Rabella membenci Alvaro, adik angkatnya!
Semua orang tau itu, tapi apa jadinya kalau Rabella malah jadi istri kedua Alvaro karena kecerobohannya sendiri? Setelahnya, Rabella harus menanggung nasib paling buruk yang tak pernah dia impikan!
Apa yang terjadi sebenarnya?
Yuk simak cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alnayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak Harus Bertanggung jawab
Bruk…
Badan Rabella dilempar Alvaro begitu saja di atas ranjang, wanita itu meringis kesakitan.
Matanya kembali menatap penuh kekesalan pada Alvaro.
“Sialan, lo! Minggir, gue mau keluar. Urusan gue di sini sudah selesai, kalau lo mau nge-seks, cari aja pelayan lain di rumah ini.” Rabella jelas tak mau dijadikan pelampiasan hasrat adik angkatnya ini, maka dari itu dia langsung beranjak dari ranjang, saat tubuhnya sudah bebas, tak dipeluk erat lagi oleh Alvaro.
“He.. Kurang ajar, lo… aaakkhhh…” Tapi, Alvaro lebih cepat. Menarik Rabella lagi, menjatuhkan wanita itu kembali, lalu langsung menindihnya. Agar Rabella tak bisa kabur lagi.
“Kak Rabel… kenapa kakak tega ngelakuin ini sama aku? Aku salah apa sama kakak? Aku… sakit di sini, kak. Kakak bisa ngerasain kan? Ini jadi keras banget, gara-gara kakak.”
Suaranya masih sama seperti tadi, pelan tapi tetap berat. Sorot matanya juga tak kalah tajam menatap pada Rabella. Membuat buluk kuduk Rabella merinding.
Jujur saja, Rabella tak pernah membayangkan akan berada di posisi seperti ini. Rabella juga bisa merasakan sesuatu yang keras di punggungnya, dia tahu apa itu. Itu milik Alvaro. Sialan!
Walaupun kebanyakan teman-temannya sering menghabiskan malam panas dengan pria sembarangan, atau pacar.
Tapi selama ini, Rabella yang selalu fokus mencari perhatian papanya dengan pendidikan dan pekerjaan, tak pernah sekalipun memiliki waktu untuk berpacaran ataupun bersenang-senang dengan hal yang menjijikkan baginya.
Lagipula, selama ini Rabella tahu bahwa dirinya akan dijodohkan dengan Lyan.
Jadi, dia tak mau naik ke ranjang pria lain, selain calon suaminya. Sayangnya, akhirnya perjodohan itu tak jadi.
Tapi, bukan berarti Rabella yang hampir kepala tiga ini tidak tahu apa-apa soal se-ks. Dia hanya menjaga dirinya selama ini dan fokus pada pencapaiannya, agar bisa menyaingi Alvaro.
Tapi apa yang terjadi saat ini? Rabella malah naik ke ranjang adik angkatnya!
“L-lo… jauhin badan lo dari gue, anj-ing! Lo lupa hah, kalau besok itu acara pernikahan lo?”
“Hari pernikahan? Siapa yang menikah? Aku… sama siapa? Kakak?”
Intuisi Rabella mengatakan bahwa dirinya harus segera meninggalkan kamar ini, menjauh dari Alvaro sejauh mungkin.
Tidak peduli apakah rencananya akan gagal, yang utama adalah keselamatan diri Rabella dulu.
Rabella bisa tahu, bahwa Alvaro yang ada di atas tubuhnya ini bukan lagi Alvaro, anak kesayangan papanya.
Alvaro, anak kesayangan papanya tidak pernah menatapnya dengan penuh minat seperti ini.
Mereka bahkan tidak pernah bertegur sapa, ah lebih tepatnya Rabella yang selalu menghindar, menganggap Alvaro tidak ada di sekitarnya.
Tapi, setelah mendengar jawaban nyeleneh Alvaro barusan, Rabella jadi yakin bahwa adik angkatnya ini benar-benar sudah tak menggunakan akal sehatnya atau sudah benar-benar terpengaruh dengan obat perangsang yang diberikan Putri tadi.
Rabella tidak akan membiarkan Alvaro melece-hkannya, tidak bahkan jika itu hanyalah sebuah mimpi saja.
“I-ini gak bener, Alva. Gu-gue itu kakak lo, jadi lo ga boleh nindi gue kayak gini di kasur lo!” seru Rabella, berusaha tenang, dia juga berusaha membuat Alvaro menurut dengan ucapan lembutnya barusan.
Tentu semua itu hanyalah dusta.
Jika tidak karena ingin menyelamatkan kehormatannya sendiri, Rabella tidak akan sudi berucap lembut pada baji-ngan kecil ini.
