Hayi, seorang remaja yang akrabnya di panggil Ay, terpaksa menuruti kemauan ayahnya untuk di kirim ke salah satu pesantren agar dirinya sedikit berubah dari kebiasaan buruknya. dari sanalah sebuah kejadian yang tak pernah terbayangkan dalam hidupnya terjadi, ketika tiba-tiba saja ia di ajak ta'aruf oleh seorang anak pemilik pesantren bernama Altair, yang kerap di panggil Gus Al.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
🌙
Seperti biasa, setelah solat subuh berjamaah dan sebelum semua orang kelua masjid, Hayi sudah lebih dulu keluar. Ia melakukan hal itu selama hampir seminggu karena ya memang itu sudah menjadi kegiatannya untuk memberi makan kambing-kambing selama kang Rudi masih berada di kampungnya.
Saat sedang asyik memberikan makan kambing, tiba-tiba seorang pria paruh baya datang yang juga ikut melakukan hal yang sama. Ya, ternyata itu adalah orang yang sudah kyai Ilham suruh menggantikan hati untuk mengurus kambing-kambing itu. Tentu saja Hayi langsung melarang keras dan tidak memperbolehkan pria itu melakukan bagiannya.
"Tapi, kyai Ilham sudah menyuruh saja mbak." kata Pak Soleh merasa heran.
"Tapi pak, ini tuh sudah tugas saya. Saya di beri amanah langsung dari kang Rudi supaya merawat kambing ini." kata Hayi.
"Yasudah, saya bantuin biar cepet selesai, ya. mbak nya kan juga pasti setelah ini mau sekolah." kata pak Soleh membuat Hayi berfikir sejenak.
"kalau bantu boleh." ujar Hayi dengan mengangguk saja.
Yang biasa akan selesai jam setengah tujuh lebih, karena mendapatkan bantuan dari pak Soleh, jadi jam 6 lebih seperempat menit semua pekerjaan sudah selesai. Hayi bergegas kembali ke asrama dan bersiap untuk sekolahnya, hanya saja, saat di jalan, ia berpapasan dengan Gus Altair yang menatapnya dengan tatapan tajam.
"Dari mana kamu?" tanya Gus Altair dingin.
"Gue? dari lari, iya jjs Gus, hahaha." kata Hayi dengan tertawa canggung
"Akhir-akhir ini kenapa kamu jarang sekali ikut solat berjamaah? Sekolah telat! Tugas yang saya kasih juga belum kamu kerjakan! sibuk banget kamu, ya." kata Gus Altair membuat Hayi tak tahu harus menjawab apa.
"Rencananya mau saya kasih ke Gus langsung. Saya solat kok, ya emang nggak di masjid aja." kata Hayi.
"Lalu, dari mana kamu?" tanya Gus Altair dengan tatapan mengintimidasi
"Ini saya udah telat loh, Gus. Mau sekolah saya, Assalamualaikum ." kata Hayi yang mencoba menghindari semua pertanyaan dari Gus Altair dan langsung berlari.
Kali ini ia sampai di kelas tidak telat seperti kemarin, yang mana pelajaran sudah di mulai. Kedatangan Hayi di sambut oleh Aisyah yang langsung menghampiri Hayi dan melontarkan banyak pertanyaan, begitupun juga Intan yang ikut bergabung. Kedua gadis itu nampak begitu penasaran dengan kesibukan yang di lakukan Hayi akhir-akhir ini. Pada akhirnya, Hayi pun menceritakan kegiatannya yang menjaga kambing milik kyai Ilham. Tentu saja mereka berdua kaget mendengar penuturan Hayi, tapi juga kagum.
"Boleh tidak nanti saya ikut?" tanya Aisyah.
"ikut kemana?" tanya Hayi
"Ya ke kandang kambing lah, masa saya ikut kamu berak." kata Aisyah denga kesalnya.
"Emang mau ikut, mau ngapain?" tanya Hayi.
"Ya mau lihat aja." jawab Aisyah.
"Jangan lah, nggak usah. Nanti kalau ketahuan kalian bisa di hukum." kata Hayi.
"Jangan sampai ketahuan lah." kata Intan.
"Lo, juga mau ikut?" tanya Hayi menoleh ke arah intan.
"Iya dong, masa nih anak doang yang ikut, saya tidak. Hilya, kamu juga ikut tidak?" tanya Intan.
"Kayaknya saya di asrama aja deh, takutnya nanti curiga kalau tidak ada orang sama sekali di asrama secara kan Ella sama Lila lagi pulang." kata Hilya.
