Merebut Cintamu

"Kamu tidak perlu turun kan harus kembali ke rumah sakit". kata Arleta pada Restandi ketika mobil tiba di depan klinik.

'Iya sayang. Tapi upah aku nganter kamu mana?". tanya Restandi kalem.

"Tunggu sebentar" Arleta pun berlagak merogoh tasnya mencari uang receh. Restandi menatapnya dengan gemas.

"Kamu mau main-main denganku ya?". tanya Restandi mulai mendekati Arleta. Gadis itu cepat-cepat turun lalu lari masuk ke dalam klinik sambil tertawa. Gagal, pikir Restandi. Tapi tenang saja masih banyak kesempatan untuk membuli mesra Arleta. Dia pun berlalu dari klinik. Arleta yang baru masuk ke dalam klinik melihat Diana yang sedang tersenyum sendiri.

"Kamu kenapa Di?". tanya Arleta penasaran. Diana terkejut lalu menatap Arleta.

"Eh si bos sudah kembali". sapanya manis. Arleta jadi semakin curiga. Arleta naik menuju ruang kerjanya, Diana mengikuti. Arleta duduk di kursi kerjanya lalu memperhatikan Diana yang duduk di hadapannya.

"Ada apa kamu kelihatan senang banget?". tanya Arleta.

"Iya aku senang banget, kemarin Norman memberi hadiah dan menyatakan kesungguhannya padaku". Diana memamerkan kalung dengan liontin berbentuk hati pada Arleta. Melihat kalung itu Arleta terpana. Tiba-tiba Arleta jadi merasa iri. Dari dua pria yang menjalin hubungan dengannya dia hanya mendapat cincin pertunangan. Kevin bukan orang yang romantis, selama mereka bersama tidak ada hadiah yang istimewa yang pernah Arleta dapat dari Kevin. Restandi, hubungan mereka belum lama sih. Mereka langsung bertunangan dan sebentar lagi menikah. Yah yang aku dapat cincin pertunangan dan cincin pernikahan. Batin Arleta.

"wah hebat kalungnya cantik sekali". Arleta tulus memuji. Norman pintar memilih hadiah.

"Aku juga rasanya tidak percaya menerimanya". wajah Diana bersinar.

'Lalu bagaimana dengan keluarganya? kamu kan sempat bingung Di?". Arleta ingin tau.

"Aku sudah di kenalkan sih. Mereka tampak baik padaku. Entahlah kami kan baru berpacaran, belum ada niatan untuk menikah. Tapi Norman berjanji akan mendukung aku bila keluarganya menolakku". jelas Diana. Wajahnya berubah serius.

"Baguslah. Hubungan memang harus jelas sikap kedua pasangan. Berjuanglah Di, Norman pria yang baik". kata Arleta menyemangati.

"Sip. Aku balik kerja dulu ya". Diana pamit lalu meninggalkan Arleta sendiri. Arleta jadi melamun. Dia tidak sepantasnya iri. Diana dan Norman masih harus memperjuangkan cinta mereka. Belum tau kedepannya bagaimana. Sedangkan Dia dan Restandi sudah sangat jelas akan masa depan mereka. Arleta pun membuyarkan lamunannya mencoba melakukan pekerjaannya.

Lordy Vin tampak sedang mengintai di depan kantor Armando. Dia mencari Melani. Lordy berharap bisa bertemu Melani lagi. Sudah berhari-hari dia menunggu tapi tidak berhasil. Hari ini terakhir dia menunggu Melani. Tiba-tiba di lihatnya sebuah mobil memasuki halaman perusahaan itu. Dengan terkejut di tatapnya Melani yang turun dari mobil bersama seorang pria. Lordy jadi merasa usahanya tidak sia-sia. Melani memasuki kantor bersama Arsen. Pria yang Lordy lihat turun dari mobil bersama Melani. Arsen menjemput Melani karena ada kontrak baru untuk gadis itu. Mereka pun memasuki ruang kerja Armando.

