NovelToon NovelToon
PENANTIAN CINTA HALAL

PENANTIAN CINTA HALAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Aila Rusli tumbuh dalam keluarga pesantren yang penuh kasih dan ilmu agama. Diam-diam, ia menyimpan cinta kepada Abian Respati, putra bungsu Abah Hasan, ayah angkatnya sendiri. Namun cinta mereka tak berjalan mudah. Ketika batas dilanggar, Abah Hasan mengambil keputusan besar, mengirim Abian ke Kairo, demi menjaga kehormatan dan masa depan mereka.

Bertahun-tahun kemudian, Abian kembali untuk menunaikan janji suci, menikahi Aila. Tapi di balik rencana pernikahan itu, ada rahasia yang mengintai, mengancam ketenangan cinta yang selama ini dibangun dalam doa dan ketulusan.

Apakah cinta yang tumbuh dalam kesucian mampu bertahan saat rahasia masa lalu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PENANTIAN CINTA HALAL

Mobil perlahan berhenti di halaman rumah berlantai dua, rumah itu tampak rapi dan nyaman. Aila menatap bangunan itu dengan ragu-ragu. Bayu turun lebih dulu, lalu membuka pintu untuk Aila. Ia tak berkata apa-apa, hanya menatap dengan lembut.

"Ayo, masuk," ucap Bayu pelan ,setelah sampai di depan pintu.

Begitu Aila melangkah menaiki tangga teras, pintu rumah terbuka. Azela keluar dengan wajah berseri-seri. Perutnya sudah besar, dan ia berjalan perlahan menyambut kedatangan mereka.

"Aila!" sapa Azela dengan suara khasnya lembut dan ramah. "Selamat datang, di rumah barumu, Mbak sudah siapkan makanan kesukaanmu. Mbak ingat kamu suka sambel tempe dan sup jagung,"

Aila menyipit, menatap heran. Azela yang enggeh langsung berbisik.

"Mbak tahu, dari Mas Bayu."

Aila tercengang. Ternyata Mas Bayunya sudah memberi tahu Azela. Senyumnya ragu, namun perlahan Aila mengangguk.

"Terima kasih, Mbak..."

Azela memeluk Aila singkat. “Iya...jangan sungkan dek. Di sini rumahmu juga. Kamu nggak perlu canggung. Anggap saja seperti di ndalem, anggap saja kita ini saudara.”

Aila mengangguk pelan, sambil melirik canggung kearah Bayu.

Sementara, Bayu hanya menatap dua perempuan itu, dengan wajah teduhnya.

"Mas masuk dulu, ya. Mau bersih-bersih."

Ujar Bayu langsung melangkah meninggalkan mereka berdua.

Saat Bayu melewati Azela, Aila memperhatikan… tak ada salam cium tangan. Tak ada tatapan manja. Bahkan Azela tak bergerak sedikit pun, untuk menyambut Mas Bayu-nya, saat Bayu melangkah pergi. Mereka seperti… orang asing, dalam penglihatan Aila.

Hati Aila mengernyit pelan. Ada sesuatu yang terasa ganjil. Namun ia memilih diam. Dalam hatinya ia membatin, "Mungkin mereka menjaga sikap karena aku di sini. Mungkin memang mereka bukan tipe pasangan yang suka pamer kemesraan."

Azela meraih tangan Aila. “Ayo, kamu pasti capek. Aku udah siapin kamar kamu dan Mas Bayu. Di lantai atas, dan Aku di lantai bawah."

Jelas Azela tampak antusias.

Aila mengangguk.

Kelembutan Azela membuat rasa takutnya perlahan memudar. Ia bahkan merasa nyaman berada di dekat perempuan itu.

Saat berjalan menuju kamar yang disiapkan, Aila menoleh sekilas ke arah Bayu yang sedang menuangkan air minum di dapur.

Dan entah kenapa… meski tak banyak bicara, tatapan lelaki itu, terasa tenang namun menyimpan banyak rahasia.

"Ini dek kamarmu, sama Mas Bayu" Azela membukakan pintu.

"Ya udah, istirahat lah, Mbak tinggal ke bawah ya,"

Aila mengangguk mengucap terima kasih pada Azela.

Suasana kamar itu tenang, hanya suara jam dinding yang terdengar. Aila berdiri di dekat lemari, melihat tumpukan pakaian pria yang rapi, ternyata milik Bayu.

