Hai.. aku balik nulis lagi setelah menghilang hampir 4 tahun. semoga kalian bisa menemukan serta bisa menerima kehadiran karya ini ya...
Rania dan Miko, bukan pasangan masalalu. Mereka saling membenci. Rania memiliki sifat jahat di masa lalu. Namanya di blacklist hingga jatuh sejatuh-jatuhnya, dibuang ke tempat asing, lahirkan anak kembar hingga menikah dengan orang yang salah, siksaan mental dan fisik ia terima selama 4 tahun. Menganggap semua itu Karma, akhirnya memilih bercerai dan hidup baru dengan putra-putrinya. Putranya direbut ibu Miko tanpa mengetahui keberadaan cucu perempuan, hingga berpisah bertahun-tahun. Si kembar, Alan-Chesna tak sengaja bertemu di SMA yang sama.
Gimana kisah lengkapnya?
Selamat membaca yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Lima tahun berlalu.
Waktu melesat cepat, mengikis masa kanak-kanak dan menumbuhkan kisah baru.
Alan kini berusia 16 tahun. Tubuhnya menjulang, sorot matanya tajam dan penuh percaya diri, membawanya menjadi sosok remaja yang mudah menarik perhatian banyak orang. Di sekolah bergengsi tempatnya menuntut ilmu, Alan bukan hanya dikenal sebagai siswa cerdas, tetapi juga atlet muda yang menonjol. Senyumnya sederhana, namun punya pesona yang membuatnya diam-diam dikagumi banyak siswi. Miko sering menatap putranya dengan bangga, bahwa perjuangannya memberi putranya pendidikan terbaik selama ini, tidak sia-sia.
___
Lorong panjang sekolah bergengsi itu dipenuhi suara langkah kaki para siswa yang sibuk mencari kelas masing-masing. Gedungnya menjulang elegan, jendela besar memantulkan cahaya pagi yang menenangkan. Lantai berkilau, aroma buku baru tercium di udara.
Chesna berdiri agak canggung di depan papan pengumuman. Seragam putih-abu yang ia kenakan sederhana, sepatunya pun tidak semahal milik anak-anak lain. Namun, tatapannya penuh percaya diri, menyembunyikan segala keterbatasan yang ia bawa dari rumah kecilnya.
"Inilah awal baru," bisiknya dalam hati, sambil mengepalkan jemari. Ia menelan ludah, menahan gugup yang terasa di tenggorokannya.
Beberapa siswa lewat di belakangnya, bercakap riang.
“Eh, nanti sore ada pertandfingan basket antar kelas kan?” kata seorang anak laki-laki dengan nada bersemangat.
“Iya! Katanya Alan bakal main. Wah, pasti seru. Dia itu idola sekolah, siapa sih yang nggak kenal Alan?” sahut temannya dengan penuh kekaguman.
Nama itu membuat langkah Chesna terhenti. Kepalanya menoleh cepat, seolah inderanya tidak salah dengar. Alan?
Ia menelan napas. Dada Chesna terasa bergemuruh. Bukan hal aneh memang mendengar nama Alan, banyak orang bernama sama tapi hatinya berdetak lebih cepat, seakan nama itu membangkitkan memori yang selama ini ia simpan rapat-rapat.
“Alan itu, bukan cuma pinter, tapi juga cakep banget. Nggak heran sih kalau semua cewek pasti naksir dia,” lanjut siswa lain dengan nada penuh kagum.
“Dan katanya, dia sering ikut ayahnya ke kantor besar itu. Gila, keren banget kan?”
Chesna tidak bisa menahan senyum getir. "Ayah? Ah, pasti bukan Alanku." mendengar bahwa Alan yang diperbincangkan memiliki ayah yang hebat, Chesna menghembuh napas berat. Tidak mungkin seorang ayah yang hebat. Sebab seingatnya, ibunya pernah mengatahan bahwa ayah mereka sudah tiada.
Namun langkahnya menjadi berat ketika berjalan menuju kelas. Bayangan wajah kembarannya kembali hadir di benaknya. Mata teduh, tawa yang khas, dan janji kecil masa lalu, bahwa mereka tidak akan saling meninggalkan.
Sesampainya di kelas, Chesna duduk di kursi belakang. Ia mencoba menenangkan diri, membuka buku catatan barunya. Namun dari depan kelas, beberapa murid masih saja membicarakan nama itu.
“Eh, lihat! Itu Alan!” seru seorang siswi, melambai ke arah lorong luar jendela.
Chesna tertegun. Ada sesuatu dalam dirinya yang bergetar hebat. Ia tidak mengenali jelas wajah itu. Waktu sudah terlalu lama memisahkan mereka, namun hatinya seperti berbisik dia... dia begitu mirip.
Chesna, memilih fokus saja pada bukunya,
Jam istirahat pertama di sekolah barunya, Chesna duduk sendirian di bangku taman kecil di halaman belakang. Suasana begitu ramai, anak-anak bergerombol dengan tawa riang. Namun, ia memilih membuka bekal sederhana yang dibawanya, nasi bungkus dengan lauk seadanya.
Tatapan beberapa murid lain sempat tertuju padanya. Sebagian berbisik pelan, menilai tanpa suara. Chesna pura-pura tidak mendengar, hatinya sudah terbiasa dengan rasa asing di tempat baru. Ia menunduk, mengunyah perlahan.
Tiba-tiba, seseorang menghampiri.
“Hai! Kamu murid baru, kan?” suara ceria terdengar.
Chesna mendongak. Seorang gadis berambut panjang tergerai dengan pita biru berdiri di depannya, senyumnya hangat. Seragamnya rapi, dan dari caranya bicara, terlihat ia cukup percaya diri.
“Iya,” jawab Chesna pelan, agak canggung.
“Boleh aku duduk di sini?” tanya gadis itu tanpa ragu.
Chesna mengangguk. Gadis itu lalu duduk, membuka kotak bekal penuh sandwich dan buah segar. “Namaku Shenia. Kamu siapa?”
“Chesna.”
“Chesna?” Shenia mengulang dengan senyum lebar. “Nama yang cantik. Aku suka.”
Chesna sedikit tersipu, jarang ada orang asing yang memberi pujian begitu tulus padanya. “Terima kasih.”
Mereka mulai berbincang. Shenia banyak bercerita tentang sekolah, guru yang agak galak, sampai kegiatan ekstrakurikuler yang populer. Sementara itu, Chesna lebih banyak mendengar, namun sekali-sekali memberi tanggapan singkat.
“Eh, aku lihat tadi kamu masuk kelas 10-B, kan?” tanya Shenia.
“Iya,” jawab Chesna.
“Wah, kita sekelas! Kebetulan banget.” Mata Shenia berbinar. “Mulai sekarang, anggap aja aku teman pertamamu di sekolah ini. Jadi kalau ada yang nyebelin atau kamu bingung soal pelajaran, bilang aja sama aku.”
Chesna menatapnya, hatinya hangat. Sudah lama ia tidak merasakan kenyamanan seperti ini. Ia menunduk, senyum kecil terlukis di bibirnya. “Terima kasih, Shenia.”
“Jangan terima kasih terus. Kita teman, jadi saling bantu, oke?” Shenia mengedipkan sebelah mata dengan jenaka.
Untuk pertama kalinya sejak masuk sekolah itu, dada Chesna terasa lebih lega. Kehadiran Shenia seperti cahaya kecil yang menembus kesepiannya.
___
Bersambung, up lagi nanti malam..