NovelToon NovelToon
Gadis Incaran Tiga CEO Kembar

Gadis Incaran Tiga CEO Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Nikah Kontrak / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Harem
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fitria callista

Gricelin Noah Fallon ingin merayakan ulang tahun Calon Tunangannya Harley Gunawan dihotel, tak disangka Harley yang ditunggu tidak datang dan malah tiga pria lain yang masuk ke dalam kamar hotel yang dia pesan.

Dia yang sudah diberikan obat perangsang oleh ibu kandungnya tidak bisa menolak sentuhan pada kembar dan sangat hebat diatas ranjang.
Tak disangka, semua hal yang terjadi malam itu adalah konspirasi ibu kandungannya Marina Fallon, yang ingin menghancurkan hidupnya dan membuat Harley berpaling pada anak tirinya Diandra Atmaja.
Semua itu, ibunya lakukan untuk mendapatkan cinta dari suami dan anak tirinya.
Tapi takdir berkata lain, Gricelin yang hamil anak ketiga kembar itu malah dicintai secara ugal-ugalan, bahkan ketiga kembar itu membantunya balas dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria callista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

Malam hari tiba, Rava tetap berada didalam kamarnya.

"Mulai hari ini, kita akan tidur bersama!" titah Rava, tatapannya terus tertuju pada Gricelin.

Sementara Gricelin malah terkejut.

Rasa tidak nyaman langsung menghampiri dirinya.

"Tapi ... Sayang, bukankah kita belum menikah?" ucap Gricelin tanpa sadar, mengingat nasihat ayahnya dulu.

Kalau belum menikah, dilarang berada satu kamar dengan lawan jenis.

Rava menaikkan satu alisnya penuh minat, dia menutup laptopnya berjalan mendekat ke arah Gricelin yang melongo. "Apakah kamu begitu tidak sabar untuk menikah denganku?"

Melihat ekspresi wajah polos Gricelin seperti ini, membuat hati Rava senang.

Sekarang dia merasa hari-harinya lebih berwarna.

Reflek Gricelin langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dia menolak tegas ucapan Rava barusan. "Bukan-bukan begitu sayang."

"Terus?" Rava malah melepas setelan tuksedo miliknya, memperlihatkan otot-otot miliknya yang sixpack.

"Aku takut kalau sampai terjadi apa-apa dengan kita," sahut Gricelin polos, kedua pipinya sudah semerah tomat.

Saat posisi seperti ini, dia merasa otaknya yang pintar menjadi bodoh karena kesulitan untuk berpikir.

Rava mendekatkan dirinya sampai tak berjarak dan memeluk Gricelin, saat tubuh wanita itu menempel ditubuhnya.

Dia membawa Gricelin tidur diatas kasur dengan lembut.

"Bukankah malam itu, kita sudah melakukannya. Dan sekarang aku ingin mengulanginya lagi."

Deg.

Jantung Gricelin seperti berhenti berdetak seketika.

Rava menghirup aroma tubuh Gricelin. "Ayo kita lakukan lagi!"

Gricelin berusaha menolak permintaan Rava, tapi yang keluar dari mulutnya hanya suara tidak jelas.

Rava, yang semakin dekat dengan Gricelin, perlahan menyingkapkan baju wanita itu sambil menatap dalam ke mata Gricelin yang terlihat gugup.

Pipi Gricelin yang merah membara menandakan rasa malu dan ketakutannya, namun Rava berusaha menenangkannya dengan kata-kata yang penuh ketulusan.

"Kamu nggak perlu takut, setelah semua identitas mu selesai di urus. Kita akan langsung menggelar pernikahan dengan mewah, dan aku akan menjadikanmu istri paling bahagia di dunia ini," ucap Rava dengan nada yang lembut namun serius, memastikan setiap kata terdengar meyakinkan.

Gricelin, meski hatinya belum sepenuhnya terpaut pada Rava, tidak bisa mengingkari bahwa hanya Rava yang selama ini selalu ada untuknya, mendukung dan peduli pada setiap langkahnya.

Kedua mata Gricelin yang awalnya penuh kebingungan, perlahan mencari kejujuran dalam sorot mata Rava yang teduh.

Dalam diam, ada secercah harapan yang mulai tumbuh di hati Gricelin, mungkin, hanya mungkin, hidup bersama Rava tidak akan seburuk yang ia bayangkan.

Gricelin mengangguk.

Malam itu, suasana kamar dipenuhi dengan cahaya redup dari lilin elektrik yang menyala di sudut ruangan, menciptakan aura yang romantis dan penuh gairah.

Rava, dengan gerakan yang perlahan dan penuh perhitungan, mematikan lampu, meninggalkan semburat cahaya lilin yang semakin menambah kesan intim.

Ia kemudian melepas celananya dengan gerakan yang tenang namun penuh maksud.

