Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Assalamu'alaikum.." Mia masuk ke dalam rumahnya setelah memarkirkan motor di halaman rumahnya disamping motor suaminya. Mia tiba di rumah sudah masuk waktu Maghrib
"Wa'alaikumsalam.." jawab Andi yang lagi duduk di ruang tamu, ia sedang menunggu isterinya yang belum pulang.
Mia langsung menghampiri suaminya untuk cium tangan
"Tumben ma pulangnya telat?" Karena tidak seperti biasanya Mia pulang telat, isterinya seringnya sudah berada di rumah saat Andi pulang bekerja.
Mia menghela nafas "iya tadi nungguin motor dulu dianterin orang bengkel ke kantor, tadi pagi motorku bannya pecah, sekalian diservice juga dibawa ke bengkel langganan atasanku. Maaf pa, mama lupa nggak kasih kabar"
"Pak Antony?"
Mia menggeleng, "Bukan, atasan pak Tony pemilik baru yang beli saham TSA namanya pak Aris, itu loh Omnya Shafa"
"Shafa.. temennya Zahra?" Andi mengerutkan dahinya
"Iya..yang pernah ke sini sama isterinya nganterin Zahra pulang dari pantai" Mia menjelaskannya
"Ooh...kok mama nggak cerita kalau dia bossnya mama di kantor?" Tanya Andi heran
"Waktu itu mama juga belum tahu dia bossnya TSA, baru semingguan ngantor ke TSA menampakkan diri sebagai pemilik baru"
Zahra keluar dari kamarnya dan mendengar pembicaraan orang tuanya ikut nimbrung, "omnya Shafa?, maksud mama om Aris itu bossnya mama di kantor?"
"Iya.." Mia mengangguk sambil berjalan menuju kamarnya, "mama mau mandi dulu, buruan kalau ada yang mau pake kamar mandi buat wudhu"
Andi yang menjawabnya "mama mandi duluan sana, yang lain wudhu nya setelah mama selesai. Kita sholat Maghrib berjamaah di sini"
"Sempit pa.." jawab Zayan yang keluar dari kamarnya mau ke kamar mandi
"Nggak apa-apa, bisa.." Andi menyangkalnya
Memang rumah Mereka tidak luas, dan untuk sholat jama'ah hanya bisa dilakukan dua orang di kamar seperti yang biasa dilakukan oleh Andi dan Mia. Sedangkan anak-anak biasa sholat sendiri di kamar mereka masing-masing, tapi entah kenapa sore ini Andi seperti ingin melaksanakan sholat Maghrib berjamaah lengkap mengimami anak dan isterinya. Akhirnya dengan sedikit menggeser letak kursi yang dirapatkan ke meja, Andi bisa menjadikan ruang tamunya cukup untuk sholat berjamaah empat orang, ia pun menyapu dan mengepel lantainya terlebih dulu. Semuanya dilakukan sendiri oleh Andi yang mambuat Zahra dan Zayan sedikit heran dengan tingkah papanya yang di luar kebiasaan itu.
Selesai sholat Maghrib, Mia menyuruh anak-anak untuk mengaji dan ia bersiap beranjak untuk memasak makan malam tapi tangannya ditahan oleh suaminya untuk duduk kembali, "mama capek kan baru pulang kerja, nggak usah masak kita makan di luar saja gimana? yuk..sesekali" ajak Andi kepada Mia, dan Mia masih bengong menatap suaminya seperti heran apakah benar yang ia dengar dari suaminya.
Mia menggeleng, "mama nggak capek, masak yang cepet aja bikin nasi goreng sama telur ceplok"
Tapi Andi tersenyum dan menggeleng "ya udah kita cari makan nasi goreng aja gimana, pinggir lapangan alun-alun kan banyak warung di sana kita keluar naik motor berempat. Mau..?"
Mia mengernyit "nasi yang di rumah buat apa?"
"Kan bisa buat besok sarapan pagi, nggak usah masak nasi lagi" jawabnya beralasan
Mia menghela nafas, lalu mengangguk.
