Kau Selingkuhi Aku, Ku Ambil Bapakmu!
BYUURR..
Nando tersentak saat Betari sekonyong-konyong menuangkan iced matcha latte ke wajahnya. Sensasi dingin terasa lebih pekat karena terpaan udara dari air conditioner diatas kepalanya. Sore ini kafe relatif ramai sehingga tatapan orang-orang juga mulai tertuju ke meja yang dia tempati.
Selingkuh?
Mokondo?
Ketahuan main judol?
Kejerat pinjol?
Kasak-kusuk terdengar dari meja sebelah. Nando masih cukup terkejut untuk meminta konfirmasi langsung kepada Betari tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dia ingin bertanya kenapa kekasihnya itu mendadak berbuat sesuatu yang di luar prediksi padahal tiga detik sebelumnya mereka masih mengobrol panjang lebar dalam suasana yang asyik. Namun, Nando tidak bisa. Bibirnya tidak bergerak sama sekali.
Entah apa yang sebenarnya terjadi pada Betari. Mereka berjanji bertemu di sini untuk merayakan anniversary. Hari ini hubungan mereka tepat berusia tiga tahun. Kafe ini dipilih karena di sinilah mereka pertama kali bertemu. Nando juga tidak keberatan untuk merayakan anniversary ini bertiga dengan Andara, sahabat baik Betari, karena mereka memang sering merayakan banyak hal bersama.
"Nando, ya ampun." Alih-alih Betari, seseorang yang mengambil tisu dan membantu membersihkan bekas matcha latte di wajah Nando adalah Andara.
Nando sendiri tidak menghiraukan gadis yang duduk di sebelahnya itu. Dia masih terus menatap Betari, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang tidak mampu keluar dari mulutnya.
"Kalian memang cocok jadi pasangan. Kamu suka, kan, diperlakukan sebaik itu selayaknya seorang raja?"
Melihat Betari tersenyum miring setelah mendecih, Nando sepertinya tahu akar masalahnya. Dengan refleks tak terduga, Nando menyentak tangan Andara dan membuat gadis itu berhenti menyentuh wajahnya.
"Be…" lirihnya. "Be, aku nggak tahu apa masalahnya, tapi aku yakin kita bisa omongin ini baik-baik."
Lagi-lagi yang Nando temukan adalah senyum muak di wajah cantik Betari. Hati Nando mencelos. Dia tidak pernah melihat sisi Betari yang seperti ini sebelumnya.
"Oke," ucap Betari. Dia mengambil jeda untuk mengotak-atik ponselnya. Dua detik setelahnya, terdengar denting ponsel Nando dari saku celana. Betari menunjuk ke arah ponsel itu disimpan menggunakan dagunya, "Coba kita dengar penjelasan macam apa yang bisa kamu kasih untuk hal itu."
Firasat Nando sudah tidak enak ketika tangannya bergerak merogoh saku celana. Satu pesan telah dikirim oleh Betari, berisi sebuah video. Jantung Nando berdegup begitu kencang. Menerka-nerka isi videonya, tetapi terlalu takut untuk membukanya.
"Be, kamu apa-apan sih? Ini ada apa sebenernya?" Andara menyela.
Betari menatap tajam gadis berambut hitam legam itu, "Can you shut your fucking mouth up?I’m talking to Nando right now."
Andara kicep. Tapi keheningan tidak sempat berlangsung lama karena Nando akhirnya memiliki keberanian untuk membuka video yang Betari kirimkan.
Suara -suara aneh seketika menyebar ke seluruh area kafe, membuat orang-orang serempak menoleh ke arah meja mereka dengan tatapan menghakimi.
Nando sendiri tidak berkutik di posisinya. Matanya terpaku pada layar ponsel yang sedang memutar video berisi dirinya dan Andara sedang melakukan sex. Saking terkejutnya, Nando sampai tidak memiliki gerak refleks untuk menurunkan volume video atau sekadar memencet layar sekali agar video itu berhenti terputar.
"Penjelasan apa yang kamu punya, Nando?" tanya Betari.
"Ini nggak kayak yang kamu pikirin, Be," kata Nando akhirnya. Hanya jawaban refleks tersebut yang mampu keluar dari mulut Nando setelah berhasil keluar dari keterkejutannya.
"Nggak kayak apa yang aku pikirin? Emang kamu rasa, aku mikir apa setelah lihat semua ini? Masih ada celah juga buat kamu ngeles?" tandas Betari. Setelah mengatakannya, mata Betari langsung menyorot tajam pada sosok Andara yang diam tak berkutik.
"Kamu juga. Dari sekian banyak manusia di muka bumi ini, emangnya nggak ada pilihan yang lebih masuk akal? Dari sekian banyak laki-laki, kenapa harus pacar sahabatmu sendiri?"