Gricelin, yang telah tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, duduk di tepi ranjang dengan posisi yang elegan namun penuh rasa malu.

Pipinya merona merah, matanya menunduk, tidak berani menatap langsung ke arah Rava.

Tubuhnya terasa hangat dan jantungnya berdegup kencang, menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Rava mendekat, tiap langkahnya terasa begitu menggema di hati Gricelin.

Ia berhenti tepat di depannya, menatap dalam ke dalam mata Gricelin yang seakan-akan sedang mencari perlindungan dan juga penyerahan.

Rava meraih tangan Gricelin, mengangkat wajahnya yang malu-malu untuk menatapnya lebih dalam.

Napas mereka berbaur, menghangatkan udara di sekitar mereka yang sudah dipenuhi dengan aroma lilin aromaterapi.

Dengan lembut, Rava membisikkan kata-kata yang penuh cinta dan gairah, menggugah seluruh indera Gricelin.

Bahkan Rava juga meraba dengan lembut beberapa area sensitifitas Gricelin.

Gricelin membalas dengan senyuman yang manis, melepaskan segala ketegangan dan keraguan di hatinya.

Mereka berdua kemudian melangkah bersama ke dalam rangkaian keintiman yang akan membawa mereka menjelajahi kedalaman cinta dan hasrat, mengarungi surga dunia yang hanya mereka berdua yang mengerti.

Selang satu jam kemudian.

Napas Gricelin terengah-engah, dia menatap Rava dengan tatapan memohon saat Rava menatapnya. "Sayang, bisakah kita berhenti!"

"Kenapa?" tanya Rava yang sekarang ini berada dibawah tubuh Gricelin.

"Aku sudah tidak kuat lagi!"

"Tapi sekarang nanggung!" Sekarang gantian Rava yang memandang Gricelin dengan tatapan memohon.

"Jhony ku mau menyemburkan larva lagi! Kalau gak disemburin, nanti larvanya bisa marah dan membuatku tersiksa, mereka akan memakan dagingku dari dalam!"

Sontak saja Gricelin memasang wajah takut, tentu saja dia tahu apa yang dimaksud Rava.

Walaupun dia pintar, tapi dia sangat polos jadi begitu mudah terbodohi.

"Baiklah! Tapi hanya satu kali saja, besok aku mau berangkat kuliah. Aku ... Aku takut kalau nggak bisa jalan."

Rava mengangguk, menyetujui keinginan Gricelin.

Akhirnya permainan pun lanjut, "sayang, tolong kamu gerak ke kanan dan ke kiri!"

Gricelin yang sudah sangat lelah menurut, tapi saat melakukan apa yang diperintah Rava.

Tiba-tiba dia malah menjerit kesakitan.

Bahkan suaranya menggema sampai ke kamar Rivan.

Rivan yang sedang bermain game nampak terkejut.

"Kenapa suara erangan Gricelin bisa masuk ke sini?" Rivan menjeda gamenya sebentar untuk berpikir keras. "Mungkin saja dia sudah sembuh, kalau begitu besok aku bisa meminta maaf!"

*****

Mata Gricelin terbuka perlahan, terbiasa oleh sinar matahari yang menyelinap masuk melalui celah jendela.

Hangatnya sinar pagi itu berpadu dengan hembusan napas yang lembut menyapu wajahnya.

Saat sadar sepenuhnya, dia mendapati Rava sudah duduk di sisi tempat tidur, memandangnya dengan tatapan yang sangat intens.

"Pagi," ucap Rava dengan suara serak, namun lembut.

Gricelin yang merasa terperanjat, segera menjauhkan diri, dan instingnya membuatnya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang.

Kenangan dari malam sebelumnya masih segar dalam ingatannya, bagaimana keduanya terlarut dalam keintiman tanpa sehelai benang pun yang memisahkan mereka.

"Ayo kita mandi bersama, aku tahu kamu kesulitan kalau sendiri!" Rava berkata sambil tersenyum nakal.

Sebelum Gricelin sempat merespon, Rava sudah mengangkatnya dengan lembut.

Gricelin yang masih dalam kebingungan hanya bisa pasrah dalam dekapan Rava, hatinya berkecamuk antara rasa malu dan rasa nyaman yang ditimbulkan oleh keintiman yang baru saja mereka bagi.

Apalagi dia yang sekarang baru bangun tidur, tentu saja otaknya masih kesulitan untuk berpikir alias 'eror'.

Dengan lembut, Rava membaringkan tubuh Gricelin di atas bathtub berisi air hangat.

Tubuh Gricelin merinding, tidak karena dingin, tapi karena ingatan akan kejadian semalam yang membuatnya berpikir akan hal yang sama terulang kembali sekarang.

Namun, ketakutan itu segera sirna ketika Rava hanya sibuk mengambil spons dan sabun, kemudian mulai memandikannya dengan hati-hati.