"Kau sudah datang?". tanya Armando melihat kedatangan mereka. Melani tidak menjawab. Menurutnya pertanyaan Armando tidak butuh jawaban. Armando menatap penampilan Melani hari ini. Gaun yang di kenakannya membuatnya tampak seksi. Walaupun tidak terbuka tapi tetap mendoakan tubuhnya yang bagus. Armando suka melihatnya. Armando tidak munafik, suka akan keindahan yang di tampilkan. Asalkan dalam batas wajar. Dia tidak pernah keberatan Melani tampil seksi, boleh lihat tapi jangan berani sentuh. Karena Melani miliknya. Armando menjaga Melani dengan baik. Melani sendiri mulai merasa nyaman dengan perlakuan Armando. Dia merasa sekarang dia tidak butuh orang lain. Cukup Armando seorang. Armando menghampirinya, mencium keningnya dengan mesra. Arsen yang melihat itu langsung keluar dari ruang kerja Armando. Melihat mereka hanya berdua saja Armando pun mencium bibir Melani dalam dan menuntut. Melani suka jika Armando menyentuhnya. Tapi sudah beberapa waktu Armando tidak menengoknya di apartemen. Itu sebabnya Melani merajuk hari ini. Kalau saja tidak ada kontrak yang harus di tanda tanganinya Melani mungkin masih belum bertemu Armando. Melani hampir kehabisan napas Armando pun melepasnya. Jika saja hari ini dia tidak sangat sibuk Armando ingin bermesraan dengan Melani.

"Duduklah dulu. Biar kusiapkan kontraknya". kata Armando lembut. Melani pun duduk dengan manis di sofa sedangkan Armando kembali ke meja kerjanya. Armando sedang membereskan berkas di mejanya ketika tiba-tiba seorang wanita cantik masuk ke ruang kerjanya. Trisia Amanda.

"Sayang, kau sibuk tidak?". tanya Trisia manja. Dia tau jika Armando sibuk dia akan diusir oleh pria tampan itu.

"Sangat sibuk". Jawab Armando acuh, matanya tidak menatap Trisia. Tiba-tiba mata Trisia terpaku pada Melani yang duduk di sofa sambil menatapnya tajam. Mereka saling bertatapan. Saling menilai. Melani baru tau jika ada makhluk seperti ini di dekat Armando. Ya Armando kan menawan pasti ada saja yang mengincarnya karena dia juga kaya.

"Sayang ini siapa?". tanya Trisia pada Armando. Matanya beralih pada Armando menuntut penjelasan.

"Kau tidak tau Melani, modelku yang baru?". tanya Armando tak percaya.

"Melani ini adalah Trisia mantan modelku yang lama". kata Armando lagi pada Melani. Gadis itu jadi merasa lega. Armando hanya mengganggap wanita itu mantan modelnya.

"Sayang, tega sekali kau berkata seperti itu". Trisia berkata marah.

'Trisia, itulah kenyataan yang sebenarnya. Mau apa kau ke sini?". tanya Armando tidak suka.

"Aku ingin mengajakmu makan siang". jawab Trisia. Dia sebenarnya rindu pada Armando.

"Aku sibuk Trisia, sebaiknya kau pergi saja sekarang". Armando bangkit berdiri dan menatap Trisia bahwa dia bersungguh-sungguh dengan perkataannya.

"Lalu bagaimana dengan wanita itu?". tanya Trisia tangannya menunjuk pada Melani.

"Kami punya pekerjaan yang harus di selesaikan hari ini". Armando tidak menyebut kontrak kerja baru yang pastinya akan membuat Trisia semakin marah. Walau Trisia bukan wanita yang suka membuat kegaduhan namun Armando hanya menjaga perasaan gadis itu saja. Mata Armando beralih pada Melani yang tampak kesal.

"Melani kau baik-baik saja?". tanya Armando lembut.

"Aku hanya bosan saja". sorot mata Melani mengisyaratkan sesuatu. Dia bukan bosan di kantor Armando tapi dia bosan terkurung di apartemennya tanpa di tengok oleh Armando. Pria itu menangkap maksudnya.

"Maafkan aku, nanti malam kita makan berdua ya?". Armando menghampiri Melani dan mencium tangannya. Jika tidak ada Trisia Armando pasti akan mencium bibir Melani. Trisia melihat itu dengan mata berapi-api. Betapa sakit hatinya. Dengar suara Armando yang lembut saja pada Melani dia sudah tidak suka. Apalagi tindakan Armando pada Melani.