NovelToon NovelToon
TEKNIK KULTIVASI NAGA KEGELAPAN

TEKNIK KULTIVASI NAGA KEGELAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Kultivasi Modern / Perperangan / Action / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur
Popularitas:89.3k
Nilai: 5
Nama Author: bingstars

Ji Fan, seorang pemuda dari clan ji yang memiliki mata misterius, namun akibat mata nya itu dia menjadi olok-olokan seluruh clan.
Didunia yang kejam ini, sejak kecil dia hidup sebatang kara tanpa kultivasi, melewati badai api sendirian. Sampai pada akhirnya dia tanpa sengaja menemukan sebuah buku tua yang usang. Buku itu adalah peninggalan ayahnya yang didapat dari seorang laki laki paruh baya dimasa lampau. Awalnya dia tidak mengerti buku apa itu, Tetapi setelah mempelajari bahasa dewa kuno, dia mulai mengerti, buku itu adalah buku Teknik Terlarang Kultivasi Naga Kegelapan. Dalam buku itu tertulis berbgai ilmu pengetahuan dan langkah-langkah jalan kultivasi, sejak saat itu Ji Fan berubah dari yang awalnya sampah menjadi kultivator puncak yang ditakuti di seluruh alam. Dan orang-orang memanggilnya dengan sebutan 'Orang Buta Dari Kegelapan Naga' .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bingstars, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29

Kamar tujuh senyap, hanya terdengar suara dengkuran halus dari peserta lain yang kelelahan. Tapi bagi Ji Fan, malam itu terasa bising. Dantian Ji Fan bergemuruh, seolah ada badai yang terperangkap di dalam perut Ji Fan.

Rasa sakit dari luka cakar harimau di bahu dan rusuk yang retak kini bercampur dengan sensasi panas yang menjalar dari pusar ke seluruh tubuh.

"Ini bukan kenaikan tingkat biasa," ucap Naga Kecil, suaranya terdengar waspada di kepala Ji Fan. "Qi mayat yang kau hisap bercampur dengan Qi murni dari pil. Energinya tidak stabil. Jika kau gagal mengendalikannya, Dantianmu akan meledak, dan kau akan jadi bubur daging di ranjang asrama ini."

Ji Fan menggertakkan gigi. Keringat dingin sebesar biji jagung mengalir di pelipis Ji Fan.

"Aku tidak akan meledak," batin Ji Fan keras.

Ji Fan merogoh saku, mengeluarkan Pil Pengumpul Qi yang baru Ji Fan beli. Tangan Ji Fan gemetar hebat saat memasukkan butiran pil itu ke mulut.

Rasanya pahit dan kering.

Begitu pil itu masuk ke perut, efeknya instan. Seperti menelan bara api.

"Argh!" Ji Fan menahan erangan di tenggorokan.

Qi di dalam tubuh Ji Fan mengamuk. Aliran Qi Kegelapan yang biasanya dingin dan tenang kini berubah menjadi arus liar yang menabrak dinding-dinding meridian Ji Fan. Rasanya seperti pembuluh darah Ji Fan dipompa paksa dengan air mendidih.

"Tahan, Bodoh! Arahkan ke pusat!" bentak Naga Kecil. "Jangan biarkan menyebar ke jantung!"

Ji Fan memejamkan mata rapat-rapat. Ji Fan memusatkan seluruh kesadaran Ji Fan ke Dantian. Ji Fan membayangkan tangan imajiner yang mencengkeram arus liar itu, memaksanya berputar, memaksanya tunduk.

Tubuh Ji Fan kejang. Hidung Ji Fan mulai meneteskan darah, satu tetes, dua tetes, jatuh ke seprai kusam.

Kenaikan tingkat bagi kultivator normal adalah proses meditasi yang tenang. Bagi Ji Fan yang mempraktikkan teknik terlarang dan tubuh yang rusak, ini adalah penyiksaan.

KREK!

Suara retakan terdengar jelas di telinga dalam Ji Fan. Bukan tulang, tapi dinding pembatas di Dantiannya.

Rasa sakit memuncak selama satu detik yang menyilaukan, membuat pandangan Ji Fan memutih sepenuhnya. Lalu, tiba-tiba, rasa sakit itu lenyap.

Digantikan oleh sensasi hampa yang luas.

