Warning 21+
Aku masih suci sebelum kejadian itu. Aku masih ranum dan bersih seperti namaku, Ayu.
Semuanya berubah. Kebahagiaanku runtuh. Aku harus meninggalkan laki-laki yang mencintaiku demi laki-laki lain yang bahkan tidak kukenal.
Sanggupkah aku melewati kehidupan baruku. Kehidupan bak roller coaster yang kadang menjungkirbalikkan hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Aneka kue yang kami buat sudah jadi dan tertata rapi diatas tampah. Ayam bekakak buatan Tante Irma pun sudah siap. Yang belum ada pengantin sunatnya yang baru akan disunat jam 10 pagi.
Andi, anak tunggal Tante Irma yang bertubuh gendut terlihat sudah keluar kamar dengan memakai kemeja kotak-kotak dan sarung. Ia tampak gagah berani menghadapi sunatannya.
"Tante Ayu." panggil Andi ketika melihatku membawa kue di tampah dan hendak menaruhnya di meja makan bersama kue dan ayam bekakak.
"Iya. Kenapa?" Andi berjalan menghampiriku.
"Tante Ayu itu ayam buat siapa?" Andi menunjuk ayam bekakak yang membuat matanya berbinar-binar.
"Buat kamu, Sayang." aku mengelus lembut rambutnya.
"Wah asyik dong. Aku bisa makan banyak-banyak. Yes!" Andi meloncat kegirangan.
"Tapi makannya setelah kamu disunat ya. Kalau sekarang belum boleh. Kamu berani kan disunat?"
"Berani dong. Andi kan kuat kayak Hulk." Aku tersenyum melihat kelucuan bocah gendut ini.
"Iya Tante percaya kok kamu kuat. Andi kan anak hebat."
Andi langsung memelukku erat. "Andi suka banget sama Tante Ayu. Kalau Andi sudah besar pokoknya Andi mau jadi pacal Tante Ayu."
Baru saja aku hendak memeluk balik Andi namun tangan kekar Dio melepaskan pelukan kami. "Heh anak gendut, enak aja mau jadi pacar Tante Ayu. Gak boleh! Tante Ayu punya Om Dio tau." Dio menjulurkan lidahnya meledek Andi yang mulai emosi.
"Mama!!!! Om Dio nakal!!!!" Andi berlari ke pelukan Mamanya mencari perlindungan.
"Kenapa Sayang? Diapain sama Om Dio?" Tante Irma langsung menginterogasi Andi kenapa Ia sampai menangis.
"Masa Andi gak boleh jadi pacalnya Tante Ayu kalau Andi sudah besal nanti sama Om Dio. Tante Ayu kan punya Andi, ya kan Ma?" Andi yang berharap dapat dukungan Mamanya malah kena omel.
"Hush... Masih kecil sudah main pacar-pacaran. Gak boleh. Lagian Tante Ayu kan istrinya Om Dio, ya gak bolehlah sama Om Dio."
"Iiiih... Mama jahat. Bukan belain Andi." sekarang Andi menatap ke arahku. "Tante... kalau besar Andi boleh kan jadi pacal Tante?" aku tersenyum melihat ulah Andi yang menurutku sangat menggemaskan itu .
"Ih nih anak gendut dibilangin gak boleh masih aja ngeyel. Sunat aja belum udah mau ngambil Tante Ayu dari Om lagi." aku langsung mencubit pinggang Dio.
"Sama anak kecil ngalah atuh, Di. Kasihan kan Andi." aku mengomeli Dio yang senang sekali menggoda saudara sepupunya tersebut.
"Emang enak Om Dio diomelin sama Tante Ayu!" Dio menarik tanganku. "Tante, tunggu Andi sunat dulu ya. Abis itu jadi pacal Andi."
Aku tak kuasa menahan tawa melihat kelucuan Andi. Tante Irma yang malu akan ulah anaknya yang masih kecil namun sudah menggoda istri orang menggendongnya.
"Ayo Sayang pergi sama Papa ke dokter. Nanti keburu kesiangan."
"Tante.. tunggu aku ya..." Andi masih saja berusaha keras.
"Gak boleh. Weekkkk. Nih Om bisa peluk Tante Ayu. Kamu mana bisa? Makanya cepet gede!" Dio memelukku dari belakang untuk memanas-manasi Andi.
"Ma... Om Dio tuh.. Ambil Tante Ayu punya Andi...hu..hu..... " Andi menangis dan minta diturunkan. Namun Om Danu suami Tante Irma dengan sigap menggendong anaknya.
Mama Lia yang mendengar tangisan Andi pun mendekat mencari tahu ada kejadian apa. Eh ternyata malah anaknya sendiri yang biang kerok.