Andi terdiam menatap lama isterinya dengan sendu, kemudian ia meraih kedua tangan Mia dan menggenggamnya erat "papa minta maaf belum bisa memberikan kebahagiaan buat mama dan anak-anak selama ini, maafin papa tidak bisa ngerti perasaan mama dan sering bikin mama nangis, belum bisa menjadi suami yang baik dan membanggakan buat mama, belum bisa menjadi ayah dan kepala keluarga yang baik" dengan mata yang berkaca Aris menatap isterinya lembut
Mia tidak bisa lagi membendung air matanya yang memaksa keluar, mendengar permintaan maaf tulus suaminya itu, Mia melihat mata suaminya yang dipenuhi kaca, ia langsung memeluk suaminya dengan erat, menangis tersedu di dalam pelukan suaminya sambil menggeleng dan berbicara dengan lirih, "mama juga minta maaf pa, belum bisa menjadi isteri dan ibu yang sabar" dengan sedikit terbata karena menangis sesenggukan Mia mengatakannya
Andi menciumi pucuk kepala isterinya itu berkali-kali, mengusap punggungnya, dan menyeka air mata isterinya dengan lembut
"Papa selalu ridho sama mama, diamnya papa selama ini selalu memaafkan apapun kesalahan mama meski mama tidak meminta maaf sekalipun. Terimakasih mama sudah kuat mendampingi papa yang bukan siapa-siapa ini dan tidak punya apa-apa, sudah menjadi ibu yang hebat buat anak-anak kita" Andi mendekap erat isterinya seolah tak mau lepas.
"Jadi mama mau memaafkan kesalahan dan kekurangan papa nggak? Dari tadi belum dijawab" Aris memegang kedua pipi Mia dan menyeka air matanya yang masih saja mengalir.
Mia mengangguk berkali-kali saking nggak bisa ngomongnya karena ia masih saja menangis sesenggukan dan Andi langsung menciumi kedua pipi isterinya itu berulang kali membisikkan kata "terima kasih".
"Ini apaan sih habis sholat kita anak-anaknya disuruh pada ngaji eh malah orang tuanya yang asik pacaran, ngomong sambil bisik-bisik, pelukan, ciuman" protes Zahra yang langsung dibekap mulutnya oleh Zayan adiknya
"bawel banget..., mulutnya tinggal diam aja tuh, lagian nggak usah dilihat ogeb?!" Zayan bicara sedikit gemas ke kakaknya, lalu kemudian Zahra memukul tangan Zayan sebagai protesnya kepada sang adik yang telah menutup mulutnya. Membuat Mia dan Andi melepaskan pelukannya dan Mia menatap ke arah anak-anaknya sambil tersenyum malu.
Sedangkan Andi membentangkan kedua tangannya lebar, "sini mau ikut dipeluk juga?" Andi mendekati kedua anaknya untuk dipeluknya sambil meminta maaf dan dijawab anggukan kepala oleh Zahra dan Zayan.
"Ini kayak lebaran aja sih pa, pake acara maaf-maafan sambil pelukan" kali ini Zayan yang protes karena merasa heran.
Setelah waktu isya tiba, mereka melanjutkan untuk sholat berjamaah lagi dan setelahnya mereka keluar bersama berempat naik motor, Andi berboncengan dengan Zahra, dan Zayan yang naik motor matic membonceng mamanya, mereka melaju ke arah alun-alun kota yang di pinggirannya banyak sekali penjual makanan.
Mereka asik makan lesehan di warung tenda nasi goreng pinggir jalan, selain nasi goreng ada yang memilih makan kwetiaw dan mie goreng. Mereka makan dengan hati yang gembira, disertai canda tawa terasa hangat menikmati suasana malam sambil memandang lalu lalang kendaraan di malam hari, hal sederhana tapi terasa menyenangkan.
Setelah selesai makan, Andi sudah bersiap mengambil rokoknya tapi Mia protes merasa keberatan karena asap rokok dapat menggangu suasana kebersamaan, akhirnya Andi mengalah dan memasukkan lagi rokoknya. Andi berinsiatif mengajak Zayan ke lapangan samping alun-alun untuk belajar naik motor, "aku kan udah bisa naik motor pa, kakak tuh suruh belajar naik motor. Jangan cemen.." protes Zayan ke papanya
"Tapi kamu belum bisa naik motor laki loh, kamu laki kan, ayok...!"
"Supaya bisa gantiin papa kalau mama minta diantar ke mana aja, bisa antar kakak naik motor papa boncengan ke sekolah kan keren, biar kakak ada yang jagain nggak digodain cowok iseng" Ajak Andi sedikit memaksa anak lakinya. Membuat Zayan terdiam sejenak dan akhirnya menyetujuinya.
Mia dan Zahra yang melihat Zayan dan papanya dari jauh merasa senang dengan keakraban keduanya, Zahra yang memegang ponsel mamanya ikut merekam adegan Zayan belajar motor laki milik papanya, sebelumnya juga ia memfoto dirinya sendirian dan bersama keluarganya yang malem ini terlihat sangat bahagia kompak dan menyatu, sederhana namun menyenangkan sekali rasanya.
Dan Zahra memutuskan untuk mengupload beberapa foto dan video malam ini ke pembaharuan status ponsel mamanya itu, tidak ada keterangan apa-apa atau yang bagaimana, cuman tanda hati putih dan happy family time.