Alvaro tersenyum senang. Tapi badannya sama sekali tak bergeser, menyingkir dari badan Rabella.
“Iya, bener. Kak Rabella itu kakakku, aku adiknya Kak Rabella.”
“Hahahaaa iya, lo bener. Gue tahu lo anak baik, jadi bisa duduk dulu kan, Va? Badan gue sakit nih, lo tindih begini.” Rabella tersenyum senang, merasa bahwa rayuannya tadi berhasil.
“Nggak mau. Soalnya kakak ga pernah baik sama aku, padahal aku juga pengen disayang sama Kak Rabel. Sekarang aku gak mau lepasin kakak, kakak harus bertanggung jawab karena udah bikin aku begini.”
“A-APA?? LO GILA! Gue gak mau, lepasin gue, brengsek! Gue bakal teriak, biar semua orang di rumah ini tahu kelakuan bejat lo!”
“Aku gak bejat, Kak. Aku anak baik, aku adik terbaiknya kakak..”
“TOLONG.. SIAPAPUN YANG ADA DI LUAR SANA, TOLON–mmpphhh.” Teriakan Rabella terpotong begitu saja, saat Alvaro dengan cepat membungkam mulut Rabella dengan tangan besarnya.
“Mmmmpphhh…” Mata Rabella mendelik.
“Kakak nakal, gak boleh teriak-teriak begitu kak. Apalagi sekarang udah malam, kakak mau ganggu istirahat orang lain, hah??” ucap Alvaro, sorot matanya makin tajam, hanya fokus pada Rabella saja.
Rabella hampir kehabisan nafas, karena hidung dan mulutnya dibungkam Alvaro, cukup erat.
Tidak peduli berapa kali Rabella memukul pergelangan tangan besar milik adik angkatnya itu, tapi sepertinya Alvaro tak berniat melepaskannya dengan begitu mudah.
Barulah, saat wajah Rabella sudah memerah, tak kuat menahan nafas. Alvaro membuka bungkaman itu.
Nafas Rabella jadi tersengal, tatapan sinis diberikan pada Alvaro.
Namun, pria itu malah mendekatkan wajahnya pada Rabella.
“Bagaimana jika mulut kakak dibungkam dengan ini? Kakak juga bisa gigit ini dan gak bakal kehabisan nafas,” ucap Alvaro, sembari mengetuk pelan bibir tebalnya.
Rabella akui, baik wajah, maupun badan Alvaro adalah idaman kaum wanita. Tapi, semua itu tidak berarti di depan Rabella, mengingat bagaimana selama ini Alvaro merebut semua yang jadi miliknya.
Cih, memikirkan dirinya akan terpesona pada adik angkatnya saja membuat Rabella ingin muntah.
“Hah, bocah tengik. Lo kira gue apa hah? Kalau papa tahu kelakuan lo ini, dia pasti bakal langsung ngusir lo!”
“Kak Rabel terlalu banyak bicara, aku tidak suka.” Setelah berkata demikian, Alvaro benar-benar merealisasikan ucapannya tadi untuk membungkam mulut Rabella dengan bibir tebalnya.
Sekali lagi, Mata Rabella mendelik. Tidak pernah terpikir kan sekalipun, bahwa ciuman pertamanya akan diambil oleh adik angkat yang sanga-sangat dibencinya ini.
“Emmmpphhh…” Rabella jelas berontak, kakinya menendang-nendang udara.
Tangannya juga memukul, mencakar badan Alvaro, bahkan sesekali juga menjambak rambut hitam Alvaro.
Tak peduli, jika kukunya yang cantik itu patah karena terlalu kasar digunakan mencakar punggung Alvaro.
Pria itu juga meringis sesekali di tengah aktivitasnya, menikmati bibir tipis milik sang kakak angkat.
“Aarrggg…” Detik selanjutnya, Alvaro baru menjauhkan bibirnya dari Rabella, berkat wanita itu menggigit keras lidah Alvaro, hingga berdarah.
Rabella tertawa puas, melihat bagaimana Alvaro kesakitan karena ulahnya.
Tak mau mengabaikan kesempatan saat adik angkatnya itu lengah, Rabella berusaha menggapai sesuatu, apa saja! Sesuatu yang keras, yang bisa membuat Alvaro tak sadarkan diri, dan akhirnya dirinya bisa pergi dari sini dengan selamat.
“Cih!” Alvaro langsung meludah ke kiri, mengeluarkan darah dari lidahnya.
“Ini sakit, Kak Rabel. Tolong, kakak jangan banyak tingkah dan menurut saja, kakak harus bertanggungjawab atas apa yang kakak lakukan padaku. Paham?”