Arawinda Bethany gadis polos dan lugu tapi dia sangat hiperaktif dan pecicilan, sikapnya yang hiperaktif dan pecicilan hanya untuk menarik perhatian sang Daddy yang membenci nya, karena gara-gara melahirkan Ara istrinya meninggal. Sampai pada suatu hari ada insiden, 'Ara berharap saat bangun nanti Ara bisa merasakan kasih sayang seorang ayah,' Ara membatin sebelum kehilangan kesadaran. Arawinda Bethany membuka matanya dan melihat orang-orang yang tidak dia kenali, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Bella bukan Ara. Ara melihat wajahnya yang berbeda dan membuat Ara bingung tapi setelahnya dia mengerti bahwa dia sedang ber transmigrasi ketubuh seorang Arabella Arshana. Arabella Arshana seorang gadis polos dan lugu sama seperti Arawinda Bethany tapi bedanya Arabella cupu dan pendiam. "Iyuhhh Ara gak suka pake kacamata. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
gadis polos yg lugu
"Tuan muda Dirgantara sedang dekat dengan seorang gadis. " ucap pria paruh baya yang selama ini mengawasi Panglima.
"Benarkah? Wahh ini bagus. " tanya teman pria tersebut.
"Bagaimana kita bermain sedikit? " usul Dani_si pria yang menguntit Panglima itu.
"Bermain seperti apa? " tanya Soni bingung_teman si Dani.
"Kita culik gadisnya itu. " ucap Dani seraya menyeringai.
"Kamu mau menargetkan gadis polos yang baik itu? " tanya Soni yang sudah tahu terlebih dahulu tentang Ara tapi dia memilih diam dan tidak memberitahu Dani.
"Kenapa tidak? Kita hanya menculik nya saja sebagai gertakan pada bocah ingusan itu. " ujar Dani seakan menyimpan dendam kepada Panglima.
"Gadis itu sebenarnya manis dan menggemaskan aku seperti tidak tega menculik gadis imut itu ditambah lagi kita tidak ada urusan dengan keluarga gadis itu. " ucap Soni yang masih ada sisi baiknya berbeda dengan Dani.
"Salahnya kenapa harus dekat dengan psikopat seperti Panglima itu, lagian kita menculik gadis itu hanya untung pancingan saja, aku pengin tau dimana Panji bersembunyi, "sahut Dani, dia ingin sekali mengetahui Panji_ayah dari Panglima itu bersembunyi, setelah perkumpulan mafia milik Panji diserahkan kepada Panglima, Panji menghilang bak ditelan bumi.
"Kau masih dendam rupanya dengan Panji itu, "
"Jelas, karena dia udah merebut kekuasaan yang seharusnya aku yang mendapatkan itu. "
"Tapi sekarang pun kamu juga sudah mendirikan mafia sendiri terus kenapa lagi harus dendam? " tanya Soni, bukankah Dani sudah mendirikan mafia sendiri tapi kenapa dia masih dendam kepada Panji padahal Panji adalah sepupu nya.
"Aku tidak Terima itu, seharusnya mafia yang di bangun oleh ayahku jatuh ke tangan ku tapi kenapa harus ke tangan keponakan ayahku itu. " geram Dani saat dia mengingat bagaimana dulu ayahnya memberikan jabatan ketua mafia kepada Panji bukan kepadanya.
"Itu karena kamu salah dan kemampuan kamu masih dibawah Panji saat itu. " sahut Soni mengingatkan kalau Dani yang salah, mafia yang didirikan oleh ayahnya Dani itu anti dengan main perempuan tapi si Dani anak pemilik mafia itu justru suka bermain perempuan dan sering ke club malam hanya itu mencari perempuan.
"Aku pria normal dan wajar saja aku bermain perempuan, dan untuk kemampuan sekarang aku sudah bisa menyeimbangi Panji. " desis Dani yang masih tidak ingin disalahkan.
