Susuk Kalajengking

Bu Mima panik melihat putri nya yang menangis di atas ranjang sambil mengeluarkan darah dari apem nya, Seperti darah halangan yang bergumpal sebesar kepalan bayi. Sari merasakan sakit yang sangat luar biasa, Seperti orang yang akan melahirkan saja di buat nya.

"Kita kedokter dulu, Siapa tahu kamu keguguran." Ajak Bu Mima.

Sari hanya menurut saja dengan ajakan sang Ibu, Namun setiba di rumah sakit, Dokter tidak yang memeriksa tidak mendapatkan satu penyakit pun, Semua nya dalam keadaan sehat dan normal.

Namun bagai mana mungkin bisa normal normal saja, Sedangkan darah terus mengalir deras seperti air kencing. Bahkan tadi saat berangkat kerumah sakit, Sari bukan hanya menggunakan pembalut, Dia menggunakan pampers untuk dewasa.

"Bagai mana mungkin aku hanya terlalu capek! Buang buang uang saja aku kedokter itu." Rutuk Sari ketika sudah di rumah lagi.

"Berarti ini memang penyakit dari susuk mu itu, Kamu harus gerak cepat, Sar." Ucap Bu Mima.

"Masih di pikir kan bagai mana cara nya, Bu! Purnama itu bukan orang sembarangan, Mbah Basri saja belum tentu kuat menghadapi nya." Kesal Sari.

"Kita tetap harus mencoba nya! Karena hanya itu yang bisa menyelamat kan nyawa mu." Paksa Bu Mima.

Pilihan yang Sari hadapi sungguh sulit, Bila tidak bisa mendapatkan jantung anak nya Purnama. Maka dia pasti akan di siksa oleh Kolo pati, Namun bila dia nekad untuk menyakiti anak nya Purnama, Maka bersiap saja dia akan mati di tempat.

"Ughhh!"

Tiba tiba saja Sari melenguh kesakitan sambil memegangi perut bagian bawah nya, Rasa sakit ini sangat luar biasa. Tidak seperti sakit pada umum nya, Seisi perut Sari seakan mau di tarik keluar.

"Lebih baik kita meminta tolong kepada Habib, Beliau tentu nya bisa menolong." Saran Pak Muktar bapak nya Sari.

"Bapak gila yang nyuruh aku kesana? Dia itu orang alim, Pak." Bentak Sari.

"Justru karena dia orang alim, Tentu nya dia bisa membuang setan yang ada dalam tubuh mu! Bapak tidak mau kalau kamu semakin tersesat, Nak." Ucap Pak Muktar.

"Biar kan Sari dengan pilihan nya, Pak! Kita tidak bisa melarang kehendak nya." Ucap Bu Mima.

"Kamu tidak bisa melarang karena kamu dulu juga begitu! Anak tersesat kok malah di dukung." Bentak Pak Muktar.

Sari malas mendengar kan perdebatan orang tua nya yang sudah pasti akan sampai kemana mana, Lebih baik ia tergolek di ranjang sambil merasakan sakit yang berdenyut denyut.

"Kenapa sih aku sampai lupa dan membunuh hewan itu." Sesal Sari.

Andai saja dia tidak melanggar pantangan tersebut, Maka Sari sekarang pasti masih menggeluti pekerjaan nya dan menumpuk pundi pundi rupiah dalam tabungan.

Penyesalan sangat besar bertumpuk dalam hati nya, Dapat pekerjaan mudah dan menghasil kan uang banyak, Namun sekarang malah tertimpa sial dengan nyawa yang sudah di ujung tanduk.

"Eeh ini malam jumat ya, Hah andai saja aku tidak begitu, Pasti aku akan di manjakan oleh Kakang." Sari menarik nafas berat.

Rasa nya sangat tidak bisa mau melepaskan semua itu, Apa lagi malam ini adalah malam seperti biasa dia melakukan pergulatan yang sangat nikmat bersama Kolo pati, Tapi sekarang dia tidak bisa merasakan lagi, Suami ghaib nya pasti tidak akan datang.

...****************...

