NovelToon NovelToon
Paman, Ayo Kita Menikah

Paman, Ayo Kita Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: shafrilla

Bisakah kalian bayangkan, gadis 17 tahun yang baru masuk universitas di paksa untuk menjual tubuhnya kepada pria hidung belang? ya, Siera tidak akan pernah mau melakukan itu. melawan paman dan bibinya yang berbuat jahat padanya. bertemu seorang pria dan langsung mengajaknya menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sierra leones

Di pagi yang terlihat cerah, seorang gadis melangkah memasuki universitas tempat dia kuliah.

"Hallo cantik." sapa seorang pemuda kepada gadis yang menjadi primadona di kampus tersebut.

Baru beberapa bulan masuk ke universitas tersebut, gadis yang bernama Sierra Leones sudah menjadi incaran begitu banyak pemuda berpengaruh di universitas tersebut.

Sierra leones, seorang gadis muda berusia 17 tahun. Yatim piatu dan tinggal bersama paman dan bibinya, hidup mandiri dan mendapatkan beasiswa untuk kuliahnya. Pintar, cerdik dan sangat licik.

"Maaf ya tampan, aku tidak punya waktu untuk bermain kejar-kejaran sama kamu. Aku mau masuk ke kelasku dan jangan lupa, cepat pergi karena kamu menutup jalan." jawab Sierra yang kemudian mendorong tubuh si pria.

"Sombong sekali Sierra menolak Angelo, dia mau mencari masalah dengan kita semuanya?" salah satu gadis cantik yang ada di kampus nampak sangat kesal ketika dia melihat dengan begitu sombongnya Sierra menolak pemuda bernama Angelo.

"Dengarkan aku Sierra, jika kamu terlalu sombong akibatnya sangat tidak baik." kata Angelo dengan nada mengancam.

Sierra yang sedari kecil hidup sendiri dan berusaha untuk mempertahankan dirinya sendiri, tentu saja dia tidak akan takut dengan ancaman seperti itu.

"Ancamanmu itu basi sekali Tuan Angelo," Sierra kemudian berbalik berjalan mendekati Angelo, menatap pemuda yang ada di depannya. "Wajahmu tampan tubuhmu menggairahkan, tapi entah mengapa aku tidak tertarik padamu." lanjutnya. setelah itu Sierra pergi ke kelasnya meninggalkan Angelo.

*Kelas karya seni*

"Apakah semua sudah masuk?" tanya dosen.

"Sudah pak." jawab para mahasiswa.

"Sierra." panggil Emilia. Teman sekelas Sierra dan sekaligus senior Sierra di SMA. Umurnya beda dua tahun dari Sierra.

"Ada apa?" tanya Sierra yang kemudian menarik kursinya mendekati meja Emilia.

"Sierra bagaimana kalau nanti malam kita jalan-jalan?" tanya Emilia.

"Tidak bisa, nanti malam aku harus kerja, kamu tahu kan Aku butuh uang untuk hidup sehari-hari." jawab Sierra.

"Memangnya paman dan bibimu tidak memberimu uang lagi?" tanya Emilia.

"Mereka berdua itu orang jahat, orang brengsek yang tidak tahu diri, mereka menghabiskan seluruh uang yang diberikan oleh almarhum kedua orang tuaku. Sekarang aku harus hidup mengandalkan gaji dari pekerjaanku." jawab Sierra.

"Malang sekali sih hidupmu itu, baru 17 tahun sudah harus merasakan getirnya kehidupan ini." ucap Emilia.

Ketika mereka berdua asyik mengobrol kan kehidupan sehari-hari, dosen killer yang sedang memberi pelajaran itu menatap Sierra dan Emilia.

"Kalau tidak ingin berada di kelas seni yang aku ajari, lebih baik kalian keluar!" seru dosen killer.

Sierra dan Emilia masih asik dengan pembicaraan mereka, tanpa mereka sadari si dosen killer sudah memperhatikan mereka dari tadi.

Wuss..

Wuss..

Ctak..

Penghapus papan sudah melayang mengenai dahi Sierra dan lengan Emilia.

"Aduh, ini dosen killer kurang ajar banget sih pakai melemparkan penghapus lagi." Sierra nampak mengusap dahinya.

"Kalau kalian tidak mau berada di sini lebih baik kalian tinggalkan mata pelajaran ku sekarang juga!" seru si dosen killer.

"Ya bukan seperti itu pak, tadi kan cuma..," perkataan Sierra terhenti.

"Cuma apa?" tanya dosen killer.

"Kan cuma menjawab pertanyaannya saja, lagian bapak ini tampan-tampan kok kejam banget sih. sebenarnya orang tampan itu dilarang berbuat jahat nanti tampangnya hilang tertiup oleh embun pagi." ucap Sierra sembari mencibirkan bibirnya.

Teman-teman Sierra yang berada di dalam kelas nampak tersenyum, mereka menundukkan kepalanya karena takut dengan dosen killer yang bernama Christopher.

"Ini anak benar-benar tidak takut sama sekali, sudah dimarahin malah dia merayu si dosen killer." gumam Emilia dalam hati.

