Soraya Kusuma, Gadis Yang Akrab Di Sapa Raya Anak Dari Wijaya Kusuma Dan Naraya Sekar Sari, sejak Ia Lahir Hidupnya Sudah Penuh pantangan. Ada Beberapa Pantangan Yang Tidak Boleh Di Lakukan Oleh Raya Yaitu Pergi Ke Air Terjun.
Larangan Itu Sudah Di Beritahukan Oleh Ibunya Raya. Saat Usianya Genap Sepuluh Tahun.
Namun Saat Raya Menginjak Usia Sembilan Belas Tahun Ia Diam-Diam Pergi Ke Sebuah Curug Bersama Kedua Teman Nya. Karena Mereka Membangun Sebuah Komunitas Untuk Di Unggah Di Sosial Media Nya. Hanya Untuk Memecahkan Sebuah Misteri Yang Sudah Di percaya Oleh Ibunya.
"Yang Sudah Di Takdirkaan Akan terus Membersamai" Ujar Arya Narendra
Sosok Laki-Laki Tampan Yang Membuat Mata Raya Terazimat Saat Pertama Kali Melihat Nya.
( Sambungan Kisah dari Cinta beda Alam )
" Happy Reading "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Wajah dan pundak Pa Hari Merah Seperti Luka bakar, Bu Tantri Setiap Hari Membasuh Luka Pak Hari Dengan Bunga Tujuh Rupa.
"Kapan Sinta Akan Pulih De Ajeng,,, Kak Mas Sudah tidak kuat Lagi." Pak Hari, Merintih Saat luka Nya Nampak Mengelupas. Dan Mengulurkan Bau Tidak Sedap.
Bahkan Seluruh Para Pembantu, dan Juga yang Biasa Mengurus Keperluan Pak Hari, Lebih Memilih pulang Kampung.
"Tobat Kak Mas... Kita Minta Ampun Sama Gusti Allah." Bu Tantri Juga Merintih, Tidak Tega Melihat keadaaan sang Suami.
"Halah.... omong Kosong!" Pak Hari Malah tidak Terima Dan Malah Membentak Bu Tantri.
"Sudah menjadi Keturunan Kita De Ajeng, Apa Kau Tidak Tahu kalau Dulu kau Adalah Wanita Miskin, Jika aku tidak Menikah mu mungkin sekarang kau Akan Tetap Miskin De Ajeng!" Pak Hari Malah Membentak Bu Tantri.
Bu Tantri terdiam, Menunduk Pilu, karena Memang Selama Hidup Dengan Pak Hari Beliau Memang Tidak pernah Main perempuan Hanya Saja Pak Hari Masih Terus Bersekutu Dengan Bangsal Setan.
"Karena pesugihan Turun temurun ini Kita Jadi kaya Raya De Ajeng... kau bisa Membeli Barang Berharga, barang impian Mu, dan Kau Bisa Bersanding Dengan ibu-ibu yang Sepada Dengan Derajat Kita, coba Kau Fikir Apa Kau mau Hidup Miskin Kembali?" pak Hari Meninggikan nada bicara nya. Nampak nya Sama Sekali Tidak mau Bertaubat.
"Tapi kak Mas, Hidup Kita Sudah Banyak Berlumuran Dosa," Bu Tantri Menangis Di Dalam ruangan Yang Hanya Bisa Di Dengar Oleh Mereka Berdua.
"Daripada Kau Ceramah Di sini, Lebih Baik Kau pergi Saja De Ajeng...." Pak Hari Nampak Murka, Membanting Fas Bunga Mahal yang Berada Di Dekatnya.
Bu Tantri Langsung Keluar Dari Kamar Sang Suami, Memang Sudah Satu Minggu ini Mereka Berdua pisah ranjang. karena penyakit Pak Hari Yang Begitu parah. dan Pak Hari Memilih tidur sendiri.
Bu Tantri Menutup pintu Kamar Pak Hari perlahan, Dan ia kembali Berjalan Ke ruangan Tengah. Bu Tantri Mengusap Sisa Air Mata nya. Di usianya yang terbilang Sudah tidak Muda Lagi Tentu saja Bu Tantri Menginginkan kehidupan yang Normal Seperti wanita Sebaya nya, Namun Apalah daya. Semua itu Hanya Menjadi Angan-Angan nya Saja.
Di Dalam Kamar Bu Tantri Membuka Lemari Kayu Jati Dan Menggeluarkan Kotak Berukuran Sedang yang Di Dalamnya terdapat Album Foto Keluarga.
"ibu Rindu Nak' Tapi ibu Juga Menginginkan perubahan...." Air Mata Bu Tantri Jatuh Ke Pipi, Rasa Rindu nya pada Sinta teramat Dalam.
Jemari Bu Tantri Mengelus Album Foto Yang Di penuhi Foto-Foto Sinta. Dari Awal Lahir Hinga Sekarang.
"Ampuni Aku Ya Allah...." Bu Tantri Menangis Sesenggukan Di Kamarnya. rasanya ingin Menjadi Ibu dan istri Yang Lebih Baik Lagi. Dan Selalu taat Kepada Sang pencipta.
"kak Mas, Ku pastikan Kita Akan Hijrah Bersama.... Agar Saat Kita Kembali Nanti Dalam Keadaan Sebaik-Baiknya." Bu Tantri Sudah Sangat yakin jika Masih ada waktu untuk Bertaubat, selama Nafas Masih di tenggorokan.