Purnama menimang nimang putri nya yang bernama Zahira, Bayi ingin tidak mau tidur sejak tadi. Sedangkan kembaran nya bernama Zahra sudah tertidur lelap, Zahira agak rewel dan dari tadi Zidan sudah mencoba untuk menggendong nya.

Kini gantian Purnama yang menggendong sang putri, Tiba tiba saja Purnama merasakan putri nya terlihat ketakutan, Namun dia tidak melihat ada satu pun mahluk yang mendekati anak nya.

"Tenang lah, Sayang. Dia tidak akan datang sekarang, Ada Ibu yang akan melindungi mu." Purnama meniup ubun ubun bayi nya sebanyak tiga kali.

Jabang bayi yang sejak tadi rewel dan tak mau tidur itu pun langsung terlelap, Purnama manaruh nya pada box bayi. Dia segera keluar dari kamar, Jam dinding sudah menunjukan pukul dua belas malam.

"Dia hanya melihat saja, Sudah tua begitu pun masih banyak ulah." Bisik Maharani.

"Bandot tua seperti itu ingin main main dengan ku, Dasar tidak sadar diri." Geram Purnama ingin mendekati pria yang berdiri tak jauh dari rumah nya.

"Jangan! Dia hanya mengecoh mu saja, Nilam bilang ada yang mengintip pada jendela kamar mu." Bisik Maharani lagi.

"Hah?!"

Purnama segera berlari kekamar untuk melihat nya, Bayangan hitam itu segera berkelebat pergi meninggalkan kawasan itu. Ternyata Mbah Basri hanya memancing Purnama agar keluar dari rumah, Dan bayangan hitam itu bisa masuk kedalam mengambil salah satu anak nya Purnama.

"Kurang ajar kau, Sari." Purnama sangat marah.

"Ada apa, Kak?" Arya yang belum tidur mendengar geraman Kakak nya.

"Mantan istri mu ingin mengambil salah satu anak ku, Pasti dia ingin tumbal untuk kecantikan nya." Jawab Purnama.

"Keterlaluan, Kenapa Sari masih saja mengusik keluarga ku." Arya berang juga.

"Ini kau bilang aku tidak usah ikut campur, Lihat sekarang, Anak ku malah di usik juga!" Kesal Purnama.

"Maafkan aku, Pasti aku akan menyelesaikan nya dengan dia!" Janji Arya.

"Apa yang akan kau lakukan? Yang ada nanti kau malas naksir kembali pada jalang itu." Sindir Purnama.

Arya masih memikirkan rencana untuk membuat Sari jera, Dalam kasus ini malahan Purnama yang banyak di rugikan, Arya hanya rugi karena cinta nya di khianati, Dalam segi uang dia tidak rugi

sama sekali.

Sari menolak uang pemberian dari nya, Karena Sari merasa uang yang Arya berikan kepada nya itu terlalu kecil, Sedangkan dia bisa mendapatkan uang dengan jumlah yang sangat besar.

"Kasus perceraian mu ini bagai mana? Apa kau tidak perlu kepengadilan." Tanya Purnama.

"Tidak, Aku hanya menikah secara agama saja dengan nya." Jawab Arya pelan.

"Aku kok jadi bisa geram sekali, Awas saja kalau sampai dia berani datang." Ancam Purnama.

"Paati aku juga akan menghadapi nya bila dia datang, Sedikit banyak aku akan bertanggung jawab." Janji Arya.

"Ya sudah lah! Semua orang memang punya kesalahan, Semoga saja kau tidak kembali mencintai nya. Bila tiba suatu saat kau mencintai nya lagi karena kasihan, Aku tidak akan segan membunuh mu." Tegas Purnama.

"Itu akan lebih baik, Tolong bunuh lah aku, Kak! Bila sampai aku mencintai nya lagi dan kembali pada nya, Ambil saja nyawa ku dan kubur kan aku di dekat Ibu." Pinta Arya.

Maharani dan Nilam geleng geleng kepala sambil mendengarkan obrolan dua beradik yang sangat membuat mereka ngeri, Bagai mana mungkin pembunuhan bisa di janjikan.