NovelToon NovelToon
Untuk Lelaki Yang Telah Kupatahkan Hatinya

Untuk Lelaki Yang Telah Kupatahkan Hatinya

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Angst / Tamat
Popularitas:38.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Ghina Fithri

Blurb :
Seseorang yang pernah hancur cenderung menyebabkan kehancuran pada orang lain.

Aku pernah mendengar kalimat itu, akan tetapi aku lupa pernah mendengarnya dari siapa. Yang jelas, aku tahu bahwa pepatah itu memang benar adanya. Aku yang pernah dihancurkan oleh rasa terhadap seseorang, kini telah menghancurkan rasa yang orang lain berikan terhadapku.

Aku sungguh menyesal karena telah membuat dia terluka. Oleh karena itu, aku menulis semua ini. Dengan harapan suatu saat dia akan membacanya dan mengetahui bahwa aku pun mempunyai perasaan yang sama.

Meskipun mungkin sudah sangat terlambat.

Hai, Lelaki yang Telah Kupatahkan Hatinya, tulisan ini untukmu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Ghina Fithri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Ini Benaran, Kan?

Akhirnya kami menyudahi sesi “perkenalan” Ghani hari ini setelah menyantap lima porsi pecel ayam lebih banyak dari jumlah kami yang hadir sekarang. Itu berarti hanya ada satu orang yang tidak ikut makan dengan porsi double, dan alasannya bukan karena malu-malu. Siapa lagi kalau bukan Mimi. “Enggak boleh makan banyak biar besok pagi bajunya tetap muat di badan. Aku gak boleh mengembang dalam semalam. Please, please, please.” Dia merepet. Kejadian yang menimpa Lulu sebelum hari pernikahannya menjadi pelajaran yanh sangat berharga sekali buat kami. Tidak ada seorang pun dari kami yang menginginkan hal yang sama terjadi pada diri kami. Oh My Goodness, jangan sampai.

Di kalakian mobil segera bergerak menuju ke rumah Mimi untuk mengantarkan empat orang Teletubbies yang sudah menginap di sana dari kemarin malam sebelum Ghani dan aku sampai ke rumah.

“Kenapa, Kay?” Dari sudut mata aku bisa melihat Ghani kini tengah menatap bagian samping wajahku dengan oandangan yang penuh rasa penasaran dari kursi penumpang. “Ada apa? Apa semuanya baik-baik aja? Siapa yang telepon tadi? Si Rian, bukan?”

Aku hanya mengangkat bahu, berharap mengetahui kenyataan yang terjadi secepatnya. “Bang Rian bilang enggak ada apa-apa, tapi aku malah tambah enggak tenang habis dengar itu. Semoga aja aku salah.”

Disentuhnya bahuku lembut. “Udah, ya. Tenang aja. Aku yakin si Rian ngomong jujur.” Ghani lalu tersenyum lembut, mencoba menenangkanku.

Kutolehkan pandanganku padanya sebentar, lalu membalas senyumnya. “Thanks, Ghan.”

"Anything, Kay. Anything."

****

Mobil berhenti di halaman rumah kirang lebih tiga puluh lima menit kemudian. Sudah hampir pukul setengah sepuluh malam, keluarga Papa dan Mama yang datang dari luar kota pasti sudah kembali ke penginapan untuk beristirahat. Seperti yang sudah Bang Rian katakan tadi, besok adalah hari yang besar, tidak hanya untuknya, akan tetapi juga untuk seluruh keluarga.

“Nah, benar, kan? Rumah kayaknya aman-aman aja. Gak ada sesuatu yang jelek terjadi. Kamu tuh udah dibilangin jangan suka overthinking, masih aja. Ih!” komentar Ghani. Dia mengacak-acak rambutku sekias sebelum membuka pintu mobil. "Yuk, ah. Turun."

Aku mengangguk dan mengikuti gerakannya. “Thank God banget kalau gitu. Yuk, ah.” Tak lama kemudian bunyi tanda alarm mobil telah aktif mengiringi langkah kami menuju ke arah pintu depan.

“Aku enggak nyangka ternyata kamu cukup beda, ya, dari teman-teman kamu yang lain. Walaupun baru ketemu sehari, aku yakin kalau kamu agak pendiam dari mereka.” Ghani meng-“air quote” kata pendiam dengan jarinya.

Caranya menggunakan istilah itu membuatku tertawa. Aku yakin pendiam yang dimaksud tidak berarti yang sebenarnya. “Kalau menurut kamu aku yang cerewet ini bisa dianggap pendiam, boleh dibilang maksud kamu teman-teman aku yang lain berisik, gitu?”