Ji Fan membuka mata. Napas Ji Fan tersengal-sengal. Tubuh Ji Fan basah kuyup oleh keringat yang bercampur dengan lendir hitam berbau busuk kotoran tubuh yang dipaksa keluar oleh lonjakan Qi.

"Selamat," sindir Naga Kecil. "Kau tidak meledak. Dan kau sekarang Tingkat 4. Tapi kau bau sekali."

Ji Fan mengepalkan tangan. Ji Fan merasakan perbedaan itu. Aliran Qi di tubuhnya kini dua kali lebih besar dari sebelumnya. Luka di bahunya berhenti berdenyut. Penglihatan Ji Fan di dalam kamar yang gelap gulita itu menjadi jauh lebih tajam; Ji Fan bisa melihat debu yang melayang di udara.

Qi-Dasar Tingkat 4.

Ji Fan turun dari ranjang tanpa suara. Ji Fan menyelinap ke kamar mandi umum di ujung lorong untuk membersihkan lendir hitam di tubuhnya sebelum ada yang melihat.

Saat air dingin menyiram tubuhnya, Ji Fan melihat pantulan dirinya di cermin retak. Wajahnya lebih tirus, matanya lebih cekung, tapi tatapannya tajam seperti pisau baru diasah. Ji Fan bukan lagi bocah desa yang naif. Akademi ini telah membunuhnya, dan melahirkan sesuatu yang lain.

***

Keesokan paginya, suasana Asrama Timur tegang.

Tuan Muda Chen kembali. Chen masuk ke kamar tujuh dengan wajah gelap. Chen jelas-jelas gagal mendapatkan Giok Darah lain, atau mungkin Chen terlalu takut untuk kembali ke hutan. Poin Chen dipotong, reputasinya hancur.

Chen menatap Ji Fan yang sedang mengikat tali sepatu.

"Kau..." Chen melangkah maju, Qi apinya berkobar tipis di sekitar kepalan tangan.

"Minggir," ucap Ji Fan datar, tanpa menoleh.

Chen tertegun. Ada sesuatu yang berbeda dari Ji Fan pagi ini. Auranya lebih padat. Lebih berbahaya.

"Kau naik tingkat?" desis Chen tak percaya. "Hanya dalam satu malam? Dengan tubuh hancur begitu?"

"Aku bilang minggir," ulang Ji Fan. Ji Fan berdiri, menatap lurus ke mata Chen. Tinggi mereka hampir sama, tapi tekanan yang keluar dari Ji Fan membuat Chen mundur setengah langkah tanpa sadar.

Ji Fan tidak menunggu jawaban. Ji Fan menabrak bahu Chen saat berjalan keluar kamar. Chen tidak berani menyerang. Aturan asrama melarang pembunuhan, dan Chen baru saja kehilangan banyak poin. Chen tidak bisa mengambil risiko dikeluarkan.

"Tunggu saja ujian bulanan, Tikus," teriak Chen di belakang punggung Ji Fan. "Di arena resmi, tidak ada aturan yang melindungimu!"

Ji Fan mengabaikannya. Ji Fan punya masalah yang lebih mendesak daripada ego Chen.

Ji Fan butuh Teknik Bela Diri.

Selama ini, Ji Fan hanya mengandalkan Tangan Bayangan manipulasi Qi dasar dan Jurus Tusukan Bayangan serangan fisik yang diperkuat Qi. Itu teknik kasar. Melawan kultivator terlatih yang memiliki jurus pedang atau elemen, Ji Fan akan kalah jika pertarungan berlangsung lama.

Ji Fan berjalan menuju Paviliun Kitab.

***

Paviliun Kitab Akademi.

Bangunan itu menjulang tinggi, terdiri dari lima lantai. Bau kertas tua dan tinta memenuhi udara.

Ji Fan masuk ke lantai satu. Di sini tersimpan ribuan gulungan teknik dasar untuk murid baru.

"Biaya masuk 5 Poin Kontribusi per jam," ucap penjaga pintu yang mengantuk.

Ji Fan menyerahkan lencananya. Sisa poin Ji Fan tinggal 15. Ji Fan hanya punya waktu tiga jam untuk mencari teknik yang cocok dan murah.

Ji Fan berjalan menyusuri rak-rak kayu tinggi.

Teknik Pedang Api Membara - 500 Poin.

Langkah Angin Puyuh - 400 Poin.

Tinju Besi Penghancur - 350 Poin.

Ji Fan mendengus. Harga-harganya gila. Ji Fan tidak mampu membeli satu pun teknik populer ini.

