Berfokus pada Kaunnie si remaja penyendiri yang hanya tinggal bersama adik dan sang mama, kehidupannya yang terkesan membosankan dan begitu-begitu saja membuat perasaan muak remaja itu tercipta, membuatnya lagi dan lagi harus melakukan rutinitas nyeleneh hanya untuk terbebas dari perasaan bosan tersebut.
tepat jam 00.00, remaja dengan raut datar andalannya itu keluar dan bersiap untuk melakukan kegiatan yang telah rutin ia lakukan, beriringan dengan suara hembusan angin dan kelompok belalang yang saling sahut-sahutanlah ia mulai mengambil langkah, Kaunnie sama sekali tidak menyadari akan hal buruk apa yang selanjutnya terjadi dan yang menunggunya setelah malam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BI BAB 19 - Pantas saja.
Aku keluar dari ruang UKS dengan perban yang melilit setengah kepala juga pada bagian lengan sebelah kiri.
Entah Rama yang kelewatan panik sampai mendadak jadi dungu, aku tak ambil pusing. Keluar aku dari ruangan itu dengan wajah pede mampus, btw lengan sebelah kiri ku tidak ada luka sama sekali.
Sekali lagi.
Entah Rama yang kelewatan panik sampai mendadak menjadi DUNGU, aku tak ambil pusing.
Setelah kejadian menjedotkan kepala tadi, mobil Rama yang awalnya selambat siput tiba-tiba mendadak mengalahkan rosi si raja balap. Aku tahu tabiat manusia banyak omong satu itu! Awalnya ia sengaja memelankan laju mobil agar perjalanan kami terasa panjang namun karena kejadian bar-bar di luar nalar ini, ia jadi terpaksa mengganti niat busuknya.
Saat itu Rama dengan wajah panik menginjak gas untuk segera sampai ke sekolah dan merawat ku di-UKS depan yang tersedia.
Aku membuang nafas. Huft, saja-saja ada.
"WEEEEEEEEIIIIIIII!!" Teriakan menggelegar itu membuat aku membuang nafas panjang untuk yang kesekian.
Ampun, itu teriakan Starla.
Baru saja hidupku tenang setelah tadi didalam ruangan UKS diomelin Rama habis-habisan kini datang lagi satu masalah baru yang pasti akan membuat telingaku lebih berdenyut dari sebelumnya.
'gini amat ya hidup akuhh?!~'
Dengan malas aku berbalik untuk menyambut kedatangan Starla yang terlihat sedang bernafas tersengal-sengal. Biar ku tebak, gadis bar-bar di depanku ini pasti habis keliling sekolah untuk mencari keberadaan ku.
"Tu-tumbhen,.. lo dayeng telatt..." Starla merangkul bahuku, nafasnya yang memburuh seolah membuat hawa di sekitarku memanas saking dahsyatnya.
"Uhukk, biasanya juga telat bangett! Eh btw, ini elu lagi cosplay mumi ape begimane, uhuk.." Sambung Starla sembari memegangi dadanya sendiri.
Aku memutar bola mata malas lalu merajut langkah untuk menjauh dari area depan UKS, takut-takut nanti Rama keluar lalu membangun aliansi dengan Starla dan bisa ditebak endingnya adalah aku auto K.O. ditangan mereka.
Terompet+terompet \= merepet.
Haishh~
Aku berjalan santai dengan Starla yang mengekori di belakang. Gadis itu belum nyerocos soal kejadian tadi malam saja sudah syukur. Untuk sekarang, misi pertamaku adalah untuk menuntun gadis di belakangku ini menuju ruang yang lebih sepi agar sekiranya apabila gadis itu sudah ingat kejadian tadi malam, cerocosan dahsyatnya yang sanggup membangunkan orang mati itu tidak akan didengar para murid yang lain.
Kalau murid-murid pencari keburukanku itu sampai tahu bahwa aku membawa seorang pria yang notabenenya berumur jauh diatas ku, bisa-bisa makin parah bully-an mereka nanti. Heum.. Sebenarnya aku sama sekali tidak memperdulikan para murid, yang ku takutkan adalah apabila adalah salah satu dari mereka yang Cepu pada mama dan adik.
Bisa mampus di ceng-cengi dua kingkong galak itu aku nanti.
Kami terus berjalan beriringan ditemani sepi, agak aneh rasanya karena biasanya ketika aku bersama dengan Starla aku akan merasa seperti dikebun binatang namun sekarang ini tidak.
Heumm... Ada apa dengan gadis di belakangku ini? Apa dia sakit gigi? Aku menggedikan bahu lalu ketika kami sudah sampai di belakang sekolah tepatnya didepan gudang tua, Starla tiba-tiba menarik tanganku lumayan kencang.
"Gue mau ngomong." Ujarnya terdengar begitu dingin.
Dia pasti ingin membicarakan soal kejadian tadi malam nih, aku nurut saja. Kubiarkan tubuhku digiring oleh Starla menuju sebuah tempat yang lebih sepi lagi.
Setelahnya, Starla mulai melepaskan tanganku lalu Netranya yang tajam itu memandangi diriku lamat-lamat.
"Lo sama kak Rama ada hubungan apa?" Eh? Kalimat tanya yang keluar dari bibir gadis didepanku itu sedikit membuat alisku mengkerut.
Walaupun bingung, aku tetap menyahut Starla. "Gak ada." Ujarku sembari bersandar pada tembok di belakang.
Kini gantian alis Starla lah yang mengkerut. "Maksudnya? Kalau ga ada apa-apa kenapa berangkat bareng, heh, lo tuh gak pernah mau ye kalau gue aj--" Tajamnya terlihat bingung. Hadeh, kirain apa. Aku lagi-lagi membuang nafas.
