Anara gadis 25 tahun mengalami kecelakaan setelah mengetahui perselingkuhan calon suaminya dengan kakak tirinya. Tubuhnya yang tidak berdaya dan dinyatakan koma, tetapi ternyata arwahnya gentayangan. Arwah bisu itu harus menyaksikan banyaknya kepalsuan yang terjadi selama hidupnya. Ibu diri yang dianggap sudah sebagai ibu kandungnya yang ternyata juga selama ini hanya berpura-pura baik kepadanya. Tetapi takdir berkata lain, Dokter tidak bisa menyelamatkan Anara.
Anara menangis meminta keadilan untuk hidupnya, meminta kesempatan agar diberi kehidupan kembali untuk membalaskan dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Siapa sangka di saat matanya terbuka, Anara
berubah menjadi anak kecil yang berusia 6 tahun, walau tubuh Itu tampak kecil, tapi sisi dewasanya masih ada. Anara gunakan kesempatan itu untuk membongkar kepalsuan ibu tirinya.
Jangan lupa untuk ikuti terus novel saya.
Follow Ig saya : Ainuncefenis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Panik
"Apa maksud Mas?" tanya Tami memastikan yang masih berusaha untuk tenang.
"Dia mengatakan bukan dia yang telah membuat kopi itu dan juga bukan dia yang menyuruh pelayan yang ada di rumah ini untuk libur. Meski semua bukti tertuju padanya dan Indah cukup memiliki keberanian menantang saya agar masalah ini dibawa ke pihak berwajib. Tidak adil untuk Indah jika saya tidak memberi kesempatan untuk dia membenarkan bahwa dia tidak bersalah. Seperti apa yang saya katakan sebelumnya, bahwa dia sudah bekerja begitu lama di rumah ini dan bahkan merawat Anara dari kecil," jelas Haris dengan panjang lebar.
Wajah Tami terlihat panik dengan seketika menjadi gelisah dan bahkan tangannya bergetar yang masih memegang cangkir kopi tersebut.
"Tami, Indah yang berurusan dengan Polisi dan kenapa kamu yang terlihat pucat?" tanya Haris yang membuat Tami langsung melihat ke arah suaminya itu.
Haris telah memperlihatkan bahwa dia jelas-jelas mencurigai istrinya.
Haris berdiri dari tempat duduknya, "kamu jangan lupa menyuruh Nindy untuk menemui saya," ucap Haris yang langsung keluar dari area bangku kerjanya dan keluar dari ruang kerja itu yang meninggalkan istrinya.
"Apa-apaan ini? Apa maksud dia mengatakan seperti itu kenapa dia telah mencurigai ku. Apa yang telah dikatakan Indah sehingga laki-laki tua itu berubah pikiran dan hubungan Nindy dan Heri apa Mas Haris sebenarnya tahu," ucap Tami yang semakin tidak tenang terlihat frustasi yang menyibak rambutnya ke belakang.
****
Haris yang baru keluar dari ruangan itu menghela nafas.
"Aku harus menemui Nesya, Nesya pernah mengatakan padaku melihat transferan curiga dari Rudi," batin Haris yang ternyata masih banyak sekali yang harus dia lakukan.
"Om!" Haris menoleh ke arah suara tersebut yang tak lain adalah Nara.
"Nara! Kamu kenapa keluar dari kamar? Apa luka kamu sudah tidak sakit lagi?" tanya Haris.
"Sudah tidak! .... Om mau kemana?" tanya Nara.
"Om ada janji dengan klien di rumah sakit. Kamu mau ikut?" tanya Haris yang biasanya Nara yang meminta ikut dan sekarang dia mengajak anak kecil tersebut yang mungkin takut terjadi sesuatu padanya.
"Boleh!" jawab Nara dengan senang hati.
"Kalau begitu ayo kita pergi!" ajak Haris yang membuat Nara menganggukkan kepala dan seperti biasa tangan mereka bergenggaman.
"Kenapa harus bertemu klien di rumah sakit? Apa klien Om juga sedang sakit?" tanya Nara sembari mereka berdua berjalan.
"Om juga ingin sekalian bertemu dengan putri Om," jawab Haris.
"Begitu!" sahut Nara yang tidak banyak tanya lagi yang pasti sangat senang sekali jika diajak.
****
Rumah sakit.
Mobil itu yang akhirnya berhenti di depan rumah sakit. Nara dan Haris yang keluar dari mobil.
"Pak Haris!" Nesya yang ada di sana langsung menghampiri Haris dengan menundukkan kepalanya.
"Kamu sudah lama sampai?" tanya Haris.
"Saya baru saja tiba dan saya pikir bapak sudah berada di rumah sakit, jadi saya takut terlambat," jawab Nesya.
"Saya juga baru tiba," jawab Haris. Nesya menganggukkan kepala dengan tersenyum.
"Ayo!" Haris yang terlihat mempersilahkan jalan untuk Nesya berjalan terlebih dahulu yang membuat Nesya menganggukkan kepala.
"Bukankah tadi Papa mengatakan ingin bertemu dengan klien dan kenapa papa malah bertemu dengan Nesya," batin Nara dengan penuh tanya yang sekarang sudah berjalan bersama Haris dengan tangan mereka berdua yang masih tetap bergenggaman.
Mereka bertiga yang terlihat berjalan di koridor rumah sakit yang sejak tadi membuat Nara kebingungan.