Soni membuang nafas kasar, "beruntung kamu sudah berhenti bermain perempuan kalau tidak karma nya akan turun pada anakmu. "
"Aku tau, maka dari itu aku berhenti bermain perempuan karena aku sangat menyayanginya putri ku. "
Soni mengangguk senang, dulu temannya itu setiap hari bermain dengan perempuan yang berbeda namun setelah mengenal Dini_istri Dani, Dani jarang bermain perempuan tapi masih suka ke club hingga pada akhirnya Dini melahirkan anak perempuan yang mirip sekali dengan Dani sehingga membuat Dani sadar dan takut akan karma yang akan ditanggung putrinya atas perbuatannya.
"Bagimana rencana kamu tadi? Jadi? " tanya Soni.
"Menculik gadis itu? Jadi lah, aku ingin melihat seberapa sayangnya Panglima si bocah ingusan itu kepada gadis kecil itu. "
"Terserah kamu saja, tapi aku minta jangan di apa-apa kan gadis itu. "
Dani mengedikkan bahu nya, "tergantung, kalau dia tidak melawan aku tidak akan apa-apa kan dia. "
"Hufftt, oh ya bukankah putrimu sudah bekerja? " tanya Soni.
Dani tersenyum tipis, "iya, padahal aku masih sanggup untuk membiayai putriku itu tapi entah kenapa dia ingin sekali mandiri dan bekerja. "
"Kamu terlihat berat berjauhan dengan putrimu haha, " ledek Soni.
Dani mendelik, "selama 23 tahun aku merawat dan memanjakan nya dengan harta jadi wajar saja aku tidak ingin putri ku kelelahan karena bekerja dan aku memang berat berjauhan dengan putri ku karena selama ini dia selalu berada didekatku. "
"Dia sudah dewasa, Bro! Biarkan dia bekerja sambil mencari jodoh, apakah kamu tidak ingin menimang cucu? " jahil Soni.
"Diamlah, kalau ada yang ingin menjadi menantuku maka aku harus menguji nya dulu. "
"Kamu terlalu posesif. " cibir Soni.
"Karena aku menyayangi putri ku. " kesal Dani, sedari tadi temannya itu selalu mengejek nya.
"Yayayaya, kau sungguh penyayang anak. "
Dani tidak lagi menjawab dia lebih memikirkan bagaimana menculik gadis nya Panglima itu, sulit untuk menculik gadis itu mengingat jika kemana-mana gadis itu selalu ditemani dan tidak pernah sendiri.
***
"Bundaaaaa.. " pagi-pagi sekali Ara berteriak dan berlari kecil mencari sang bunda sambil membawa ayam ehh kucing peliharaan nya itu.
"Bunda kemana ya? " gumam Ara karena tidak melihat keberadaan bunda nya.
"Mungkin bunda masih di kamar, " ucap Ara lalu berjalan kearah kamar orang tuanya. Karena hari ini minggu maka keluarga Arshana masih sibuk di kamar masing-masing karena masih jam enak jadi mereka masih pada tidur.
Ceklek
Kebiasaan Ara langsung masuk ke kamar orang tuanya tanpa mengetuk pintu, jangan salahkan Ara tapi salahkan Radella dan Bima yang tidak mengunci pintu.
Ara melihat ayahnya sedang berada diatas sang bunda, dengan selimut yang menutupi tubuh mereka, Ara marah? Ara tidak marah karena ayahnya hanya berada diatas sang bunda tanpa menggigit tubuh bunda nya itu.
Radella dan Bima menoleh saat mendengar pintu kamar mereka dibuka, Bima menjadi was-was saat Ara menatap nya tanpa kedip.
"Bunda, ayah ngapain? " tanya Ara polos.
Radella menetap suaminya itu gugup, "g-gak ngapa-nagapain.. Oh ya kamu ngapain masuk kamar ayah sama bunda? " tanya Radella mengalihkan pembicaraan.
Ara tersenyum lalu mendekat keranjang orang tuanya membuat Radella dan Bima semakin saling lempar pandang, "Ara mau jogging bun. " seru Ara.