"Gak ada hubungan apa-apa," potongku final.
Aneh.
Apa Starla belum mendapat informasi apa-apa dari para pekerja dirumahnya?
Tapi rasa-rasanya tidak mungkin, kan?
Aku bingung. Namun aku memutuskan untuk diam saja, kalau Starla tidak tahu malah akan lebih bagus.
"Kamu cuma mau ngomong itu?" ujarku memastikan sambil menepuk belakang seragamku yang agak kotor karena ternyata ditembok terdapat banyak sarang laba-laba namun aku malah tak menyadarinya.
Dungu, tapi untung ada ibu londry.
Setelah selesai membersihkan sarang laba-laba tersebut, Netraku sedikit mengintip pada Starla yang terlihat sedang berpikir.
Starla menjentikkan jari lalu dengan galak melotot kepadaku. "LO KENAPA TIBA-TIBA NGILANG, JIR?!! Bangun-bangun batang idung elu udah gak ada, panik tau gak gue?!" Starla berseru dengan suara melengking.
'duh lee~' batinku tersiksa.
Ku sumpal kedua lubang telingaku dengan jari sembari menatap malas pada Starla yang sedang misuh-misuh.
"Mana para pelayan dirumah gue juga ngaku kagak ada ngeliatin elo keluar lagihh.."
'ehh???'
Tunggu.. celotekan Starla yang satu ini agak membuatku tertarik.
Kutarik tanganku dari depan telinga lalu dengan alis yang terangkat sebelah kutatap Starla sepenuhnya.
"Gimana tadi?" tanyaku bingung.
Ha? Itu tadi aku nggak salah denger kan?
Gak ada yang tahu bahwa aku keluar? Bukannya mereka yang menyuruhku lekas-lekas bersembunyi?
Mereka juga yang membantu menghadang para pria berseragam hitam itu agar tidak menggapai kami yang sedang berusaha keluar dari sana, kan?
"Pft.." Tanpa sadar bibirku tiba-tiba saja mengeluarkan kekehan.
Semakin hari semakin tidak beres saja ya hidupku? Aku baru sadar, sedari awal memang ada yang tidak beres.
Starla tidak mungkin tidak mengetahui keributan yang terjadi tadi malam, dan Starla juga tidak mungkin tidak mengamuk ketika tahu aku menghilang bersama seorang pria yang kubawa.
Tadi malam bukan hanya aku yang menghilang melainkan Sebastian juga, namun dari kata perkataan yang Starla ucapkan barusan, gadis di depanku ini seolah 'lupa' sepenuhnya pada dengan 'siapa' aku main ke rumahnya.
Aku mengangguk dengan jari yang parkir di dagu. Ya, benar, ada yang tidak beres. Aku harus memastikan sesuatu.
"Starla," panggilan santai ku yang langsung dibalas Starla dengan anggukan kedepan.
"Kemaren aku kerumah kamu sama siapa?" ujarku lagi dengan nada penuh selidik.
Kalau Starla mengucapkan kalimat yang ada di pikiranku itu berarti tebakanku menjadi 100% benar nan valid.
"Ha? Gila lu? Lu kan sendiri maennya, lagian lo gapunya temen selain gue jirr.."
'bangsat'
...(( komentator D : ini dia marah karena dikatain ga punya temen selain Starla atau apa? ))...
Starla benar-benar mengucapkan kalimat yang sedang memenuhi isi kepalaku, itu berarti.. ingatan orang-orang tentang Sebastian memang sengaja dihilangkan.
Tangan mungil ku mengepal membentuk sebuah gumpalan tinju kecil, dengan gigi bergemelatuk aku menendang bekas botol air mineral di tanah.
Pluk!..
Pantas saja Sebastian seperti orang bodoh, pantas saja tidak ada yang membantu Sebastian, PANTAS SAJA SELAMA INI SEBASTIAN SELALU TERTANGKAP!! Ternyata mereka bermain curang dengan menghapus ingatan orang-orang agar orang-orang melupakan apa saja hal yang terjadi dengan Sebastian.
'brengsek!'
Aku mengayun langkah cepat meninggalkan Starla, dengan nafas memburuh juga dengan mata yang menatap nyalang, aku terus berjalan cepat meninggalkan area sekolah.
Bruk!
Ku tabrak kakkel diparkiran yang dengan sengaja menghalangi jalanku.
'persetan!'
"Lo semua ngerasa gak ada yang berbeda dari tuh anak?"
"Iya, gue tiba-tiba jadi merinding.."
Aku terus berjalan cepat tanpa mendengarkan apa saja yang mereka obrolkan tentang diriku. Aku marah, sangat marah! Aku bahkan merasa seperti ada lelehan lava panas yang bersarang di dadaku.
Tungkai ku bingung harus berayun kemana. Dimana aku harus menyalurkan kekesalan ini?
Dengan mata menatap nyalang, aku mulai menyeringai ketika otakku memberi arahan kemana aku harus berjalan.
Benar, disana.
Aku akan menyalurkan seluruh kekesalan ku disana saja.
Dengan dada memburuh juga dengan aura yang tanpa kusadari berubah drastis, aku mulai berlari kencang menuju tempat yang kini ingin ku tuju.
"Permisi," ujarku setengah menggeram ketika aku sudah sampai diwarung yang terdapat makhluk berlidah panjang kemarin.
Ya, aku akan menyalurkan segala kekesalanku disini.
Mati kau makhluk sialan!
Dengan langkah cepat aku berjalan menuju tong sampah disudut warung.
Aku terkekeh ketika netraku menangkap si makhluk yang seperti sedang berusaha beringsut menjauh. Dia takut? Haha.
"Menjauh!"
Blablablaa~ tak ku hiraukan seruan makhluk sialan itu.