"Cari di pojok belakang, bagian 'Teknik Cacat' atau 'Tidak Lengkap'," saran Naga Kecil. "Teknik bagus sering dibuang orang bodoh karena sulit dipelajari atau terlihat tidak berguna."

Ji Fan berjalan ke bagian paling belakang perpustakaan. Rak-rak di sini berdebu, dipenuhi jaring laba-laba. Gulungan-gulungannya tampak tua dan rapuh.

Ji Fan membuka satu gulungan. Teknik Napas Kura-Kura. Hanya untuk menahan napas di dalam air. Tidak berguna.

Gulungan lain. Seni Memasak Qi. Buku resep. Sampah.

Waktu terus berjalan. Satu jam berlalu. Ji Fan mulai frustrasi.

"Berhenti," ucap Naga Kecil tiba-tiba. "Rak ketiga dari bawah. Gulungan hitam yang ujungnya terbakar."

Ji Fan berjongkok. Ji Fan menarik gulungan yang dimaksud. Gulungan itu terbuat dari kulit binatang yang kasar, warnanya hitam pekat, dan separuh bagiannya hangus terbakar. Tidak ada judul yang terbaca jelas.

Ji Fan membukanya. Tulisan di dalamnya kacau, penuh coretan dan simbol aneh yang tidak mirip dengan teknik kultivasi standar Kerajaan Qin.

"Ini apa?" tanya Ji Fan bingung.

"Ini... menarik," gumam Naga Kecil. "Ini bukan teknik menyerang. Ini teknik gerakan kaki. Namanya Langkah Hantu Ghost Step. Tapi penulisnya gila. Dia mencoba menggabungkan aliran Qi kaki dengan ilusi optik."

"Kenapa ada di rak sampah?"

"Karena untuk menguasainya, kau harus mematahkan tulang keringmu sendiri lalu menyambungnya kembali dengan aliran Qi yang diputar balik. Orang normal akan lumpuh mencoba ini. Tapi kau..." Naga Kecil terkekeh. "Kau punya regenerasi yang tidak wajar berkat darah naga dan obat-obatanmu. Dan Qi Kegelapanmu cocok dengan sifat 'Hantu' teknik ini."

Ji Fan membaca deskripsinya.

Bergerak tanpa suara. Meninggalkan bayangan palsu. Membutuhkan pengorbanan tulang dan rasa sakit.

"Berapa harganya?" tanya Ji Fan.

Ji Fan melihat label harga yang pudar di bawah gulungan. 30 Poin.

"Sial," umpat Ji Fan. "Poin saya kurang 15."

Ji Fan menggenggam gulungan itu erat. Ji Fan butuh teknik ini. Teknik ini bisa menjadi pembeda antara hidup dan mati saat melawan Chen nanti.

"Kau mau mencurinya?" goda Naga Kecil.

"Paviliun ini dijaga Formasi Deteksi. Mencuri sama dengan mati," tolak Ji Fan.

Tiba-tiba, sebuah tangan halus terulur dari samping, mengambil gulungan itu dari tangan Ji Fan.

Ji Fan tersentak dan menoleh cepat, siap menyerang.

Su Meng berdiri di sana. Wajahnya datar seperti biasa, matanya menatap gulungan hangus itu dengan sedikit ketertarikan.

"Teknik sampah," komentar Su Meng dingin. "Membutuhkan mutilasi diri untuk hasil kecepatan yang hanya sedikit lebih baik dari lari biasa. Hanya orang putus asa yang mau mempelajarinya."

"Kembalikan," ucap Ji Fan, menahan amarah. "Itu urusanku."

Su Meng menatap Ji Fan. Dia melihat luka di leher Ji Fan yang belum sembuh benar, dan aura Tingkat 4 yang baru stabil.

"Kau naik tingkat," ucap Su Meng, bukan pertanyaan, tapi pernyataan. "Cepat sekali untuk seseorang yang kemarin hampir mati."

"Kembalikan," ulang Ji Fan, lebih keras.

Su Meng tidak mengembalikan gulungan itu ke Ji Fan. Dia berjalan ke meja resepsionis di sudut ruangan.

"Aku pinjam ini," ucap Su Meng pada petugas, sambil meletakkan lencana poin miliknya yang berwarna perak tanda poin yang melimpah.

"30 poin, Nona," kata petugas itu.

