bisa menjawab.
Leon beranjak bangun "Sudah waktunya makan malam, ayo makan."
Calista menatap tangannya yang digenggam Leon, mereka berjalan turun menuju lantai bawah dimana sudah tertata makan malam di meja.
Leon menarik kursi untuk gadisnya, dan dia duduk dengan tenang.
Calista terdiam dengan jantung yang berdetak cepat.
"Makan."
Calista mengangguk dan mulai menyuap makanan kedalam mulutnya. Mereka saling diam, Calista sesekali melirik Leon yang begitu tenang saat makan.
Hingga makan selesai, Calista masih diam dan menunduk membuat Leon menatapnya.
"Soal pekerjaan, aku sudah minta Zidan untuk membatalkannya. Kamu tidak perlu bekerja."
"Kenapa dibatalka, padahal aku sudah mendapatkannya."
"Kuliah sambil kerja? Kapan kamu bisa istirahat Calista."
"Ck,,"
"Aku tanya buat apa kamu bekerja? Apa semua yang aku berikan kurang? Bilang sekarang apa yang kurang. Mobil?"
Calista menggeleng "Bu- bukan seperti itu. Semua yang kamu kasih itu udah sangat cukup dan sangat berlebihan. Aku cuma-
"Jangan pernah berpikir kalau kamu bukan siapa-siapa. Saya sudah bilang kalau kamu Nona di Mension ini."
"Maksud kamu."
Leon menghela napasnya dalam.
"Lila.." Panggil Leon.
"Ya Tuan."
"Temani Calista, Saya ada perlu dengan Zidan."
"Baik Tuan."
"Leon, kita belum selesai bicara. Kamu mau kemana?"
Leon terus berjalan naik, dia memang masih ada urusan dengan Zidan membahas soal pekerjaan.
"Nona,,"
"Ck, menyebalkan."
Lila tersenyum dan menggeleng "Tapi tidak bikin jantung kamu aman." bisik Lila membuat Calista mendongak.
"Apaan sih Lila."
"Ayo kita ke taman, mungkin kamu mau cerita sama aku."
Calista mengangguk dan mereka berjalan ke taman. Leon menatap gadisnya dan tersenyum kecil.
"Tuan, Anda panggil saya."
"Kita ke ruang kerja."
Zidan menunduk dan mereka berjalan masuk ruang kerja.
itu kamu kalau dia mah ga cuma teman pasti ada rasa lah
kamu aja yg ga peka ,,hati" dia bisa bikin masalah kedepan nya
biasanya ceritnya seperti itu
#cumadinovelll
terkesan lebay