Adrian adalah pemuda biasa yang berasal dari kampung. berkat kehebatan dan kejeniusannya, dia berhasil bangkit dan menjadi pemuda yang paling di takuti di dunia bawah tanah Eropa. bahkan negara-negara di benua Eropa maupun di luar Eropa, sangat menghargai Adrian berkat kejeniusan dan latar belakangnya sebagai raja bawah tanah Eropa.
Namun Adrian meninggalkan semua status dan gelarnya yang telah dibangunnya itu demi baktinya kepada bibinya. Namun, sebuah hal buruk terjadi pada kekasih dan keluarganya. dengan terpaksa, dia menggunakan kekuatan dan pengaruhnya lagi demi melindungi kekasih dan keluarga tercintanya.
Untuk kisah lengkapnya, silahkan lanjutkan membacanya di karya baru saya ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elang Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 : Pemburu Yang Diburu
…
…
“Kak Adrian, tadi kamu hebat sekali!”, dalam mobil, Andini memuji memuji Adrian dengan mata yang berbinar. Dia harus mengakui, bahwasannya Adrian jago berkelahi dan berani memukul para Tuan muda itu.
Sedangkan dengan Melisa yang sedang mengendarai mobil, mencuri-curi pandang sesekali dengan rasa ingin tahu. Meskipun Adrian jago berkelahi, dia merasa Adrian bukan orang biasa.
Gerakannya sangat cepat akurat. Akan tetapi, setiap pukulan yang dilayangkan tidak mengarah pada tubuh bagian vital orang-orang tersebut. Gaya bertarung yang diperlihatkannya sudah seperti seorang guru mengajari muridnya.
“Pemuda ini sangat luar biasa!”
Melisa bergumam dalam hati memuji Adrian, dan diam-diam semakin menaruh hati kepada Adrian.
“Oh,, biasa saja!”, Adrian tersenyum sambil menyentuh kepala Andini. “Apakah ada lagi yang perlu kamu beli?”, tanya Adrian mencoba mengalihkan pembicaraan.
Gadis kecil itu memanyunkan bibir kecilnya sambil berpikir sejenak. Dia tidak buru-buru kembali ke rumah, soalnya kakaknya, Amanda masih sibuk di kantor yang berkutat dengan pekerjaan.
“Bagaimana kalau kita nonton bioskop dulu?”, tiba-tiba sebuah ide muncul di benak Andini.
“Baiklah!”, Adrian tersenyum, kemudian menatap Melisa yang berada di depan kemudi. “Melisa, tolong turunkan kami dengan depan bioskop ya?”, pintanya sambil tersenyum kepada Melisa.
“Apa saya boleh ikut?”, tiba-tiba sebuah kalimat langsung keluar dari mulut Melisa. Setelah itu, diapun langsung menundukkan kepala dengan sedikit malu. “Oh tuhan,,!, ada apa dengan saya!”, celotehnya dalam hati.
“Baiklah, mari kita pergi nonton bersama”, jawab Adrian. Mobil itu pun terus melaju di jalanan kota Guangzhou.
Setelah mengemudi beberapa saat, Adrian tidak dapat menahan untuk tidak mengernyitkan kening. Instingnya mengatakan, jika mereka sedang diikuti.
…
Pada saat yang bersamaan, di sisi lainnya. Zhao Lee yang berada di dalam mobil Van yang sedang melaju, dia menatap ke depan sambil terus mengikuti mobil Lamborghini yang dikendarai Melisa dari belakang.
Tidak terlalu sulit bagi Zhao Lee dan teman-temanya untuk menemukan mobil yang dinaiki Adrian. Soalnya, jenis mobil, warna, nomor kendaraan beserta arah mobil tersebut terlihat jelas dalam video. Yang perlu dilakukan hanyalah sedikit perhatian.
Toni yang mengendarai mobil, sedikit mengernyit menatap Lamborghini yang berada depannya itu, dia sedikit takut dalam hatinya. Meskipun kota Guangzhou adalah kota industri dan banyak orang-orang kayanya. Namun dapat dihitung jari, orang-orang yang dapat mengendarai mobil Lamborghini.
Selama ini, Toni selalu mencari tahu latar belakang korban-korbannya sebelum dihabisi. bagaimanapun, dia tidak akan berani memprovokasi seseorang yang tidak seharusnya dia provokasi. Oleh sebab itulah, Toni dapat menjadi tangan kanan penguasa bawah tanah kota Guangzhou dengan lancar.
Namun, pikiran itu hanya singgah sesaat di benaknya, setelah mengingat orang-orang yang dipukuli Adrian adalah para Tuan muda kota Guangzhou, ditambah juga Zhao Lee yang merupakan Tuan Muda dari Beijing.
Setelah menjernihkan pikirannya, Adrian menunjukkan senyum ganas di wajahnya. Mungkin, dengan melayani para Tuan Muda ini, dia dapat dihargai oleh pemimpinnya dan dipromosikan menjadi penguasa bawah tanah kota Guangzhou.
“Tuan Muda Zhao!, pemuda tersebut tidak akan dapat Lolos dari cengkraman kita. Nanti Tuan Muda dapat menghabisinya dengan cara apapun”, ucap Toni mencoba menyenangkan Zhao Lee.
“Saya tidak akan memberi kematian yang mudah bagi bocah itu!. Saya akan menyiksanya dulu sampai puas”, Zhao Lee bicara dengan nada angkuh. “Dan saya juga akan menyeret kedua gadis itu ke atas tempat tidur melayani saya!”, Zhao Lee menambahkan sambil.
