NovelToon NovelToon
Sang Pahlawan Dengan Sistem

Sang Pahlawan Dengan Sistem

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Anak Genius / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:661
Nilai: 5
Nama Author: DARK & LIGHT

Di tengah hiruk pikuk Akademi Cyberland, Leon Watkins, seorang jenius dengan kekuatan "Dream" yang memungkinkannya memanipulasi mimpi dan kenyataan, justru merasa bosan setengah mati. Kehidupannya yang monoton mendadak terusik ketika ia dan teman sebayanya, Axel Maxx yang flamboyan, secara tak terduga ditarik ke dalam sebuah misi rahasia oleh sosok misterius. Mereka harus menembus "Gerbang Sejati," sebuah portal menuju dimensi yang mengerikan dan mengancam dunia. Petualangan yang akan mengubah segalanya, dan menyingkap takdir yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan, baru saja dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DARK & LIGHT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Jebakan

Pagi masih dini ketika Leon, dengan rasa malas yang tak sepenuhnya hilang namun diselingi antusiasme yang langka, mengikuti Axel menuju titik pertemuan.

Di belakang akademi, di antara pepohonan rindang yang menyembunyikan mereka dari pandangan umum, lima sosok berbalut seragam tempur hitam sudah menunggu. Mereka adalah para pengawal pribadi Axel, wajah-wajah tanpa emosi yang memancarkan aura efisiensi dan pengalaman.

Masing-masing dilengkapi dengan persenjataan canggih dan terlihat siap menghadapi apa pun.

"Baiklah, kita akan berangkat sekarang," ucap Axel, suaranya dipenuhi semangat yang kontras dengan suasana pagi yang tenang. Ia memimpin rombongan, tubuh gempalnya bergerak lincah menuju pinggir kota Cyberland, ke sebuah area terpencil yang ditandai dengan reruntuhan bangunan tua dan vegetasi liar.

Leon berjalan di belakang, mengamati sekeliling. Udara pagi yang dingin menyentuh kulitnya, namun pikirannya sudah melayang ke depan, membayangkan pertarungan yang menanti. Meskipun ia sering terjebak dalam kebosanan, ia tidak pernah menolak kesempatan untuk menguji batas kekuatannya, terutama jika ada imbalan yang menggiurkan. Kehadiran para pengawal Axel menambah lapisan intrik. Axel memang tuan muda dari guild besar, jadi wajar jika ia memiliki pengawal elite.

Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah situs yang tersembunyi dengan baik. Sebuah retakan dimensi berwarna ungu gelap menganga di antara dua bangunan yang hancur, memancarkan aura dingin yang menggetarkan. Ini adalah Gerbang (Gate).

Tanpa ragu, Axel memberi isyarat. Satu per satu, mereka melangkah maju, menembus selubung energi yang berdenyut, dan masuk ke dalam.

Dunia di balik Gerbang terasa asing dan menindas. Udara di dalamnya tebal dengan aroma aneh yang menusuk hidung, campuran ozon dan sesuatu yang busuk. Cahaya redup berasal dari kristal-kristal bercahaya yang tumbuh secara organik di dinding gua, memantulkan warna ungu kehijauan yang suram. Tanah di bawah kaki mereka lengket, seolah dilapisi jaring yang tak terlihat. Mereka telah tiba di sarang Red Spider Queen.

Suara gemerisik halus mulai terdengar dari kegelapan di sekeliling mereka, menandakan kehadiran para penjaga sarang. Kemudian, dari balik formasi batuan yang runcing, muncullah gelombang pertama: sekawanan Red Spider Mini. Makhluk-makhluk seukuran anjing terrier ini memiliki delapan kaki ramping yang bergerak cepat, tubuh merah menyala, dan mata hitam pekat yang memantulkan cahaya redup. Mereka melesat maju dengan kecepatan luar biasa, taring-taring kecil mereka mengilat.

Para pengawal Axel segera membentuk formasi, senjata energi mereka berdengung. Sinar laser dan peluru energi mulai membelah udara, menghantam beberapa laba-laba mini, mengubahnya menjadi abu. Axel, dengan sistem Petirnya, mengangkat tangannya. Kilatan petir biru cemerlang melesat dari ujung jarinya, meledakkan kelompok laba-laba menjadi fragmen berasap.

Leon, di sisi lain, memilih pendekatannya sendiri. Ia melangkah maju, membiarkan beberapa Red Spider Mini mendekat berbahaya. Lalu, dengan senyum tipis yang penuh percaya diri, ia mengaktifkan sistem "Dream"-nya. Seketika, aura kebiruan samar memancar darinya, menyelimuti area sejauh sepuluh meter di sekelilingnya.

Perubahan di dalam domain mimpi itu seketika dan menakjubkan. Bagi laba-laba mini yang terperangkap, dunia di sekitar mereka tiba-tiba berputar. Dinding gua yang remang-remang berubah menjadi lorong-lorong sempit yang terus bergeser, kristal-kristal bercahaya memancarkan kilauan yang menusuk mata, dan suara gemerisik berubah menjadi bisikan-bisikan aneh yang mengganggu. Laba-laba-laba itu berhenti, gerakannya melambat, terjebak dalam ilusi yang menakutkan dan membingungkan. Beberapa mulai saling menyerang, taring mereka mencengkeram sesama, mengira mereka adalah musuh.