Radella dan Bima menghela nafas saat Ara terlihat tidak marah karena Bima berada diatas Radella.
"Sendiri? " tanya Bima.
Ara menggeleng, "sama ayamm. " Ara menunjukkan kucing yang sudah rapi dengan pakaian nya.
Bima dan Radella terkekeh melihat kucing yang berpakaian seperti gembel, "kenapa bajunya kresek hm? " kekeh Bima.
Ara tersenyum senang, "Ara gak punya baju buat ayam jadi Ara buatkan baju dari plastik, baguskan ayah, bunda? " tanya nya senang.
Radella terkekeh,"kucingnya ehhh ayamnya mirip gembel sayang, nanti kita beli baju buat ayam kamu ya. "
Ara mengangguk antusias, "iya bunda, kita beli nanti.. Yeayy ayam bentar lagi punya baju. " senang Ara sampai memeluk erat si kucing, dan si kucing hanya bisa pasrah mau diapakan pun oleh majikannya non akhlaknya tersebut.
Radella dan Bima lagi-lagi dibuat terkekeh oleh putri mereka itu.
Ara menatap kedua orang tuanya yang sedang main tindih-tindihan itu.
"Bunda gak keberatan? " tanya Ara.
"Berat kenapa sayang? " tanya Radella.
"Itu, ayah.. " tunjuk Ara pada Bima yang masih setia diatas Radella. Bagaimana Bima mau turun kalau sekarang ada Ara, kalau Bima bergerak turun maka selimut yang menutupi tubuh mereka akan tersingkap dan otomatis tubuh polos mereka kelihatan.
Radella dan Bima kembali saling pandang, "Mmm.. Gak berat sayang karena tangan ayah menumpu badannya jadi bunda gak ketindih. " jawab Radella berusaha tenang agar Ara tidak curiga.
Ara memiringkan kepalanya lucu, "mana tangan ayah? " tanya Ara lalu tangan mungilnya bergerak memegang ujung selimut yang menutupi tubuh orang tuanya.
"Sayang kamu mau ngapain? " tanya Bima was-was saat melihat pergerakan tangan mungil putri nya itu.
Pukk
Ara tidak menjawab di malah menarik selimut itu hingga selimut jatuh ke lantai.
Radella dan Bima memejamkan matanya nya karena malu, Ara sendiri memiringkan kepalanya lucu melihat kedua orang tuanya tidak memakai pakaian beruntung mereka tidak sedang melakukan Penyatuan.
Ara beranjak lalu mengambil selimut yang tadi sempat jatuh kelantai.
"Ini? Ara mau keluar dulu, " Ara memberikan selimut itu kepada kedua orang tuanya dengan wajah polosnya.
Bima menyambut selimut itu dengan wajah cengo, Bima bingung sebenarnya anaknya ini seperti apa polosnya sampai-sampai melihat orang telanjang pun tidak apa-apa tapi saat dia mencium bibir istrinya, Ara akan marah karena dikira dia mau memakan sang istri.
"Ayah, bunda!! Ara mau jogging dulu ya, papayyy.. " pamit Ara kemudian dia pergi keluar bersama peliharaan nya itu.
Radella hanya membalas lambaian tangannya sedangkan Bima masih cengo, Radella menatap suaminya itu kemudian terkekeh, dia tahu apa yang dipikirkan suaminya itu.
"Tenang saja mas, Ara memang tidak permasalahkan ini karena dia juga sering tidak berpakaian di depan ku. " kekeh Radella.
"Kamu sering melihat Ara tel**jang? " tanya Bima.
Radella mengangguk, "iya, semenjak dia berubah dia sering minta ku memandikan nya. " jelas Radella, Bima memang tidak tahu kalau biasanya Radella memandikan Ara.
"Itu sebabnya kamu lama di kamar Ara? Kamu memandikan nya? " tanya Bima dan Radella mengangguk.
