Malam temaram, cahaya siluet datang menyambar. Detak jantung berlarian ke segala arah. Menimpali ubin yang kaku di tanah.
Di sana, seorang anak kecil berdiri seperti ingin buang air. Tapi saat wajah mendekat, Sesosok hitam berhamburan, melayang-layang menatap seorang wanita berbaju zirah, mengayunkan pedang yang mengkilat. Namun ia menebas kekosongan.
Apakah dimensi yang ia huni adalah dunia lain? nantikan terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asyiah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Moon
Malam semakin mencekam. Lucy dan Stella menatap sekitar. Tak ada lampu di rumah warga.
"Aku jadi tak bisa tidur. " Stella mengelus pundaknya dengan kedua tangan, tampak seperti memeluk diri sendiri.
"Aku pun begitu. " Lucy menimpali.
Kringgg... Kringggg
KRINGGGGGG
Suara lonceng itu membuat gendang telinga bergetar hebat. Efeknya mereka semua mendadak cemas, selalu menutup telinga dan kepanikan yang luar biasa itu hadir.
"Aaaaahh!!! "
"Aaaaahh!!! "
Suara mereka bersahutan.
Kick sudah terjatuh berguling di tanah. Tabib Zhu memekik hebat. Biksu Chou tetap tenang meski gendang telinganya rasanya ingin pecah.
WUSSSHHHH
Gema lonceng berhasil di redam. Mereka berada di dalam kekuatan mantra milik Tabib Zhu.
PRANKKKK
"Aku tidak kuat lagi!!! " Seru Tabib Zhu.
Mereka berhamburan berlarian. Lalu saat mereka berpencar yang tak sengaja karena suara lonceng semakin dekat, bayangan hitam itu mengejar mereka.
ARGHHHHHHH
HARGHHHHHHH
Mereka semua berlari. Telinga masih berusaha ditutupi dengan tangan.
"Kita pergi ke hutan tempat kita kemarin!!! " Perintah Tabib Zhu.
Semua orang mengikuti. Mereka baru saja berlari, namun monster lainnya menghadang. Monster yang seperti kadal raksasa dengan punggung yang mengeluarkan bau amis. Darah keluar dari mulutnya.
HARGHHHHHHH
"Ayo lari!!!! "
Mereka semua berlari menuju hutan. Semakin jauh mereka berlari monster yang sudah tak terhitung jumlah nya itu semakin kencang berlari. Langkah mereka seakan melebar.
"KEPARAT!!!! "Umpat Kick.
SRINGGGGGG
Pedangnya berhasil menumbangkan satu monster yang seukuran dirinya.
Alih-alih monster itu mati, sebaliknya , monster itu tumbuh kembali dan membelah diri menjadi 3 bagian.
" Aaaahhhh!!! " Kick menyusul rombongannya yang sudah cukup jauh darinya.
Monster yang berbentuk seperti kadal lainnya memburu mereka.
Satu persatu dari mereka hanya mengandalkan kerlip bintang. Hingga akhirnya salah satu dari mereka terjatuh.
BUKKKKK
"Awwww! " Stella terjatuh.
Sementara yang lainnya sudah memasuki sebuah celah tumbangnya pohon raksasa yang melintang di jalan. Bagian lapuknya itu tempat mereka bersembunyi.
WUSSSSHHHH
Seperti angin, Tabib Zhu menangkap Stella. Perlahan membawanya ke dalam celah kayu lapuk.
"A-aku .... "
Saat Stella hendak berbicara, Lucy menutup mulutnya.
"Suuuutttt." Kata-kata itu cukup membungkamnya.
RGHHHHH
Seekor monster menelisik ke setiap pohon. Mencari keberadaan mereka.
Sementara mereka berlima sudah menahan nafas, seperti sedang berenang sejauh 200 meter.
RGHHHHH
Dengusan monster itu sampai kepada mereka semua. Bak angin kencang yang meniup mereka, bau amis darah bercampur dengan bau dedaunan dan kayu yang telah kering dan pengar.
BUMMMM... BUMMM... BUUMMMM
Langkah kakinya menjauh. Meninggalkan tempat mereka berada. Pada saat yang telah ditentukan, mereka menghembuskan nafas.
HAAAAAA!!
"Lega! " Ucap Lucy.
...****************...
Mereka mendapati sebuah cahaya berpendar, tampak seperti bintang karena berkerlap-kerlip.
Letaknya lumayan jauh. Mereka menuju ke bukit yang terhampar hutan yang teramat panjang.
"Tunggu dulu! " Stella mencegah mereka.
"Ada apa? " Tanya Kick.
"Semalam aku mendengar dan melihat menggunakan mata batin ku, ada sosok monster yang berada di dunia lain. Lalu dia ke sini. Apa dia menjebol portal?? "
"Bisa jadi, mungkin dia mengikuti seseorang hingga sampailah ke sini. " Biksu Chou berbicara.
"Jadi, apakah kita akan ke sana?? " Tanya Stella.
"Bagaimanapun bahayanya, harus kita lawan. Nyawa memang penting, tetapi lebih penting lagi kita keluar dari sini, sebelum menjadi makanan para monster! " Lucy mengingatkan.
"Jadi ayo kita pergi! " Kick berjalan sudah lebih dahulu.