"Aku minta maaf untuk semalam, sayang. Aku benar-benar kesulitan mengendalikan diri. Kamu sungguh...," ucapan Rava terhenti ketika Gricelin menatapnya dengan tatapan yang aneh.

Gricelin tidak bisa menahan senyum kecilnya.

Ekspresi Rava yang serius dan nada suaranya yang dingin, terasa lucu bagi Gricelin yang tahu bahwa di balik itu semua, Rava memiliki perasaan hangat untuknya.

Rava, menyadari tatapan Gricelin, hanya bisa tersenyum malu dan melanjutkan memandikan Gricelin, mencoba menunjukkan melalui tindakan sederhana itu bahwa dia memang peduli dan menyesali kehilangan kontrolnya semalam.

Air yang mengalir lembut dan sentuhan tangan Rava di kulitnya, perlahan menghapus kegugupan Gricelin, menggantinya dengan rasa aman dan dicintai.

Rava beberapa kali nampak menghentikan tangannya saat menggosok tubuh Gricelin, walaupun dia tahu Marina sering melakukan kekerasan pada anaknya.

Tapi Rava tidak pernah menyangka, akan ada banyak bekas luka dipunggung Gricelin.

Gricelin tidak menyadari, perubahan sedikit dari wajah Rava saat menggosok punggungnya.

Setelah selesai memandikannya, Rava kembali menggendongnya.

Gricelin menatap dari bawah, sosok Rava. "Apakah sekarang ini sebuah mimpi atau ilusi?"

Hatinya sekarang ini terasa sangat hangat, bahkan air matanya mengalir dari kedua pelupuk matanya.

Merasa terharu, masih ada orang yang bersikap baik padanya.

Sebelum ayahnya meninggal, semua orang memperlakukan dirinya baik.

Tapi setelah ayahnya meninggal, dia hidup bagaikan dineraka.

"Kamu mau memakai baju sendiri? Apa mau aku yang pakaikan?"

Gricelin menjawab, "aku memakai sendiri saja."

Rava mengangguk.

Setelah Gricelin selesai memakai pakaiannya, dia berdiri didepan cermin.

Rava dengan lembut mengeringkan rambutnya.

Lalu mengoleskan beberapa produk kecantikan ke wajahnya, Gricelin melihat mereka produk kecantikan itu tidak asing.

Dia mencoba mengingat, akhirnya dia ingat.

Itu adalah produk kecantikan mahal yang dulu dibelikan ayahnya untuknya.

Cuman sekarang bentuknya produk kecantikan itu berbeda, mungkin disesuaikan dengan umur.

"Perempuan itu harus selalu cantik!"

Kata-kata yang keluar dari bibir tampan Rava, langsung membuat Gricelin menoleh.

Padahal sebenarnya dia bisa melihat dari pantulan kaca, tapi dia memang merasa penasaran.

Kata-kata itu langsung mengingatkan Gricelin pada nasihat ayahnya.

"Walaupun aku seorang pencemburu! Tapi aku ingin melihat wanita yang aku cintai terlihat cantik dan bahagia," imbuh Rava tulus.

Hal yang sungguh berbeda dengan Harley.

Harley menyuruh Gricelin selalu berpenampilan polos, bahkan melarangnya merawat kulit.

Tapi Harley memberikan Diandra beberapa produk kecantikan mahal.

Mengingat hal itu, akhirnya Gricelin sadar.

Jika Harley hanya terobsesi memilikinya, dia tidak sungguh-sungguh mencintainya.

Setelah Rava selesai dengan urusan Gricelin, dia berjalan ke arah meja kerjanya.

Gricelin menarik tangan Rava.

Hal itu sungguh langsung membuat ekspresi wajah Rava sedikit berubah.

"Sayang, sekarang gantian aku yang mengeringkan rambutmu!" titah Gricelin malu-malu.

Rava mengangguk.

Gricelin bangkit, lalu menyuruh Rava duduk.

Selain mengeringkan rambut pria itu, dai juga mengoleskan beberapa produk kecantikan diwajah tampan Rava.

Saat mulai mengoles, Gricelin menatap Rava dengan intens.

Semakin menatapnya, dia merasa jika wajah Rava tidak asing.

Rava membuka kelopak matanya, membuat tatapan keduanya beradu.

Tubuh Gricelin membeku sebentar, lalu tanpa dia sadari.

Rava sudah melumat bibirnya.

"Ehhem, apakah aku menggangu kalian berdua?"

"Tak ku sangka, kalian berdua sungguh pasangan yang sangat romantis."

1
Isolde
Author jago banget bikin cerita gini, 😍terharu
Fitria Callista: Terimakasih banyak untuk komennya kak, bikin semangat.
total 1 replies
SGhostter
Suka banget sama karakter di cerita ini, tambah banyak lagi ya thor!
Fitria Callista: terima kasih banyak kak sudah mau komen, jadi semangat mau nulis.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!