Arabella seorang gadis yatim-piatu yang tinggal bersama bibi nya yang jahat dan serakah.
Ara di jual oleh bibi nya kepada bos Mafia yang terkenal sangat kejam dan juga sadis.
bagai manakan nasip ara selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
sapaan dari para penjaga membuat Ara bingung, hingga akhirnya ia menanyakan perihal tersebut kepada bik surti dan para pelayan lainnya, namun bik surti dan para pelayan juga terlihat bingung, sepertinya mereka pun tidak tahu perihal itu.
" bibik tidak tahu, non,tapi kalau memang para penjaga memanggil nona seperti itu, bukankah itu hal yang bagus ya? itu artinya mereka sudah menghormati non sebagai istri tuan"
" jika semua itu benar, kami semua ikut senang" ucap para pelayan.
Ara menelan ludahnya dengan kasar, rasanya ingin ia bertanya lebih jauh pada bik surti, kenapa ia bisa tidur di kamar suaminya? dan siapa yang membawanya ke sana? tapi ia urungkan, sebaiknya ia tanyakan langsung saja nanti pada suaminya saat suaminya sudah bangun.
***
Albert terbangun dari tidurnya saat mentari pagi menerpa wajahnya, cahaya itu yang membuat matanya merasa silau, ia bersandar di ranjang lalu ia menatap seisi kamarnya.
" dimana dia" gumamnya lirih saat tak mendapati keberadaan sang istri di kamarnya.
Lalu ia meraih ponselnya yang ada di atas nakas, lalu ia membuat panggilan pada jhon.
"dimana kalian? "tanya Albert saat sambungan telfon sudah di angkat jhon.
" kami ada di markas dia tuan, semua barang dan persenjataan kita sudah kami amankan"
" bagus, kau memang selalu bisa di andalkan"
" terimakasih tuan, sebaiknya tuan nyalakan televisi sekarang"
" memang nya ada berita apa di televisi? "
" anda bisa langsung melihatnya tuan"
Albert langsung mengakhiri panggilannya, ia sangat penasaran dan langsung menyalakan televisi yang ada di kamarnya.
" Breaking news" ucapnya sambil membaca tulisan yang ada di layar kaca televisi, matanya pun langsung terbelalak dengan susah payah ia menelan salivanya, ketika mendapati wajah Hans terpampang jelas di layar televisi.
"" saya tidak tahu, saya hanya tahu kalau bangunan usaha saya ini hangus terbakar"ucap Hans saat di wawancarai oleh salah satu wartawan di depan salah satu usaha miliknya yang sudah hangus.
" apa bapak yakin tidak tahu tentang hal ini? kami mendapatkan informasi dari salah satu pengunjung, jika semalam terjadi penyerangan dari sekelompok pria bersenjata"
" saya tidak tau akan hal itu, saya hanya menyerahkan penyidikan ini kepada petugas kepolisian, jika benar tempat usaha saya ini sudah di serang oleh kawanan bersenjata, saya harap polisi dapat mengusut tuntas kasus ini, karena saya juga merasa jika saya tidak pernah punya musuh"
Sebuah senyum tipis terbit di bibir Albert, ia merasa senang saat Hans tidak menyebut tentangnya dan lebih menutupi kejadian yang sebenarnya.
"seperti yang Anda lihat di layar kaca anda perkiraan, jika saat ini kami tengah berada di sebuah bar milik dari seorang pengusaha yang selama ini kita kenal dengan sebutan tuan Hans, dan bisa Anda lihat di layar kaca jika petugas polisi maupun tim dari forensik sedang melakukan penyelidikan di TKP, saya kembali ke studio "
"syukurlah, pria itu tidak menyebut nama ku" gumamnya dalam hati.
Namun berita semakin panas kala ada pihak polisian memberi keterangan kalau mereka telah menemukan bercak darah, beberapa anak peluru, serta pecahan kaca mobil yang cukup banyak di dekat dia mobil yang sudah terbakar, di tambah juga oleh beberapa saksi dari beberapa pengunjung bar.
Hal itu membuat Albert kesal, Ia segera mematikan televisi nya ketika mendengar ketukan pintu kamarnya.