"Dia ini sok-sokan banget, Aku mau tahu bagaimana jika pak Christopher menghukumnya. Aku juga mau tahu kalau dia diseret keluar dari ruangan ini." ucap salah satu mahasiswi yang nampak dari pertama kali Sierra masuk ke kelas kesenian dia memang tidak suka dengannya.

"Ya ampun pak, gitu aja kok marah sih pakai melemparkan penghapus pula. Bapak kira dahi saya ini papan tulis apa." celetuk Sierra yang membuat Christopher hanya mampu menghela nafasnya sedikit dalam.

Pertama kali Sierra masuk di kelasnya dia selalu mengambil perhatian banyak mahasiswa, kata-katanya yang selalu blak-blakan terkesan Dia tidak punya rasa bersalah sama sekali.

"Di mana tugas yang aku berikan kemarin?" tanya Cristopher.

"Waduh, aku belum mengerjakan tugas itu." Amanda terlihat kebingungan.

Christopher, dosen lajang berusia 27 tahun. Dia adalah dosen favorit para mahasiswi di universitas Madilton.

Amanda, wanita muda berusia 21 tahun, Putri dari pengusaha kaya yang sangat berpengaruh.

"Mana tugas yang aku berikan padamu kemari, Sierra? jangan-jangan kamu tidak mengerjakannya?" Christopher kemudian menadahkan tangannya meminta tugas yang dia berikan kemarin.

Sierra nampak tertawa kecil, dia kemudian membuka tasnya dan memberikan tugas kepada Christopher.

"Dasar kurang ajar, Aku kira dia tidak membuat pekerjaan itu." gerutu Amanda.

"Sekarang di mana tugasmu, Emilia?" tanya Christopher.

Emilia nampak tertawa kecil, setelah itu dia menatap Sierra. "Eh maaf, lupa pak." jawab Emilia.

“Pak Christopher, coba lihat deh hasil tugasnya Sierra ini. Aku curiga dia bohong sama Bapak,” kata Amanda sambil menyindir, nada suaranya penuh provokasi.

Christopher mengangkat buku gambar besar yang ada di hadapannya. Perlahan ia membuka halaman demi halaman, matanya melebar tak percaya saat melihat isi tugas itu.

“Ini...” katanya, tapi terhenti, matanya terpaku pada gambar-gambar yang tertata rapi.

Amanda segera menyela, “Lihat kan? Dia pasti bohong! Aku yakin banget Sierra enggak ngerjain ini. Dia cuma pura-pura ngasih buku ini biar kita semua enggak marah.”

Namun, Christopher diam. Dia hanya menghela napas panjang, wajahnya menunjukkan kebingungan yang aneh. “Sudah, sudah... dia memang kerjain tugasnya,” ucapnya pelan sambil meletakkan buku itu di atas meja.

Amanda menatapnya dengan ekspresi kesal, tangannya mengepal erat. “Kenapa, Pak Christopher? Kok Bapak kayak percaya aja? Aku yakin, dia belum ngerjain tugas itu.”

Christopher menatap Amanda dalam-dalam sejenak sebelum berkata, “Kadang, hasil yang kita anggap biasa, justru adalah hasil kerja keras yang tersembunyi.” Ia tersenyum tipis, mencoba menenangkan suasana.

Amanda masih ragu, tapi sedikit terdiam, menyadari bahwa penilaian dari Pak Christopher mungkin bukan sekadar soal penampilan tugas semata.

Melihat itu Sierra nampak tersenyum, Dia sangat betul walaupun dosen yang mengajar di kelasnya itu memiliki panggilan dosen killer, tapi setiap pria pasti memiliki sisi lembut dan sedikit malu-malu. Lukisan gambar yang diberikan oleh Sierra adalah gambar Christopher ketika berada di kelas, pria yang memakai kacamata itu memang sangat tampan dan memiliki tinggi badan 190 cm.

"Ya nggak mungkin lah pak Christopher akan menunjukkan lukisanku, Kalau dia sampai melakukannya aku jamin dia pasti akan luluh dan jatuh hati padaku." gumam Sierra dalam hati yang nampak tersenyum sendiri.

"Memangnya apa sih gambar tugas yang kamu serahkan?" tanya Emilia.

"Rahasia dong." jawab Sierra.

"Kok pakai rahasia-rahasiaan segala sih, cepat katakan apa gambar yang kamu serahkan itu?" Amelia terus memaksa.

Mendengar ocehan Emilia yang tiada henti akhirnya Sierra membisikkan beberapa kalimat di telinga Emilia. mendengar itu Emilia langsung terngangah tidak percaya. "Sumpah?" tanya Emilia. Sierra menganggukkan kepalanya.

"Pria setampan pak Christopher kalau dibiarkan saja itu rasanya sangat disayangkan, jadinya aku menyematkan kata cinta dibalik lukisanku." bisik Sierra. Emilia benar-benar tidak bisa berpikir temannya itu benar-benar playgirl tingkat kakap.

"Kamu benar-benar...," perkataan Emilia terhenti.

*bersambung*

1
Zheyra
lanjut
Herlina Susanty
lanjut thor smgt 😍💪
Zheyra
Xavier jual mahal banget
Zheyra
lanjut
shafrilla
terima kasih kak.
Rahma Inayah
mampir Thor moga bgus ceritanya lnjutkn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!