Su Meng membayar tanpa berkedip. Dia kembali ke Ji Fan, lalu melempar gulungan itu ke dada Ji Fan.

Ji Fan menangkapnya dengan bingung.

"Kenapa?" tanya Ji Fan curiga. "Aku tidak punya uang untuk membayarmu kembali."

"Aku tidak butuh uangmu," jawab Su Meng. Dia mendekat, suaranya turun menjadi bisikan tajam. "Aku butuh kau mengalahkan Chen di ujian bulanan nanti."

Ji Fan mengerutkan kening. "Kenapa kau peduli pada Chen?"

"Klan Chen dan Klanku... punya persaingan bisnis. Jika Chen dipermalukan oleh seorang 'sampah' tak bernama sepertimu, posisi Klanku akan menguat di negosiasi perdagangan bulan depan," jelas Su Meng pragmatis. "Anggap saja ini investasi. Kalau kau kalah, aku cuma rugi 30 poin. Kalau kau menang, aku untung besar."

Ji Fan menatap gadis itu. Dingin. Penuh perhitungan. Ji Fan menyukainya. Tidak ada kepalsuan, hanya bisnis.

"Sepakat," ucap Ji Fan. "Tapi jangan harap aku akan berterima kasih."

"Aku tidak butuh terima kasihmu. Aku butuh kau mematahkan gigi Chen," balas Su Meng, lalu berbalik pergi meninggalkan Paviliun Kitab.

Ji Fan menatap gulungan hitam di tangannya.

"Langkah Hantu," gumam Ji Fan. "Mematahkan tulang kering, ya? Kedengarannya menyenangkan."

***

Malam harinya, di Hutan Belakang Akademi.

Ji Fan mencari tempat tersembunyi di balik bebatuan besar. Dia tidak bisa berlatih di asrama.

Dia membuka gulungan itu. Instruksinya brutal.

Alirkan Qi ke meridian Tibia. Hantamkan tulang kering ke benda keras hingga retak mikro muncul. Paksa Qi masuk ke retakan itu untuk membentuk jalur energi baru.

"Kau siap?" tanya Naga Kecil. "Ini akan sakit. Sangat sakit."

Ji Fan tidak menjawab. Dia berdiri di depan sebuah pohon besi tua yang batangnya sekeras batu.

Dia menarik napas dalam, menyalurkan Qi Kegelapan ke kaki kanannya.

DUGH!

Ji Fan menendang batang pohon itu sekuat tenaga.

KRAK!

Suara tulang retak terdengar jelas di keheningan hutan.

"AAAARGH!" Ji Fan jatuh berguling di tanah, memegangi kaki kanannya. Rasa sakitnya meledak, membuat pandangannya putih sesaat. Keringat dingin langsung membanjiri tubuhnya.

"Jangan berhenti!" bentak Naga Kecil. "Sekarang! Masukkan Qi ke retakan itu sebelum tulangnya menyatu alami! Paksa Qi itu menjadi perekat!"

Ji Fan menggigit bibirnya hingga berdarah, menahan jeritan. Dengan tangan gemetar, dia memandu Qi Kegelapannya masuk ke dalam tulang kering yang retak. Rasanya seperti menyiram luka terbuka dengan air garam dan api.

Tubuh Ji Fan kejang-kejang di atas tanah lembap.

Satu jam kemudian.

Ji Fan berdiri, terhuyung-huyung. Kaki kanannya bengkak, tapi saat dia mengalirkannya Qi, dia merasakan sensasi aneh. Ringan. Seolah kakinya tidak menapak tanah, melainkan melayang satu milimeter di atasnya.

Dia mencoba melangkah.

Wussh!

Tubuhnya bergerak ke depan dua meter dalam sekejap mata, meninggalkan bayangan samar di posisi sebelumnya.

Ji Fan menyeringai di tengah rasa sakit yang menyiksa.

"Satu kaki selesai," desis Ji Fan, menatap pohon besi itu lagi. "Sekarang kaki kiri."

1
Tejo Kusumo
👍
Anonymous
Ditungguuuuuuuuu
Ibad Moulay
Uraaa 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Ganda
Ibad Moulay
Ritme
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥
Sarip Hidayat
waaah
Luthfi Aamiin
gila bagus
Luthfi Aamiin
bantei
Ibad Moulay
Tombak
Ibad Moulay
Monster
Ibad Moulay
Uraaa 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Cacing
Ibad Moulay
Tombak
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Sarip Hidayat
waah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!