"permisi tuan, apa Anda sudah bangun? " tanya Ara sembari membuka pintu kamar dengan pelan.
Ara tersenyum saat suaminya itu sudah bangun, Ia segera melangkah masuk.
Albert terpaku menatap senyum ramah dari sang istri yang datang membawakan sarapan untuknya.
"" silahkan sarapan dulu tuan " ucap Ara setelah meletakan sarapan di atas nakas, setelah itu ia melangkahkan kakinya hendak pergi.
"kau mau kemana? "
"aku akan kembali ke bawah, membantu yang lainnya mengerjakan pekerjaan di mansion"
" mulai sekarang kau tidak usah melakukan hal itu lagi" ucap Albert yang langsung membawa sarapannya menuju sofa dan duduk di sana.
" duduklah di sini dan temani aku" ucap Albert lagi sembari menepuk-nepuk sofa yang ada di sampingnya.
Ara membeku , ia merasa terkejut dengan perintah suaminya yang memintanya untuk menemani sarapan, apa lagi di minta untuk duduk di sampingnya.
"" kenapa kau hanya diam diri seperti itu? kemari dan duduk lah di sini " ucap Albert lagi yang melihat sang istri hanya terdiam saja.
Ara pun menggulingkan , lalu duduk di sebelah Albert.
" katakan pada ku, apa yang kau masak hari ini? " tanya Albert sembari memperhatikan makanan berkuah yang ada di hadapannya.
" itu soto ayam tuan, silahkan di cicipi "
Jantung Ara berdetak lebih cepat saat Albert mulai memasukkan soto ayam yang ia buat kedalam mulutnya, tidak ada ekpresi apa-apa dari suaminya membuat perasaannya tak karuan, takut kalau sang suami tak menyukai masakannya.
" apa kau sudah sarapan? " tanya Albert yang lalu menatap sang istri.
Ara pun menggalang.
" aku akan sarapan nanti tuan, tuan habiskan saja sarapannya, agar tuan kuat menjalani rutinitas hari ini "
" bisa bisanya dia bicara seperti ini sedangkan dirinya saja belum sarapan" gumam Albert dari dalam hati.
Albert mengambil sesendok soto kemudian meminta sang istri untuk membuka mulutnya.
" buka mulutmu"
Ara menggalang sambil menutup rapat mulutnya dengan rapat, hal igu membuat Albert berdecak kesal.
" buka mulut mu dan jangan membantah ku"
Ara pun pasrah, ia membuka mulutnya dengan wajah takutnya.
" kenapa wajahmu seperti ketakutan seperti itu? aku hanya menyuapimu"ucap Albert sembari menyuapi Ara dengan soto ayam.
" kau juga harus sarapan, karena kau juga membutuhkan tenaga, bukan? "
" ya tuan" jawab Ara dengan suara yang bergetar, bukan karena takut, tapi karena rasa hari yang tiba-tiba saja memenuhi rongga dadanya.
Untuk pertama kalinya suaminya itu menyuapinya seperti ini, baginya ini adalah hal yang sangat mengharukan hingga matanya pun berembun dengan sendirinya, namun ia berusaha agar air matanya tak jatuh.
" hem, maaf tuan apa aku boleh bertanya sesuatu? " tanya Ara dengan ragu-ragu.
" silahkan, tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan"
" emm" sebenarnya Ara ingin menanyakan perihal semalam, namun ia ragu saat melihat wajah dingin sang suami.
" apa yang ingin kau tanyakan? " tanya Albert yang melihat raut wajah keraguan.
"semalam siap yang membawaku ke kamar ini tuan? seingat ku, aku tidur di ruang tamu"
" oh itu, memangnya kau pikir siapa lagi kalau bukan penjaga yang ada di mansion ini "
Uhuk..
Uhuk..
Ara terbatuk saat mendengar hal itu, ia lalu bergegas meraih segelas air yang ada di depan suaminya dan langsung menegurnya.
"berani-beraninya kau meminum air itu, di saat Aku belum meminumnya" ujar Albert.
.
.
.