"Be," sela Nando. Betari kembali menatapnya penuh emosi. "Bukan salah Andara. Ini semua salah aku. Aku yang nggak bisa kendaliin diri aku."
Betari tertawa sumbang mendengar ucapan Nando. Sempurna. Setelah sebuah pengkhianatan, kini dia juga harus menerima kenyataan bahwa laki-laki yang dia percaya malah membela perempuan lain di depannya. Sungguh sial hidupnya.
Tak ingin berlama-lama berhadapan dengan dua manusia tidak punya hati itu, Betari pun bangkit dari kursinya. Dia menatap Nando dan Andara secara bergantian sekali lagi. Seakan ingin menegaskan kalau setelah dia keluar dari kafe ini, hubungan mereka bertiga benar-benar sudah selesai.
"Ya, ya, lakuin aja apa yang kalian mau. Selamat menempuh kehidupan baru kalian, yang demi Tuhan aku doakan bakal selamanya terasa kayak neraka."
Betari pernah dengar ibunya memberi nasihat untuk tidak mendoakan keburukan kepada orang lain. Sebab do'a adalah serupa bola kasti yang dipantulkan ke tembok. Makin kencang dilempar, makin dahsyat pula dia menghantam balik. Namun, di situasi seperti ini, Betari tidak lagi punya sedikit ruang untuk memberikan doa baik kepada Nando ataupun Andara. Dia akan hidup lebih lama untuk melihat dua orang itu menderita. Itu adalah sumpahnya.
Tanpa jawaban, Betari pergi meninggalkan kafe dengan dada yang terasa seperti ditekan.
Sementara di tempatnya ditinggalkan, Nando hanya bisa merutuki segala kebodohan yang dia perbuat. Hanya karena sedikit kesepian, dia membiarkan hati Betari remuk redam.
Sedangkan Andara, alih-alih merasa frustrasi, tidak akan ada yang menyadari bahwa dia diam-diam justru mengulum senyum.
Bagus.
...****...
Betari kembali ke rumah dengan dada yang terasa penuh. Dia menutup pintu cukup keras untuk meluapkan emosi yang tersisa. Tak ada air mata yang keluar. Bagus. Karena menurut Betari, air matanya terlalu berharga kalau harus ditumpahkan hanya untuk menangisi sebuah pengkhianatan.
Meskipun demikian, Betari tidak bisa memungkiri bahwa dirinya kecewa. Tiga tahun yang dia jalani bersama Nando berakhir sia-sia. Tapi yang lebih parah, dia juga harus menerima kenyataan bahwa satu-satunya sahabat yang dia kasihi juga ikut andil dalam hancurnya hubungan mereka.
Betari bukan tipikal manusia yang gemar meratap. Jadi, daripada menyiksa diri sendiri untuk dua orang yang tidak pantas ditangisi, dia lebih memilih berbenah dari segala sesuatu yang menyangkut Nando.
Dalam gerakan cepat Betari membuka ponselnya. Di sana, sudah terdapat puluhan panggilan tak terjawab dan beberapa pesan singkat. Dia tidak memeriksanya. Jarinya justru melipir lincah membuka galeri, lalu tanpa pikir panjang menghapus semua folder berisi foto Nando dan Andara.
Barang-barang pemberian--atau lebih tepatnya barang kenangan dengan Nando juga satu per satu mulai dia masukkan ke dalam kardus. Betari belum tahu mau diapakan barang-barang tersebut. Yang penting, kenangan tentang mereka sudah terbungkus rapat dan berada jauh dari jangkauan pandangnya. Ini adalah salah satu upaya yang Betari punya untuk memulai hidup tanpa bayang-bayang Nando dan Andara lagi.
Tetapi kemudian, Betari menyadari satu hal. Entah seberapa keras usahanya untuk mengenyahkan Nando, dia tetap akan bertemu dengan lelaki itu di kantor.
Mengingatnya membuat energi Betari seakan disedot habis. Dia berjongkok di sisi ranjang. Pandangannya melayang hampir seperti melamun. Lalu dengan suara yang teramat kecil, dia berbisik, "Ah, berengsek.... apa aku cuti saja untuk beberapa hari ke depan?"
Namun setelahnya, Betari mengenyahkan pikiran pengecut itu bersamaan dengan bunyi kardus yang digeser kasar olehnya. Dia akan menghadapinya dengan tenang.
.
.
Bersambung
Novel by manusia yang bernama Rain dan Zenun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
nowitsrain
Waiya, loss nggak ada sensor weh 🤣🤣 biasanya penuh bintang-bintang
2025-03-21
3
FT. Zira
ini maksudnya 2 orang atau gimana kak
2025-03-21
1
Dewi Payang
Pura² gak ada hubungan apa², lah si Nando sama Andara malah udah buat adegan syur.....ini mah udah jauh melangkahnya.....
2025-03-23
1