NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Di Bawah Kaki Sang Raja & Titah Naga Tua

Pagi Hari - Balai Lelang Negara

Ruangan lelang itu dingin dan penuh sesak. Ini adalah lelang aset sitaan negara, termasuk lahan sengketa di Kampung Rawa.

Di barisan depan, Bambang Adiguna duduk dengan senyum pongah. Dia sudah menyuap pejabat lelang dan hakim pengawas. Skenarionya sederhana: Pejabat lelang akan mengabaikan penawaran dari pihak lain dengan alasan "administrasi tidak lengkap", sehingga Adiguna Group bisa memenangkan lahan itu dengan harga dasar (murah).

Atlas masuk, didampingi tim legalnya. Dia duduk di seberang Bambang.

Bambang menoleh, berbisik mengejek. "Percuma lu datang, Ponakan. Di ruangan ini, palu hakim cuma dengerin perintah gue."

Atlas tidak menjawab. Dia menatap pejabat lelang yang sedang berkeringat dingin di podium.

System. Beli Item: 'Zone of Absolute Honesty' (Zona Kejujuran Mutlak).

Harga: 500 WP.

[TRANSAKSI BERHASIL!]

[-500 WP]

[Sisa: 33.650 WP]

[SKILL AKTIF: Radius 20 Meter.]

Pejabat lelang itu tiba-tiba merasa pusing. Hati nuraninya yang selama ini mati suri mendadak berteriak. Mulutnya gatal ingin bicara jujur.

"Lelang dimulai! Tanah Kampung Rawa. Harga pembukaan 50 Miliar!"

Bambang mengangkat papan. "55 Miliar."

Atlas mengangkat papan. "100 Miliar."

Bambang tertawa. Dia memberi kode mata pada pejabat lelang untuk mendiskualifikasi Atlas.

Pejabat lelang itu membuka mulut, niatnya mau bilang "Tawaran Bapak Atlas tidak sah", tapi yang keluar dari mulutnya justru:

"Tawaran 100 Miliar diterima! Apakah ada lagi? Tuan Bambang, Bapak mau menawar atau mau terus menyogok saya seperti yang Bapak lakukan tadi pagi di toilet?"

Hening.

Seluruh ruangan—termasuk wartawan dan pengawas KPK—terbelalak.

Bambang melotot. "H-heh! Ngomong apa kamu?! Gila ya?!"

Pejabat lelang itu menutup mulutnya panik, tapi kejujurannya tidak bisa dibendung. "Bapak Bambang mentransfer saya 2 Miliar supaya saya memenangkan beliau! Tapi saya tidak mau masuk penjara! Lelang ini harus adil!"

Wartawan langsung menyalakan kamera. Blitz menyambar-nyambar wajah Bambang yang pucat pasi. Rencananya hancur berantakan di depan umum.

Atlas tersenyum tipis, mengangkat papannya lagi.

"Kalau begitu, mari kita selesaikan ini. 2 Triliun Rupiah."

Ruangan gempar. Nilai tanah itu paling cuma 500 Miliar. Atlas menawar 4 kali lipat.

"2 Triliun?! Anda gila!" teriak Bambang. "Adiguna Group mundur! Kami nggak punya uang segitu tunai!"

"Bagus," kata Atlas. "Bungkus."

TOK!

Palu diketuk. Tanah Kampung Rawa resmi milik Atlas Wijaya. Bambang Adiguna lari keluar ruangan menutupi wajahnya dari wartawan, dipermalukan untuk kedua kalinya.

Sore Hari - The White Manor

Atlas baru saja pulang, disambut sorak sorai Sebastian dan tim Project Eden. Tapi kegembiraan itu terhenti saat sebuah mobil Rolls-Royce Phantom klasik (model tahun 1960-an) berhenti di depan gerbang.

Seorang pelayan tua berambut putih keluar, membawa amplop hitam dengan segel lilin lambang Naga Emas.

Itu bukan lambang mafia. Itu lambang Keluarga Utama Adiguna.

Pelayan itu menyerahkan amplop pada Atlas.

"Tuan Besar Kresna Adiguna mengundang Tuan Muda Atlas untuk makan malam. Malam ini. Pukul 19.00. Datanglah sendiri."

Sebastian tegang. "Tuan... itu kandang macan. Kresna Adiguna tidak pernah mengundang siapa pun kecuali dia ingin membunuhnya atau... mengangkatnya jadi pewaris."

Atlas membuka amplop itu. Isinya hanya kartu kosong dengan tulisan tangan yang bergetar namun tegas: Pulanglah.

"Siapkan jas terbaikku, Sebastian," kata Atlas. "Naga Tua ingin bertemu cucunya."

Mansion Utama Adiguna - Kawasan Teuku Umar

Suasana rumah ini berbeda dengan The White Manor yang modern dan terang. Mansion Adiguna terasa kuno, gelap, penuh dengan furnitur kayu jati berusia ratusan tahun dan lukisan leluhur yang menatap tajam.