Ia menoleh saat mendengar langkah kaki mendekat. Bayu baru selesai membersihkan diri, mengenakan kaos polos dan celana panjang santai. Matanya sedikit sembab, mungkin karena lelah seharian, atau... karena menahan banyak hal.

"Mas Bayu... mau tidur di sini...?" tanya Aila pelan, sedikit kikuk.

Bayu yang hendak meletakkan ponselnya di meja kecil, sontak menoleh. "Kamu keberatan...?"

Aila buru-buru menggeleng. "Nggak... bukan gitu maksudku. Maksud Aila... mas nggak tidur di kamar Mbak Zela...? Mas kan udah seminggu nggak pulang... Kan... nggak enak sama Mbak Zela...?"

Nada suaranya pelan, namun ada rasa bersalah yang tak bisa ia sembunyikan, dari wajah Aila.

Bayu terdiam sejenak. Tatapannya berubah, campuran getir dan kebingungan.

Namun ia tetap menjawab dengan tenang, "Selama hamil... Azela nggak suka tidur sempit. Katanya sesak napas. Jadi, dia biasa tidur sendiri. Mas biasanya tidur di bawah, atau di kamar ini kalau lagi pulang."

Aila mengangguk pelan, mencoba memahami. Tapi hatinya tetap menyimpan tanya yang tak berani ia ungkapkan.

"Oo... gitu..."

Hening sebentar, lalu Aila melanjutkan sambil menggaruk pelan keningnya. "Kalau begitu... mas boleh tidur di kamar ini... tapi... tapi di karpet ya Mas. Aku... aku belum siap tidur sekamar sama laki-laki... maksudku, suami..." wajahnya memerah, tergagap sendiri dengan ucapannya.

Bayu justru tersenyum tipis. "Tenang aja. Mas ngerti. Mas juga nggak akan maksa. Kamu tidur di ranjang, mas di karpet. Nggak usah canggung."

Aila menatapnya sekilas, lalu mengangguk lagi. "Makasih, Mas..."

Bayu mengambil bantal cadangan dan selimut tipis dari lemari. Ia meletakkan satu set di lantai samping tempat tidur.

Beberapa menit kemudian, lampu kamar diredupkan. Aila berbaring membelakangi Bayu, namun matanya tetap terbuka, menatap tembok.

Sedangkan Bayu, meski sudah berbaring di karpet, juga tidak langsung tidur. Ia menatap langit-langit kamar. Ada banyak hal di benaknya, namun tak satu pun yang ia ceritakan.

Dan dalam diam itu, ada dua hati yang sama-sama gamang, sama-sama berusaha kuat.

Malam itu, tanpa kata, keduanya sedang belajar menyesuaikan diri, satu atap... satu takdir.

Sementara di langit pesantren. Ditengah heningnya suasana, udara dingin menyusup dari celah jendela. Lampu tidur menyala redup, mewarnai kamar dengan cahaya temaram. Nadra dan bayi mereka sudah lebih dulu terlelap, tapi tidak dengan Abian.

Ia masih terbaring kaku, menatap langit-langit kamar. Sesekali ia menarik napas panjang, mencoba mengusir bayangan wajah Aila yang terus menari-nari di benaknya. Wajah yang dulu selalu ceria dan manja padanya. Wajah yang kini murung dan menjauh. Dan yang lebih menyakitkan, Aila kini resmi menjadi... kakak iparnya.

Abian memejamkan mata kuat-kuat, namun percuma. Gambar Aila tetap muncul. Ia tahu ini salah. Tapi hatinya tak bisa disangkal. Ia mencintai Aila sejak dulu, lebih dari sekadar adik angkat.

Tiba-tiba, suara Nadra yang pelan namun tajam memecah kesunyian.

"Kenapa belum tidur, Bi..? Masih mikirin adik angkatmu itu?" Nadra membuka mata dan menatap tajam ke arah suaminya.

Abian menoleh pelan, terkejut, namun tak menjawab.

"Kalau kamu cinta mati sama dia, kenapa kamu malah nikahin aku, hah? Sekarang, di depan istri pun, kamu masih bisa mikirin dia?!"

Suara Nadra meninggi, lalu ia langsung menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. Dengan langkah cepat, ia masuk ke kamar mandi, membanting pintunya cukup keras hingga membuat bayi kecil mereka menggeliat sebentar.

Abian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia menghela napas berat, menyesal telah membiarkan pikirannya terseret terlalu jauh.

"Ya Tuhan... kenapa semua jadi serumit ini," gumamnya lirih.