"Hanya ilusi dasar?" gumam Leon, sedikit kecewa melihat respons awal mereka. Namun, ia kemudian memperhatikan sesuatu. Meskipun terperangkap dalam ilusi, Red Spider Mini menunjukkan tanda-tanda adaptasi yang mengejutkan. Beberapa dari mereka mulai bergerak maju lagi, meski ragu-ragu, seolah mereka berusaha menembus kabut ilusi. Kecepatan mereka sedikit meningkat, dan serangan mereka, meskipun masih tidak terarah, tampak memiliki sedikit lebih banyak akurasi.

"Menarik," monolog Leon, sebuah percikan minat muncul di matanya. "Mereka beradaptasi dengan ilusi." Ini adalah sesuatu yang jarang ia temui dalam simulasi mimpinya sendiri, di mana musuh-musuhnya biasanya tunduk pada kontrol absolutnya.

Laba-laba yang lebih besar, Red Spider Juggernaut, kemudian muncul dari kegelapan, merangkak di dinding gua.

Makhluk raksasa seukuran truk kecil ini memiliki cangkang keras berwarna merah tua dan taring seukuran pisau belati. Mereka membawa beban berat, menggedor tanah dengan langkah kaki mereka yang tebal. Racun berwarna hijau pekat menetes dari taring mereka, meninggalkan jejak berasap di lantai.

Pertarungan semakin sengit. Para pengawal Axel bekerja sama dengan presisi militer, menembakkan serangan terfokus ke kaki-kaki Juggernaut untuk melumpuhkannya. Axel sendiri terus menembakkan kilatannya, meledakkan cangkang keras Juggernaut, meskipun efeknya tidak secepat pada laba-laba mini.

Melihat adaptasi Red Spider Mini, Leon memutuskan untuk meningkatkan kerumitan ilusi. Ia ingin melihat seberapa jauh adaptasi monster-monster ini bisa berkembang. Aura kebiruannya semakin kuat, domain mimpi meluas sedikit, mencakup area yang lebih besar dan mempengaruhi lebih banyak laba-laba.

Kali ini, ilusi yang diciptakan Leon jauh lebih kompleks dan brutal. Ia membengkokkan ruang dan waktu di sekitar laba-laba mini. Mereka tiba-tiba menemukan diri mereka berada di labirin rumit yang terbuat dari jaring laba-laba raksasa, setiap lorong dipenuhi dengan bayangan-bayangan bergerak yang menyerupai predator mereka sendiri. Aroma busuk yang menyengat berubah menjadi bau bangkai yang memuakkan.

Kemudian, ilusi itu diperkuat dengan badai yang kuat. Angin kencang yang tak terlihat menerpa laba-laba itu, melemparkan mereka ke dinding ilusi labirin, mengacaukan orientasi mereka sepenuhnya. Beberapa laba-laba bahkan mulai panik, memuntahkan jaring racun secara acak, yang malah menjebak sesama mereka. Jeritan-jeritan melengking yang hanya bisa didengar oleh Leon dan Axel bergema dalam domain mimpinya.

Namun, yang paling mengejutkan bagi Leon adalah ketika ia melihat beberapa Red Spider Mini yang lebih kuat mulai bergetar, lalu secara perlahan, memaksa diri mereka untuk bergerak maju menembus badai ilusi. Mata hitam pekat mereka tampak berkedip, seolah mereka sedang berjuang keras untuk fokus, untuk membedakan kenyataan dari ilusi. Ini bukan hanya adaptasi, ini adalah perlawanan.

"Mereka melawanku?" gumam Leon, senyum predatornya melebar. Ia belum pernah mengalami perlawanan mental seperti ini dari makhluk lain. Ini jauh lebih menarik dari sekadar meningkatkan statistik goblin. Ia merasakan adrenalin yang sudah lama tidak ia rasakan.

Dengan satu pikiran, Leon mengubah lanskap ilusi lagi. Labirin itu runtuh, digantikan oleh jurang tak berdasar di bawah kaki laba-laba. Badai itu berubah menjadi semburan api ilusi yang membakar mereka, sementara suara-suara bisikan diubah menjadi jeritan-jeritan mengerikan dari neraka.

Kali ini, adaptasi mereka tidak cukup. Laba-laba mini yang tersisa akhirnya menyerah pada kepanikan total. Beberapa roboh dan tubuh mereka menghilang seperti kabut, yang lain berlari tanpa arah, menabrak dinding asli gua sampai mereka hancur sendiri.

Pertarungan antara Leon dan sekumpulan Red Spider Mini berlangsung sengit, melibatkan duel mental yang tak terlihat oleh mata biasa, namun berakhir dengan kemenangan mutlak Leon.