Atlas dibawa ke ruang makan utama. Meja panjang itu kosong. Hanya ada satu orang tua yang duduk di ujung meja, sedang memakan sup buntut dengan tangan gemetar.

Kresna Adiguna. Patriark berusia 85 tahun. Tubuhnya kurus dimakan usia, tapi matanya... matanya masih memiliki api yang sama dengan Atlas.

"Duduk," perintah Kresna tanpa menoleh.

Atlas duduk di ujung seberang. Jarak mereka 5 meter.

"Kau menghancurkan pamanmu, Teguh. Kau mempermalukan pamanmu, Bambang," suara Kresna serak. "Kau merebut tanah kami. Kau membeli bank kami."

"Mereka yang mulai," jawab Atlas santai, mengambil serbet. "Saya cuma menyelesaikan apa yang mereka mulai."

Kresna berhenti makan. Dia menatap Atlas lamat-lamat. Tiba-tiba, kakek tua itu tertawa. Tawa kering yang mengerikan.

"Bagus. Sangat bagus. Bambang dan Teguh itu lemah. Mereka serakah tapi bodoh. Aku kecewa punya anak seperti mereka."

Kresna meletakkan sendoknya.

"Kau... kau mirip Alexander. Tapi kau lebih kejam. Kau punya bakat Raja."

Kresna memberi isyarat. Pelayan menuangkan anggur mahal ke gelas Atlas.

"Aku sudah tua, Atlas. Dokter bilang waktuku tinggal hitungan bulan. Aku butuh penerus. Bambang tidak layak. Teguh di penjara. Cucu-cucuku yang lain cuma tahu menghabiskan uang."

Kresna menatap mata Atlas tajam.

"Kembalilah ke Adiguna. Ubah nama belakangmu menjadi Atlas Adiguna. Aku akan serahkan tongkat kepemimpinan grup padamu. Aset senilai 500 Triliun, koneksi politik, semuanya... milikmu."

Tawaran yang menggiurkan bagi orang biasa. Menjadi Raja Konglomerat Indonesia secara instan.

"Syaratnya?" tanya Atlas. Dia tahu pasti ada syaratnya.

Wajah Kresna berubah dingin.

"Buang adikmu. Orion."

Gelas di tangan Atlas berhenti di udara.

"Dia itu cacat. Sakit-sakitan. Dan yang paling parah... dia anak dari penari itu. Darahnya kotor. Dia adalah aib yang membuat Alexander hancur. Seorang Raja tidak boleh punya kelemahan. Kalau kau mau memimpin Adiguna, kau harus memutus hubungan dengannya. Kirim dia ke panti asuhan di Swiss, atau biarkan dia mati."

Kresna mengira Atlas akan bimbang.

Tapi Atlas justru tertawa.

"Kenapa kau tertawa?" bentak Kresna.

Atlas membanting gelas anggurnya ke lantai.

PRANG!

Anggur merah tumpah seperti darah di karpet mahal.

"Kakek," ucap Atlas, berdiri tegak. "Kau pikir aku butuh uangmu? Kau pikir aku butuh nama 'Adiguna'?"

Atlas berjalan mendekati Kresna. Aura King's Presence miliknya meledak keluar, menekan aura tua Kresna hingga kakek itu sesak napas.

"Asetmu 500 Triliun? Cih. Receh."

Atlas mengebrak meja makan.

"Dengar baik-baik, Orang Tua. Hartaku sekarang sudah melampaui seluruh kekayaan tujuh turunanmu. Aku tidak butuh warisanmu. Dan Orion?"

Mata Atlas berkilat marah.

"Orion bukan aib. Dia adalah mahkotaku. Satu tetes air mata Orion lebih berharga daripada nyawamu dan seluruh perusahaan busukmu."

Kresna terbelalak, memegangi dadanya yang sakit. "K-kau... berani..."

"Jangan pernah sebut namanya dengan mulut kotormu lagi," bisik Atlas di telinga kakeknya. "Mulai hari ini, Adiguna bukan lagi penguasa Jakarta. Karena aku akan memakan bisnis kalian satu per satu sampai kalian mengemis di kaki adikku."

Atlas berbalik, berjalan keluar meninggalkan Kresna yang terengah-engah kena serangan jantung ringan karena syok.

Saat Atlas sampai di pintu, dia berhenti sejenak tanpa menoleh.

"Satu lagi. Ayahku, Alexander, tidak hancur karena Ibu. Dia bahagia. Sesuatu yang tidak akan pernah kau miliki dengan semua uangmu."

Atlas membanting pintu mansion, meninggalkan masa lalu keluarganya di belakang selamanya.

[QUEST SELESAI: FAMILY TIES]

[Keputusan: Menolak Warisan & Membela Adik.]

[Status: Perang Total dengan Adiguna Group (Endgame dimulai).]

[Reward Karma: +10.000 WP.]

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!