"Lalu kenapa kemarin dia tidak memperbolehkan kami masuk? Itu berarti dia bisa malu kan? " bingung Bima, kalau anaknya itu kemarin malu berarti seharusnya ekspresi Ara saat melihat kedua Orang tuanya tidak menggunakan baju tidak setenang tadi kan?.
"Itu karena aku yang memberitahu nya untuk tidak memperlihatkan tubuhnya kepada laki-laki. " jelas Radella.
"Kalau kamu beritahu dia seperti itu terus kenapa tadi dia melihat kita biasa-biasa saja? " ahh Bima bertambah bingung.
Radella menggelengkan kepalanya, dia juga tidak tau kenapa ekspresi putrinya seperti biasa saja, tanpa mereka tau Ara menganggap bunda nya berbohong padanya.
***
"Kata bunda tidak boleh laki-laki liat tubuh kita tanpa pakaian, tapi ayah sama bunda tadi tidak memakai baju.. Ishh bunda tipu-tipu Ara. " cemberut Ara sambil berjalan keluar rumah.
Ara berlarian kecil di sekitar rumahnya bersama kucing yang dia japit di ketiaknya, si kucing hanya bisa pasrah lagi dan lagi.
Sekitar setengah jam Ara sampai di taman yang tidak jauh dari rumahnya, Ara duduk di kursi panjang yang ada di taman itu.
"Ayam Ara capekk, Ara mau beli minum tapi Ara lupa minta uang ke ayah. " cemberut Ara, kenapa dia sampai lupa meminta uang kepada ayahnya itu.
Ara mengayunkan kaki kecilnya sambil manyun karena tidak bisa jajan.
"Hai cantik, " sapa seorang pria yang seperti nya berumur seperti ayahnya.
Ara mendongak menatap pria yang tadi menyapa nya, "Om siapa? " tanya Ara dengan wajah polos dan mata bulatnya.
'Gadis kecil ini sungguh menggemaskan. 'Batin si pria tersenyum manis kearah Ara.
Ara memiringkan kepala nya lucu, "om? " panggil Ara karena melihat pria itu melamun.
"E-eh iya, kamu sendiri kesini? " tanya pria itu.
Ara menggeleng, "no, Ara sama ayam. " sahut Ara.
Si pria menatap bingung, mana ayam yang dimaksud gadis imut didepannya itu, disini tidak ada ayam hanya adaaa...
"Ayam? " tunjuk pria itu pada si kucing yang sedang merebahkan diri di kursi tersebut.
"Hu'um, " Ara mengangguk lucu.
Si pria terkekeh, 'benar-benar gadis kecil yang polos. 'Batin nya.
"Mau ikut om gak? " tawar pria itu.
"Ara gak kenal sama om, Ara gak mau ikut. " sahut Ara polos.
"Kenalan dulu? " tawar pria itu.
"Boleh, " seru Ara. "Nama Ara, Arabella Arshana putri cantiknya ayah Bima hihi. " ujar Ara sambil cekikikan.
'Ah dia sungguh menggemaskan tapi sayang kenapa harus dia yang menjadi gadis dari anaknya Panji itu, 'batin si Dani, yaaa pria yang menemui ahh lebih tepatnya ingin menculik Ara itu adalah Dani.
"Panggil Om dengan sebutan Om Dani yah.. " ucap Dani.
"Hu'um, oke om Dani.. " seru Ara.
"Bagaimana? Mau ikut om? " tawar Dani.
"Kemana? " tanya Ara polos.
"Beli es krim mau? "
Ara mengangguk semangat, "mau mau mau. "
Dani tersenyum miring, 'gadis polos yang lugu seperti anak anak, ' batin Dani.
"Ayo, ikuti om. " ajak Dani.
"Hu'um, " Ara beranjak dari duduk nya kemudian mengikuti Dani dari belakang. Sedang kan Dani tersenyum miring karena dengan mudah nya membawa gadis kecil yang imut itu.
***
Mungkin yg di uji Soal anak Tk 😅