"Ehh bener juga ya. yaudah, jadi nanti kita ikut kamu, Ay." kata Intan.
"Tapi, awas aja kalau sampai ketahuan!! Jangan bawa-bawa gue ya, soalnya kan gue nggak ngajak kalian." kata Hayi yang di angguki keduanya.
Pelajaran pun di mulai dengan lancar. hingga kini bel istirahat pun berbunyi. Saat Hayi akan menuju ke kantin, tiba-tiba saja ada salah satu siswi yang menghampirinya dan menyuruhnya untuk ke ruangannya Gus Altair. Entah apalagi yang akan pria itu lakukan pada Hayi.
Hayi pun dengan malas dan terpaksa langsung menuju ke ruangan Gus Altair. Ia mengetuk pintu pelan yang memang pintunya tidak di kunci sama sekali. Terdengar suara berat dari dalam mempersilahkan masuk. Ia melihat Gus Altair yang sedang sibuk dengah setumpuk kertas di sebelahnya. Ia nampak terlihat begitu tampan dengan memakai kacamata. Tanpa sadar Hayi memandangi cukup lama hingga membuat Gus Altair keheranan dan berdehem.
"Ekhemmm, sudah kan melihat saya nya?" kata Gus Altair membuat Hayi tersadar dan memalingkan wajahnya.
"Siapa juga yang liat, nggak tuh." kata Hayi mengelak.
"Kalau datang itu, ucap salam." kata Gus Altair.
"Assalamualaikum." kata Hayi.
"Walaikumsalam." jawab Gus Altair dengan mengangguk pelan.
"Jadi kenapa saya di panggil kesini Gus?" tanya Hayi.
"Tolong antarkan semua ini pada Abi, dan minta tanda tangannya. Bilang saja besok harus sudah jadi dan akan langsung di ambil." kata Gus Altair
"Kok saya? sebentar, tadi ada siswa yang suruh saya kesini, apa itu Gus Al yang suruh dia bilang ke saya?" tanya Hayi.
"Iya benar." jawab Gus Altair tanpa menoleh.
"loh, kenapa bukan dia aja? Kan sama aja sebenarnya. saya mau makan siang ini, sudah laper." kata Hayi dengan sedikit merengek.
"Saya maunya kamu yang antar langsung. Kamu pikir saya juga tidak lapar, tapi pekerjaan saya masih banyak dan tidak bisa di tinggal. Karena itu saya minta bantuan kamu." kata Gus Altair dengan tetap fokus pada laptop nya.
"Ck, iya iya. Yaudah assalamualaikum." kata Hayi
"Kalau bantu itu yang ikhlas." kata Gus Altair.
"Iya ikhlas banget ini, Gus." kata Hayi tersenyum manis kemudian keluar.
Hayi menuju ke ruangan kyai Ilham, tapi tidak ada siapapun di sana. Ia berinisiatif menulis pesan di secarik kertas dan ia letakan di tempat yang kemungkinan besar bisa di lihat kyai Ilham dengan jelas. Setelah semua selesai, kini Hayi pun bergegas menuju ke kantin. Saat melihat roti sisir kesukaannya, ia dengan cepat langsung mengambil 2 bungkus. tapi, entah kenapa justru ia malah teringat dengan perkataan Gus Altair yang katanya lapar juga.
Akhirnya ia pun berjalan kembali menuju ruangan Gus Altair hanya untuk memberikan roti sisir dan susu stroberi yang ia beli. Melihat kedatangan Hayi lagi membuat Gus Altair heran tapi tidak terlalu menghiraukan kehadirannya dan ia memilih untuk tetap fokus pada kerjanya.
Gus Altair menoleh sekilas saat tangan mungil itu meletakkan roti sisir dan susu stroberi di sampingnya. Ia tersenyum kecil membuat Gus Altair menghentikan aktivitasnya.
"Apa ini?" tanya Gus Altair.
"Ya makan dulu, Gus. Katanya tadi bilang laper. yaudah deh saya beliin sekalian. Gimana? Baik kan saya." kata Hayi dengan bangganya tapi justru mendapatkan tatapan penuh curiga dari Gus Altair.
"Kamu buat kesalahan apa lagi?" tanya Gus Altair.
"Nggak ada ya!! Gus Al nuduh saya dosa loh. Bilang makasih kek orang udah di beliin juga." kata Hayi kesal.
"Lama-lama cara bicara kamu sama saya jadi lebih kurang ajar ya." kata Gus Altair.
"Latihan dulu, siapa tahu beneran jadi Zauji." kata Hayi ceplos.
"Maksud kamu?" tanya Gus Altair yang langsung melepaskan kacamatanya.