"Ini anak ya. Demen banget ngerjain anak kecil. Sampai nangis kejer begitu." Mama memukul lengan Dio sebagai hukuman atas kenakalannya. "Maaf ya Danu, Irma. Anak Mbak ini memang jahil. Udah lama loh Dio gak jahil kayak gini. Mulai kumat lagi nih anak."
Mama memelototkan matanya membuat Dio makin ngumpet di belakang badanku.
"Yah Om Dio takut sama Mamanya... he..he..he.. makanya jangan nakal." semua yang mendengar perkataan Andi langsung tertawa karena habis nangis Andi langsung menertawai Dio.
"Heh awas ya, nanti habis disunat punya kamu Om Dio sentil loh!"
"Mamaaaaa...." Andi langsung kabur karena takut dengan ancaman Dio.
"Dioooo!" Mama Lia berkacak pinggang mengomeli Dio.
"Sudah... sudah... semuanya siap-siap. Acaranya akan mulai jam 1 siang. Ayo yang belum dandan segera dandan. Kalau mau di make up dengan MUA ada di dalam kamar saya ya." Tante Irma pun membubarkan kerumunan agar bersiap-siap.
Acara khitanan akan dimulai jam 1 siang. Pesiapan sudah rapi dan beres. Katanya. Karena aku belum melihat langsung. Sejak semalam aku kan masih berkutat di rumah Tante Irma. Belum sempat melihat tempat resepsi.
Dio merangkulku dan mengajak ke kamar untuk siap-siap. Aku mengiyakan saja ajakannya takut jika tidak siap-siap dari sekarang nanti tidak keburu.
Sampai di dalam kamar Dio bukannya bersiap-siap eh malah tidur-tiduran di kasur.
"Tadi nyuruh siap-siap kok malah tidur-tiduran sih?"
"Masih ngantuk, Yu. Kamu kenapa sih setting alarmnya kepagian? Mana kenceng banget lagi suaranya terus tiap 5 menit bunyi, jadi seger mata aku."
Melihat Dio tiduran aku juga jadi ingin tiduran di kasur. Ah nyamannya kasur ini. Pasti ini kasur puluhan juta seperti di kamar hotel.
"Biar kamu langsung bangun. Kan malu kalau yang lain sudah bangun dan bantuin kamu masih molor. Nanti takutnya aku dibilang gak bangunin kamu lagi."
"Ih kamu malah ikut tiduran. Kamu kan harus siap-siap make-up dan pakai kebaya. Nanti telat loh." sekarang gantian Dio yang menceramahiku.
"Aku masih ngantuk sebenarnya. Kamu sih enak tadi bangunnya 2 jam setelah aku bangun. Aku ngantuk banget nih. Bawaannya pengen tiduran aja."
Dio memukul lengannya memberi isyarat agar aku menggunakan lengannya sebagai bantal. "Gak mau ah. Kalau deket-deket nanti kamu nepsyong lagi." tolakku.
"Enggak. Tenang aja. Sini." Dio menepuk lagi lengannya. Aku mengalah dan menggunakan lengan Dio sebagai bantal.
Dio mengusap lembut rambut panjangku. Tiba-tiba aku teringat perkataan Tante Irma saat pertama kali kami datang kesini. Tante Irma bilang kalau Dio memilihku, aku harus menanyakannya pada Dio.
"Hmm... Dio, kok waktu pertama kali ketemu dengan Tante Irma beliau bilang kalau kamu gak salah pilih. Maksudnya apa ya? Kan pernikahan kita bukan karena kamu pilih aku tapi memang karena suatu musibah."
Dio mengerutkan kedua alisnya mendengar pertanyaan dan perkataanku. "Sst... jangan bilang musibah ah. Bagiku kejadian kita itu sudah jalannya Tuhan."
"Terus maksudnya kamu pilih aku tuh apa?"
Dio terdiam. Seperti sedang memikirkan apakah akan jujur atau menutupi segalanya.
"Dio?" aku menagih jawaban darinya.
"Kamu inget gak pertama kali kita ketemu? Dari awal aku memilih duduk di dekat kamu ya karena aku yakin diantara tempat kosong di diskotek dan cewek cantik lain entah mengapa aku lebih memilih join di meja kamu. Itu alasan pertama."
"Lalu alasan kedua apa?"
"Alasan kedua adalah..... "
*****
Vote dulu dong yang banyak kalau mau tau jawabannya 😅😅😅
Keasyikan baca sampai lupa kasih like dan vote ya? Ayo dong vote yang banyak.
Pilih mundur✊️
ntar papanya meninggal kan akhirnya warisan buat dia juga
Smoga Ceritanya Yg Bagus...😘👍🏻
Namanya Ayu 👍🏻👍🏻