Ia menarik selimut, mencoba memejamkan mata. Ia tahu, jika ia meladeni kemarahan Nadra malam ini, semuanya bisa makin runyam. Ia hanya bisa diam, menunggu pagi, berharap badai ini bisa reda.

Namun jauh di lubuk hatinya... perih itu tetap mengendap. Tentang Aila. Tentang pilihan. Tentang luka yang diam-diam ia ciptakan sendiri.

Abian duduk diam di sisi ranjang, menggenggam jemari sendiri dengan kepala sedikit tertunduk. Matanya menatap kosong ke depan, ke arah dinding kamar yang temaram diterangi lampu tidur. Dari dalam kamar mandi terdengar suara gemericik air. Nadra sedang membersihkan diri, mungkin dengan perasaan yang sama gelisahnya seperti dirinya saat ini.

Ia menarik napas pelan. Berat. Lelah. Tapi bukan tubuhnya yang lelah jiwanya.

Sudah hampir dua tahun ia dan Nadra menikah. Pernikahan yang awalnya tumbuh dari cinta, dari saling percaya. Mereka menjalani kehidupan sederhana di Kairo sebagai mahasiswa, lalu membesarkan anak mereka Rayyan, dengan

penuh syukur dan tawa. Nadra adalah istri yang baik, dan tak ada satu pun celah di matanya yang bisa dijadikan alasan untuk meragukan wanita itu.

Namun… ada satu kenyataan yang tak pernah benar-benar bisa ia bantah dalam hati kecilnya.

Abian, belum bisa melupakan Aila.

Abian menyandarkan kepala ke dinding, mengatupkan rahangnya rapat-rapat. Ia telah mencoba. Demi Allah, ia telah berusaha mengubur perasaan itu dalam-dalam, apalagi sejak melihat Nadra mengandung dan melahirkan anak mereka. Cinta kepada Nadra itu nyata, ia tidak memalsukannya. Tapi… yang ia rasakan kepada Aila, berbeda.

Lebih dalam. Lebih tua. Lebih lama.

Dan lebih menyakitkan.

Malam ini, setelah sekian lama mereka kembali berbagi ranjang setelah Nadra melahirkan dan menyapih Rayyan, Abian justru dihantui bayangan yang seharusnya sudah mati, sejak awal Abian menikahi Nadra.

Namun tatapan Aila. Senyum Aila. Aroma tubuh Aila. Bahkan, saat jemarinya menyentuh Nadra, pikirannya sekelebat membayangkan sosok Aila di pelukannya.

Abian memejamkan mata rapat-rapat, menggertakkan gigi.

"Aku suami macam apa..." gumamnya penuh sesal.

Nadra tak tahu. Dan semoga tak akan pernah tahu. Wanita itu terlalu tulus mencintainya, terlalu

lembut untuk disakiti. Tapi Abian… terjebak. Antara cinta yang ia punya sekarang, dan luka cinta yang tak pernah sembuh dari masa lalu.

Ia hanya bisa berdoa dalam diam, semoga bayangan Aila perlahan menghilang. Semoga... hatinya tak semakin jauh dari Nadra.

Tapi jauh di lubuk terdalam, ia tahu, hati yang terbelah, tak pernah benar-benar utuh.

1
Wulan Susanto
di tunggu update nya
Wulan Susanto
bagus
Ita Putri
wes Ndang omong azela ....kasihan mas Bayu sama aila nya
Aliya Awina
kalau mau jadi suami yg baik iya itu ikhlaskan aila dan jadilah suami yg bertanggung jawab jangan kau abaikan istri dan anakmu demi perempuan lain
Ita Putri
warbiasah....semangat thor
Zizi Pedi: Insya Allah Kk, semangat🥰
total 1 replies
Ita Putri
haduuh....karya sebagus ini tp sepi like....mengsyedih lah🤔
Zizi Pedi: Iya Kk, makasih Kk, udah dukung katyaku🥰
total 1 replies
Aliya Awina
sebenar aila nikah sama bayu atau abian sama aja jadi istri ke 2 juga cuman klau aila sama abian gak akan dicintai sepenuh hati karna cinta abian untk istri pertamanya tpi klau nikah sama baya sdh pasti dicintai sepenuh hati karna cinta bayu memang untk aila seorang
Zizi Pedi: iya Bener kk, Mending sama Bayu, yg tulus baik lahi🥰
total 1 replies
Ita Putri
poor bayu
Ita Putri
jangan" hamil anak almarhum dr.kenzi
R I R I F A
lanjut aku suka cerita yg islami...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!