Jangan mampir di masjid ini. Sudah banyak yang mengalaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang Kedua
2. LESTARI TOKO SEMBAKO
Nama orang kedua yang akan didatangi oleh Daud dan Edo adalah Lestari pemilik warung sembako. Kisah yang beredar di masyarakat di kala itu adalah Lestari ikut menemani ayahnya mengantar pesanan beras ke masjid besar yang ada di pinggir jalan raya. Untuk mengetahui bagaimana kebenaran cerita tersebut Daud dan Edo mendatangi langsung toko sembako milik Lestari.
"Kulo nuwun (permisi) mbak Lestari nya ada?",
"Lagi di belakang",
"Tolong panggilkan ya bilang Daud mau ada perlu",
Toko sembako Lestari memang jadi satu dengan rumahnya. Yang terletak di jalan masuk kampung setelah gapura.
Daud sendiri tidak merasa canggung dengan Lestari karena mereka memang teman satu angkatan walau tidak terlalu dekat. Daud dan Lestari sama-sama satu SD dan SMP.
"Daud ada apa?",
"Temanku dari kota mau tanya-tanya",
"Tanya-tanya apa?",
Dengan lirih Daud menjawabnya. Supaya tidak terdengar oleh para karyawan di tempat kediaman Lestari.
"Mau buat apa?",
"YouTube",
"Boleh tapi namaku disamarkan ya?", pinta Lestari.
"Iya mbak siap terimakasih", kata Edo.
"Ngobrol di belakang saja", pinta Lestari.
"Memangnya buat apa harus diceritakan ke orang-orang?",
"Namanya juga bikin konten", Daud bantu menjawab.
Meski awalnya sempat ragu dan berberat hati. Lestari akhirnya mau menceritakan kembali kisah pilu yang menimpa dirinya dan juga ayahnya yang sudah tiada. Berikut yang diceritakan oleh Lestari sebenar-benarnya tanpa ditambah-tambahi seperti versi orang-orang yang hanya meneruskan cerita.
Lestari baru berusia lima tahun saat keluarganya pindah ke kampung ini. Ayah Lestari membuka warung sembako untuk usaha. Warung sembako ayah Lestari buka dari pagi sampai malam.
Pada suatu malam saat ayah Lestari mau menutup warung ada seorang laki-laki yang datang. Seorang bapak yang mengenakan baju gamis berwarna hitam dan memakai peci berwarna putih. Orang itu mengaku sebagai pengurus masjid besar yang ada di pinggir jalan raya. Karena ayah Lestari belum pernah lewat sana ayah Lestari percaya saja.
Orang itu lantas memesan beras ketan yang akan digunakan untuk membuat makanan sebanyak 10kg. Kata orang itu mau dibuat untuk acara khataman.
"Besok saya tunggu di masjid sebelum dzuhur", pesan orang itu.
"Insya Allah besok saya antar ke sana", sanggup ayah Lestari.
Keesokan harinya ayah Lestari yang sudah mendapatkan beras ketan sebanyak 10kg hendak mengantar beras pesanan pembeli ke tempat yang sudah dijanjikan. Masjid besar yang berada di pinggir jalan raya. Jamnya sebelum dzuhur.
"Mau kemana?",
"Mau antar beras Lestari mau ikut?",
"Lestari ikut",
Lestari dan ayahnya berboncengan naik sepeda ontel untuk mengantar pesanan pembeli.
"Belum sampai-sampai mana masjidnya?",
Ayah Lestari juga heran dari tadi setelah meninggalkan wilayah perkampungan yang ada di kiri kanan jalan raya hanyalah kebon dan sawah.
"Itu nduk (nak)", kata Ayah Lestari.
Akhirnya mereka menemukan alamat yang mereka cari. Masjid besar di pinggir jalan raya. Mereka pun dengan hati-hati menyeberang meski jalanan sedang sepi.
Sampai di masjid ayah dan anak itu menunggu. Karena enggan datang terlambat dan mengecewakan pelanggan ayah Lestari sampai di masjid itu masih jam sebelas siang. Masih ada setengah jam lebih sebelum masuk waktu dzuhur. Ayah Lestari duduk di anak tangga untuk sejenak memanjakan kaki-kaki setelah lumayan jauh mengayuh sepeda ontel yang dibonceng oleh dua penumpang sekaligus. Lestari dan beras ketan 10kg.
Sambil menunggu Lestari main dulu di halaman masjid yang juga ada pekarangan tanaman bunganya.
Ayah Lestari tiba-tiba bergerak dengan sigap menghampiri anaknya yang sedang bermain dengan bunga. Ayah Lestari memegang putrinya itu sambil menutup mulut anaknya.
"Kita pulang sekarang diam", bisik Ayah Lestari kepada putrinya.
Lestari mematuhi instruksi ayahnya.
"Pegangan yang kuat jangan menoleh ke belakang", pinta ayah Lestari setelah mereka berdua sudah sama-sama di atas sepeda.
Ayah Lestari mengayuh sepeda ontel dengan kecepatan tinggi berharap segera sampai di rumah lagi.
"Kenapa demikian mbak Lestari?", tanya Edo.
Ayah Lestari kembali bertemu dengan orang yang memesan beras ketan 10kg kemarin malam. Seorang bapak yang mengenakan baju gamis berwarna hitam dan memakai peci berwarna putih. Orang itu keluar dari dalam masjid. Tapi ayah Lestari yang melihatnya langsung memilih segera pergi dari sana dan membawa Lestari pulang. Meninggalkan beras ketan 10kg yang belum dibayar.
Karena orang yang keluar dari dalam masjid itu tidak berjalan. Melainkan kakinya tidak menapak dan melayang.
"Jika waktu itu kamu (Lestari) tidak ikut mungkin nyali ayahmu ini akan menciut",
Begitulah kata ayah Lestari yang mengungkapkan bahwa anaknya itu menjadi sumber kekuatan sewaktu ia melihat ada sosok yang melayang menakutkan. Di masjid besar yang ada di pinggir jalan raya. Yang ayah Lestari tidak pernah jumpai lagi keberadaannya sepanjang usia hidupnya.
"Apakah waktu itu kamu menoleh ke belakang?", tanya Daud.
"Ya... aku menoleh ke belakang", jawab Lestari.
"Apa yang kamu lihat?",
"Setan perempuan bergaun hitam",