Dan hari ini bu Tantri Akan Mengunjungi pengajian Kebetulan ustadz yang Ceramah Dari Luar Kota.
"Bismillah Ya Allah....." Bu Tantri Masuk Kedalam Mobil, Hanya Ada Satu Sopir yang Masih Setia Bekerja, Dan Tiga pembantu Rumah Tangga.
"Saya Mulai Jalan Yah Bu...."
"ia... Tedi"
Mobil Keluar Dari perkomplekan Rumah Megah, Bahkan Keluarga Jaya Ningrat Sangat Di Segani oleh Banyak orang. Dan Soal Sakit yang Sedang Di Derita Pak Hari Sangat dirahasiakan, Bahkan Art Dan Sopir Yang Mengundurkan Diri Saja Di Minta Merahasiakan Semua Kejadian yang Menimpa Keluarga jaya Ningrat.
Tidak Berselang Lama Mobil Mewah itu Berhenti Di Parkiran Gedung Hotel, karena Pengajian di Laksanakan Di Sana.
"Kamu tunggu yah Jangan Kemana-Mana," Ucap Bu Tantri pada Tedi.
"Baik, Siap Bu...."
Bu Tantri memasuki Ruangan yang sudah di penuhi banyak orang, Ada Salah Satu rombongan Arisan nya yang Melambai pada Tantri. "Tan... sini.." ucap nya Sambil Melambai.
Bu Tantri Mendekat Melewati Beberapa Jamaah pengajian, "Kamu Dari Tadi?"
"Ia Kebetulan Tadi Sekalian Satu Mobil Sama Anak-Anak Dan Cucu." Bu Fida Nampak Tersenyum Getir.
Ada Sesak Sedikit Di Hati Bu Tantri Saat Mendengar Kalimat Cucu Dan anak, Karena Sampai Sekarang Beliau Belum Mempunyai Cucu.
Pengajian Di Mulai, yang Bertausiah Kebetulan Adalah Ustadz Danu, Karena Kebetulan Selepas Sowan ke Gurunya ustadz Danu Langsung Mendapatkan undangan Di sini.
tema pengajian Nya Juga tentang Sesuatu Yang Menyangkut Dengan Menyekutukan Allah, Bu Tantri Menunduk Hatinya Berdebar-Debar, Saat Ucapan Ustadz Danu Langsung Menusuk Hati nya.
"Bertaubat lah... Selagi Nafas Masih Di Tenggorokan." Ucap Ustadz Danu, Melihat Para Jamaah Nya.
Para Jamaah Ada Yang Menangis Dan Ada Juga Yang Melamun Haru.
Saat Acara Selesai Bu Tantri Keluar Mendahului Para Jamaah, Tangisan nya Langsung Pecah Di Luar Koridor, Nafasnya Tersengal-Sengal Mengingat Ketika persekutuan Dengan Setan.
"Ampuni Aku Ya Allah, Ampuni Aku." Bu Tantri terduduk Di Lantai.
Namun Saat Bu Tantri Sedang Menangis Suara Langkah Kaki Mendekati, Ke Arah Bu Tantri. "ibu Kenapa Bu?" ustadz Danu Menghampiri Bu Tantri Yang Sedang Duduk Di Lantai Sambil Menangis tersedu.
Bu Tantri Menoleh Ke Belakang, Matanya Sembab, Bu Tantri Langsung Beranjak Dan Mengusap Sisa Air Mata nya. "Eh-Maaf Ustadz."
"ibu Kenapa?" ustadz Danu bertanya Pada Bu Tantri.
"Tidak papa Ustadz, Saya Permisi Dulu." bu Tantri Berjalan Meninggalkan Ustadz Danu yang Masih Mematung.
"Sepertinya Ada Yang Tidak Beres." Batin Ustadz Danu Melihat Bu Tantri pergi tergesa-gesa.
.
.
Di Dalam Tenang Anjani Menerawang Jauh, Ada Seorang Wanita Muda Menyesali Nasib Hidup nya. ia Juga Nampak nya Sama jiwa yang Tersesat Seperti Bu Nara, Berbeda Dengan Bu Nara Dan Raya Yang Tersesat Karena kaitan Masa Lampau, Namun Sinta Tersesat Karena Orang tuanya Melakukan ritual Sesat, Roh nya Sengaja Tertawaan. Di Tambah Karena ia Melakukan tindakan Bunuh Diri Dalam Keadaan Hamil.
"Huh...huh...huh...." Anjani Membuka Mata nya, Nafasnya Tersengal Seperti orang Yang Habis Maraton.
Tentu Saja Semua Yang Ada Di Dalam ruang tamu Penasaran Dengan Apa Yang Sedang Terjadi pada Anjani.
"Apa Yang terjadi Neng?" Bibi Puspita Nampak Sangat Penasaran.
"Bi, Saya Melihat Nya. ada Di Dalam istana Yang Sama, Bu Nara Memang Sengaja Datang Bi... untuk Menjemput Raya Yang Tersesat, Dan itu Atas Kemauan jiwa Bu Nara Sendiri." Anjani Menjelaskan Sambil Menarik Nafas Dalam.
"Hah... Lalu Apakah Bude tidak Bisa Kembali Mba?" Ucap Desta turut penasaran.
"Bisa Saja, dan itu Atas Kemauan Beliau Sendiri, Karena yang Saya Lihat Disana Raya Juga Dalam Keadaan pingsan." Jelas Anjani Apa Adanya.
Namun Tentang Sinta ia Belum Menceritakan pada Mereka Semua.