"Nara kamu sebaiknya menunggu di ruangan putri Om. Om ingin bicara sebentar dengan tante Nesya," ucap harus menghentikan langkah itu menghadap Nara.
"Nara tidak mau berada di ruangan putri Om," jawabnya yang memang jika dia berada di sana maka tubuhnya akan sakit.
"Nara tidak suka dengan bau obat dan suara mesin yang terdengar sangat berisik. Jadi Nara akan menunggu di sini saja," ucap Nara memberikan alasan yang lanjut.
"Kamu yakin tidak apa-apa menunggu di sini dan bagaimana jika nanti kamu menghilang?" tanya Haris yang terdengar begitu khawatir.
"Nara tidak akan kemana-mana. Nara akan duduk di sana!" tunjuk Nara pada salah satu bangku.
"Baiklah! kalau kamu memang lebih nyaman di sana daripada di ruangan putri Om. Maka kamu di sana saja, Om tidak akan lama," ucap Haris yang memberikan Nara kepercayaan.
"Baiklah," ucap Nara.
Haris yang tersenyum mendengarnya dan mempersilahkan Nesya kembali untuk berjalan terlebih dahulu yang mana akhirnya mereka berdua meninggalkan Nara.
"Sebenarnya apa yang dibicarakan papa dan juga Nesya? kenapa mereka berdua harus berbicara di rumah sakit dan apa tidak bisa besok di Perusahaan, sepertinya mereka sudah berjanji terlebih dahulu. Aku jadi penasaran, kenapa Papa tidak mengajakku saja sekalian,"
"Nara tidak mungkin juga dia mengajak anak kecil sepertimu yang ada papa kan berpikiran kamu hanya mengganggu saja. Tapi bagaimana aku bisa tahu apa yang mereka bicarakan jika aku masih tetap berada di sini. Huhhhh seharusnya aku menjadi hantu saja dan dengan begitu aku bisa mau kemanapun,"
Nara sejak tadi mengoceh yang terlihat gelisah.
"Tidak Nara, sudah lebih baik kamu menjadi seperti ini yang artinya kamu bisa membantu dan daripada kamu menjadi hantu yang tidak bisa berbicara sama sekali," ucapnya dengan menepuk jidatnya yang tidak ingin keceplosan yang pada akhirnya raganya akan kembali seperti semula.
Bahu Nara yang ditepuk membuatnya dengan cepat menoleh ke belakang dan siapa lagi jika bukan itu adalah Sagara.
"Dokter!"
"Huhhhh...." bikin jantung Nara ingin copot saja," ucapnya yang membuat Sagara tersenyum dengan geleng-geleng kepala.
"Kamu itu ada-ada saja. Oh. iya kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Sagara dengan kebingungan.
"Menemani Om Haris yang sedang berbicara dengan orang yang bekerja di kantornya. Nara lebih baik menunggu di sini saja," jawab Nara.
"Begitu! Kalau Dokter ajak makan mau tidak?" tanya Sagara yang membuat Nara tanpa ragu menganggukkan kepala dengan cepat.
"Kamu seperti orang kelaparan saja," ucap Sagara tersenyum geleng-geleng kepala.
"Nara memang sangat lapar sekali," jawabnya mengusap perutnya.
Sagara mengerutkan dahinya ketika matanya tertuju pada lengan Nara yang memerah.
"Ini kenapa?" tanya Sagara memegang lengan anak kecil tersebut yang terlihat begitu mencemaskannya.
"Tadi pagi Tante Nindy marah besar kepada Nara dan menarik Nara ke dalam kamar mandi lalu menghidupkan air shower yang ternyata air panas," jawabnya dengan jujur yang membuat Sagara kaget.
"Dia melakukan itu kepada kamu?" tanya Sagara memastikan sekali lagi yang membuat Nara mengangguk.
"Astaga kenapa dia bisa setega itu?" tanya Sagara.
"Dia kesal kepada Nara. Karena Nara mengatakan kepada Om Heri kalau Tante Nindy meminta nomor ponsel Dokter dan setiap bertemu dengan Dokter selalu senyum-senyum," jawabnya dengan jujur.
"Apa kamu sering mendapatkan perlakuan seperti ini di rumah?" tanya Sagara.
"Nara baru saja tinggal di rumah itu dan Nara baru mendapatkan hal itu sekali ini saja tetapi tante Nindy memang sangat tidak menyukai darah dan sering berbicara yang tidak tidak kepada Nara," jawabnya yang jujur apa adanya.
Sagara terlihat memikirkan sesuatu, dari ekspresi wajahnya sangat terlihat jelas bahwa dia memang merasa ada yang tidak beres dengan keluarga pasien yang masih, di dalam sana.
Bersambung.....
dan pastinya ku harap ini cerita sp end..sumpeh capek bgt baca cerita udah baca berbab" eh diujung malah diganting kayak jemuran...gariiinngggg bookk
apa setelah ini ada kejutan lainnya yang akan terbongkar??? wah, pasti seru ini...
Ceritanya bagus, Konfliknya tidak terlalu bertele2 dan Sesuai alurnya jadi gak buat bosan ...
Penyampaian kosakatanya mudah dipahami....
Semoga sukses kakk othor❤️
kasian anara dikeliling orang jahat yang suka berkhianat apalagi ibu tiri & kakak tirinya, ingin menguasai apa yg dimiliki anara... termasuk heri, berselingkuh dgn kakak tiri anara.