Saat ini mobil yang dikendarai Melisa telah keluar dari jalan Tol, dan beberapa kilometer lagi, mereka akan segera sampai di bioskop yang dibicarakan Andini.
“Melisa, pertahankan laju mobilnya. Jangan ditambah dan juga jangan dikurangi. Di depan ada persimpangan, turunkan saya di sana, nanti saya akan menyusul kalian di bioskop. Soalnya ada sesuatu yang hendak saya beli dulu!”, Tiba-tiba Adrian bicara mengeluarkan perintah dengan ekspresi kening yang masih mengkerut, setelah dia melihat rambu-rambu jalan sebelumnya.
“Baik!”, sahut Melisa dengan santai, setelah melihat ekspresi tegang Adrian dari kaca spion dashboard.
Meskipun Adrian bicara dengan samar-samar, Melisa tetap memperhatikan Adrian dengan seksama dari kaca dashboard, dan dia juga memperhatikan beberapa mobil Van yang mengikuti mobil dari tadi. Melisa pun tidak dapat menahan diri untuk tidak mengernyitkan keningnya juga setelah menyadari semua itu.
“Kakak Adrian, apa yang mau kakak beli?, apa perlu Andini temani?”, Andini menawari kepada Adrian.
“Tidak perlu!, kamu tunggu saja di bioskop bersama dengan Melisa. Nanti saya akan menyusul”, sahut Adrian sambil tersenyum tipis.
“Melisa, tolong jaga Andini buat saya?”, ucapnya lagi setelah melirik Melisa yang berada di depan kemudi.
Melisa yang sudah mengerti dari maksud dan kata-kata Adrian tersebut, dia menganggukkan kepala. “Baik, saya mengerti!. Jaga diri kamu!”, sahut Melisa.
Beberapa saat kemudian, mobil itu pun berhenti tepat di persimpangan jalan yang disebutkan Adrian sebelumnya. Adrian langsung turun dari mobil, lalu menyuruh Melisa pergi menuju bioskop, tempat yang telah mereka sepakati sebelumnya.
Sebelum pergi, Melisa menatap Adrian Dari dalam mobil dengan sedikit kekhawatiran. Namun setelah menyadari kehebatan Adrian, dia pun langsung membuang jauh-pikiran itu.
Sedangkan dengan Andini yang melihat tatapan Melisa terhadap Adrian yang agak lain, dia pun mengernyitkan alis dengan penasaran. “Kak Melisa, mengapa kakak menatap Kak Adrian seperti itu?. Jangan-jangan…….!!”.
Sebelum Andini menyudahi kata-katanya, Melisa buru-buru menyumpal mulut Andini dengan telapak tangan. “Stop, jangan berpikiran yang aneh-aneh!”, ucap dengan pipi yang mulai terlihat sedikit kemerah-merahan. Setelah mengatakan itu, Melisa melajukan mobilnya kembali menuju ke bioskop.
Setelah menurunkan Adrian di persimpangan, mobil Lamborghini tersebut langsung melaju ke arah yang berbeda.
Melihat Adrian yang diturunkan dan di tinggalkan oleh pengemudi Lamborghini tersebut, memaksa Toni untuk mengernyitkan kening sambil menatap Zhao Lee yang berada di samping. “Tuan Muda Zhao. Apa yang harus kita lakukan?”, Toni bertanya dan meminta saran dari Zhao Lee.
Zhao Lee berpikir sejenak. Dia sudah mengantongi informasi Melisa yang belajar di universitas Guangzhou ketika berada dalam kereta. Menggunakan koneksi keluarganya, tidak sulit bagi Zhao Lee untuk menemukan tempat tinggal Melisa.
“Ikuti bocah itu!,” terik Zhao Lee sambil menunjuk ke arah Adrian yang sedang berjalan ke sebuah gang sempit.
“Baik Tuan Muda!”, sahut Toni yang langsung mengikuti Adrian dari belang dengan menjaga jarak, yang mengarah ke sebuah gang buntu.
“Apa,,!”, teriak Toni setelah menyadari Adrian yang tiba-tiba menghilang. Padahal pandangannya dari tadi tidak lepas sedikitpun dari Adrian.
“Kemana perginya bocah itu?”, Zhou Lee dan Toni berpikir secara bersamaan.
“Apakah saya yang kalian cari?”
Di ujung gang yang tidak terlalu terang, Adrian bicara sambil berdiri dengan melipat kedua tangan di dada dengan angkuh.
Zhao Lee melebarkan bola matanya setelah mengetahui keberadaan Adrian. “ Cepat Cepat tabrak bocah Sialan itu!”, teriak Zhao Lee.
Anak buah Toni yang mendengar perintah itu, dia langsung melaju mobilnya dengan kencang ke arah Adrian.
“Bum Brak,,!”
Terdengar sebuah suara dentuman keras, yang berasal dari mobil yang hendak menabrak Adrian. Namun sayang, Adrian kembali menghilang dengan secepat kilat. Alhasil mobil tersebut langsung menabrak dinding beton setinggi 10 meter.
Zhao Lee langsung buru-buru keluar dari mobil sambil tersenyum bahagia setelah menyadari gang tersebut buntu. “Cepat, tutup pintu masuk dan kepung gang ini!”, Zhao Lee memberikan perintah lagi kepada Toni dan anak buahnya dengan berteriak.
“Mengapa kalian baru datang sekarang?, padahal sudah dari tadi saya menunggu kalian”.
Berkat kecepatan Adrian yang luar biasa, kali ini dia telah muncul kembali berdiri di pintu masuk gang sambil berceloteh dengan sombong.