"Haah, itu cukup melegakan," ucap Leon, menarik napas dalam-dalam, merasakan sedikit kelelahan yang menyenangkan. Sensasi ini, sensasi berjuang melawan perlawanan yang tak terduga, jauh lebih memuaskan daripada dominasi mudah atas musuh-musuh ciptaannya sendiri.

Mereka terus bergerak maju, melewati lorong-lorong gelap yang dipenuhi sisa-sisa laba-laba yang telah mereka kalahkan. Semakin dalam mereka masuk, semakin tebal jaring-jaring laba-laba yang melapisi dinding dan lantai. Udara semakin pengap, dan bau busuk semakin kuat. Tanda-tanda bahwa mereka mendekati jantung sarang.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan besar, sebuah gua raksasa yang jauh lebih tinggi dan lebih luas dari lorong-lorong sebelumnya. Di tengah ruangan, bertengger di atas gundukan kepompong dan jaring yang lengket, adalah sang ratu: Red Spider Queen.

Makhluk itu jauh lebih besar dari yang Leon bayangkan. Ukurannya setara dengan sebuah bus sekolah, dengan cangkang berwarna merah tua yang mengilap dan delapan kaki tebal berbulu yang dilengkapi duri-duri tajam. Sepasang mata majemuknya yang merah menyala menatap mereka dengan tatapan dingin dan cerdas. Dari perutnya yang membuncit, benang-benang jaring tebal terus dipintal, mengisi setiap celah di ruangan itu. Aura intimidasi yang luar biasa memancar darinya, terasa menekan di dada.

Axel dan para pengawalnya segera mengambil posisi tempur, senjata mereka diarahkan pada sang ratu. Jantung mereka berdebar kencang. Ini adalah bos Rank D, ancaman yang tidak bisa diremehkan.

Tiba-tiba, suara derak keras memecah keheningan. Pintu masuk ruangan boss yang baru saja mereka lewati, sebuah lubang menganga di dinding, tertutup rapat oleh lapisan jaring tebal dan lengket yang muncul entah dari mana. Secara bersamaan, suara alarm melengking mulai terdengar di seluruh ruangan, suara yang bukan berasal dari sarang laba-laba, melainkan dari semacam sistem peringatan buatan.

"Apa yang terjadi?" ucap Axel, memandang Leon dengan mata yang penuh kebingungan, otot-ototnya menegang. Suara alarm itu terdengar sangat tidak pada tempatnya di dalam sebuah Gate monster.

Leon tidak menjawab pertanyaan Axel. Matanya menyipit, memandang ke sekeliling ruangan. Ada sesuatu yang tidak beres. Jaring tebal yang menutupi pintu, alarm, dan kemudian... ia merasakan pergeseran energi yang samar, bukan dari monster, melainkan dari sesuatu yang mirip dengan sistem buatan manusia. Ini terasa familier, namun asing di tempat seperti ini.

"Aku rasa kita telah terperangkap dalam perangkap," ucap Leon, suaranya tenang namun matanya penuh kecurigaan. Ia tidak lagi memandang Axel, melainkan menyapu pandangannya ke dinding-dinding ruangan, seolah mencari sesuatu yang tersembunyi.

Axel, yang panik, membentak. "Apa yang kau bicarakan, Leon? Kita harus keluar dari sini sekarang juga!" Ia mencoba menembakkan petir ke arah jaring yang menutupi pintu, namun jaring itu hanya sedikit berasap dan tetap kokoh.

Tiba-tiba, suara-suara aneh terdengar dari luar ruang boss, bergema melalui dinding-dinding gua seolah ada pengeras suara tersembunyi. Suara itu dingin, terdistorsi, dan sangat jauh dari suara manusia biasa.

"Selamat datang, para petualang," ucap suara itu, nadanya terdengar seperti sebuah rekaman yang diputar ulang, namun dengan sentuhan mengejek. "Kalian telah memasuki permainan yang sebenarnya."

Leon dan Axel memandang sekeliling, penasaran, bahkan ketakutan, tentang apa yang terjadi. Para pengawal Axel saling menatap dengan ekspresi cemas.

Pertarungan dengan Red Spider Queen kini terasa seperti masalah sekunder. Mereka tidak tahu bahwa mereka telah memasuki permainan yang jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan, sebuah permainan yang mungkin dirancang oleh pikiran yang jauh lebih licik dari monster mana pun.

Leon, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, merasakan kegembiraan yang bercampur dengan kecurigaan yang mendalam.

Kebosanan yang selama ini membelenggunya telah sirna. Ini bukan hanya raid Gate biasa. Ini adalah perangkap, dan di dalam perangkap itu, ada sebuah misteri yang menanti untuk dipecahkan. Siapa dalang di balik semua ini? Dan apa tujuan sebenarnya dari "permainan" ini? Hanya waktu yang akan membuktikannya.

1
iqbal nasution
oke
DARK & LIGHT: thank udah mampir bg
total 1 replies
DARK & LIGHT
MC anti naif
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!