Mereka berjalan dengan diiringi oleh doa dan mantra. Berusaha tenang meskipun jiwa sudah panik. menerka apakah di depan mereka terdapat lubang, atau kah kumpulan telur ular.
Di tengah kemelut, datanglah kunang-kunang yang mereka jumpai sebelumnya. Mengitari mereka dan salah satunya bersandar di pundak Stella.
"Hey, kau kunang-kunang kemarin ya. Kau lucu sekali! " Stella mengelus punggung kunang-kunang.
Sementara Lucy tampak sedang tenang, berusaha berbicara dengan serangga pembawa lampu alami.
"Kunang-kunang ingin menuntun kita menuju bukit. Mereka tau tempat yang aman untuk melewatinya. Karena jika kita salah berjalan, yang ada kita malah akan jadi hidangan untuk monster! " Lucy bergidik ngeri.
Kunang-kunang pun menuntun mereka. sekawanannya berbaris dengan tertib sehingga membentuk barisan yang sempurna.
Terlihat seperti cahaya yang memanjang menuntut lima nyawa.
"Mereka sungguh indah! " Ucap Kick.
"Teruslah berjalan. Sekarang ini tidak perlu pujian. Kita harus bergerak cepat!
Lagi pula, kunang-kunang secara sukarela mengantarkan kita, mereka membalas budi karena kita yang telah menolong mereka saat di goa. " Lucy sedikit berbisik. Tak ingin suaranya yang justru menimbulkan masalah.
"Aha! aku ingat. Saat kau melemparkan jubahku dan mengurung cahaya mereka kan? " Tanya Kick.
"Yaaa, begitulah. " Lucy memutar bola matanya. Tampak sedikit malas menjawab.
Mereka melanjutkan perjalanan, hingga tiba-tiba, suara dari semak datang.
SRKKK... SRKKKK....
Mereka terdiam beberapa saat. Lalu seekor kucing jantan berwarna putih dengan telinga dan hidung berwarna sedikit hitam.
Meowww
Kucing itu menabrak Stella. Stella yang terkesiap memeluk kucing agar tidak terjatuh.
Meowwww
Kucing itu menjilati kaki depannya. Stella tampak gemas, meski sebelumnya juga terkaget.
"Wow, ternyata kucing yang comel! " Lucy mengelus dagunya.
"Dia menyukaimu. Bawa sajalah! " Pinta Kick.
"Baiklah. Asalkan kamu menurut. Oke? " Stella mendekap kucing itu lagi.
Meowwww
Mereka melanjutkan perjalanan yang masih teramat panjang. Sedikit berlari, walaupun mereka belum makan sejak bertarung di dalam istana.
Mereka didera dengan rasa lapar dan haus dahaga. Tanpa mereka sadari, mereka baru saja tiba di dekat sungai.
"Heh, ini ada sungai. "Kick mendekati sungai.
" Haaaahh!! " Kick meminum sedikit air dengan telapak tangannya.
"Rasanya sedikit manis! " Ucap Kick.
Mereka semua akhirnya minum dengan pelan. Tak ingin keberadaannya diketahui pada monster.
Lalu disamping sungai yang arus nya terbilang kecil, terdapat anggur liar yang merambat. Anggur yang berwarna hijau. Hampir mirip dengan buah Zaitun, yang membedakan hanya pohonnya saja.
"Ada anggur liar! " Lucy memetik satu. Mencuci anggur dan memperlihatkan pada cahaya kunang-kunang.
"Nyam... Nyam. " Lucy menggigit dan mengunyah perlahan.
"Rasanya manis namun sedikit asam. Nampaknya belum siap untuk dipanen! " Ucapnya lagi.
Stella mengambil buah anggur dan memakannya. Terbilang banyak, mereka mengambil anggur-anggur itu dan memasukkannya ke dalam tas jerami.
Kick memasukkan anggur ke dalam saku bajunya. Baju Samfoo yang dirancang untuk bepergian, terdapat kantung berukuran kecil di bagian dada kiri, hampir tidak terlihat.
Stella memberi minum kucingnya. Membiarkan kucing berdiri di samping pinggiran sungai. Dia menjilat dengan pelan, mengikuti gerakan mereka.
"Kucing yang pintar. Jangan mengeong jika tidak ku suruh! " Kata-kata itu bagaikan perintah. Kucing hanya menatap sebentar dan melanjutkan minum dengan santai.
"Bagaimana kalau ku namai kau Moon? "
Meowwww
"Ku anggap kau setuju! " Stella menggendong kembali kucingnya.
Mereka kembali berjalan namun tampak lebih cepat, seakan berlari.
Lalu mereka melewati kuburan. Kuburan yang tidak pernah mereka ketahui. Hanya ada batu berukuran sebesar kepala orang dewasa.
"Aku sedikit menggigil! " Ucap Kick.
"Ayo, lebih cepat! " Lucy menyentak pundak Kick.
Sementara Moon, kucing yang dipangku Stella tampak sangat santai menatap semua orang yang sudah panik bukan kepalang. Rasa mengantuk menjalar di kelopak mata, semenit kemudian, dia tertidur nyenyak. Sungguh kucing yang kerjaannya tidur saja!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...