Ghani mengangkat bahu sambil menahan senyum. Dia di kalakian mengucapkan salam ketika kami masuk ke dalam rumah. Terdengar jawaban salam dari ruang tengah, sepertinya semua orang sedang berkumpul di sana. “Awas, ya, kamu. Nanti aku kasih tahu ke mereka kalau kamu bilang mereka berisik.”

Sambil terkekeh aku menggoda Ghani yang segera melakukan kuncian ala taekwondo. Dia tahu-tahu sudah mengapit kepalaku dengan lengannya sehingga hidungku kini berada tepat di bagian ketiak bajunya. Aku meronta, minta dilepaskan sambil terbahak. Meski sudah seharian mengikuti kami mengitari kota, entah kenapa pemuda ini masih wangi saja. “Oke, oke. Ampun, Ghan, ampun. Aku enggak bilang mereka, deh. Please, aku gak tahan sama bau ketek kamu. Bulu hidung aku rasanya mau rontok semua ini! Ghani!”

“Kalian udah pulang.”

Suara yang aku yakin berasal dari Bang Rian itu otomatis menghentikan aksi kekanak-kanakan kami. Ghani segera melepaskan “pitting”-annya dengan kagok karena Nada suara dan suasana yang agak aneh, batinku. Akhirnya aku menegakkan tubuh, mengedarkan pandangan ke ruang tengah dengan saksama. Di sana ada Papa, Mama, Bang Bian dan Bang Rian yang sedang duduk di atas sofa. Sedangkan Uni Cya sepertinya sedang menemani Genta yang bermain di atas karpet dengan seseorang lainnya, yang kemudian mengangkat kepala dan menatap kami.

Dia.

Aku kini yakin. Dialah sumber keanehan perasaanku sebelumnya. Dialah yang dimaksud oleh Bang Rian dengan tidak ada apa-apa yang terjadi di telepon tadi. Tidak ada yang terjadi, memang benar. Namun, ternyata ada seseorang yang datang.

Alex. Seketika keheningan menyebar di udara. Hening yang canggung, yang sumbang, yang membuat kulitku gatal dan perih.

Genta menoleh ke arah pandangan Om Liannya dan langsung semringah ketika melihat kami. “Om Ghaniiii, ada Om Alex di sini.” Genta yang tidak mengerti apa yang tengah terjadi di sekitar sekonyong-konyongnya berlari ke arah Ghani yang langsung jongkok untuk menyambutnya. “Om Alex tadi beliin Genta robot Transformer.” Bocah berusia tiga tahun itu mengangkat tangan untuk memamerkan robot yang sedang dipegangnya.

Apa yang sedang terjadi?

“Iya, bagus banget robotnya. Genta tadi udah bilang terima kasih kan sama Om Alexnya, belum?” Ghani menuruni tangga yang membatasi ruang tamu dan ruang tengah dengan Genta di dalam dekapannya. Dia di kalakian menuju ke arah Alex yang kini sudah berdiri. Pemuda yang berkulit sawo matang itu lantas mengulurkan tangan sambil menyebutkan nama untuk memperkenalkan dirinya. “Ghani.”

“Alex.” Lelaki bule yang nampak bak langit dan balas memperkenalkan diri. Andrew lalu mengalihkan pandangannya padaku dan mengabaikan senyum Ghani. “Hi, Kayra.” Dia malah tersenyum padaku.

How I missed that smile. Aku membalas sapaannya dengan sebuah senyuman, senyum kebingungan yang aku yakin bentuknya remuk di sana-sini. Apa yang sedang terjadi, Tuhan? Kenapa Alex bisa ada di sini? Siapa yang bisa kumintai penjelasan tentang semua ini? Tiada seorang pun kecuali ... dia. Aku langsung menusukkan tatapan we-need-to-talk-now yang tajam kepada Bang Rian.

Thank God si calon manten cepat mengerti. “Eh, Ghan, duduk dulu. Ada yang mau gue tanya sama Kayra bentar.” Bang Rian melambaikan tangannya ke arah tempat duduk yang sebelumnya dia tempati. “Dek, baju Abang buat besok gimana? Kamu belum cek kan? Yuk, bajunya Abang taruh di kamar kamu tadi.”

Hadeeh.

Ke-salah-tingkah-an kembarannya membuat Bang Bian memutar bola mata. Sejak kapan aku menyimpan baju yang akan dia pakai untuk acara pernikahannya? Apa urusannya baju itu ada di kamarku? Payah.

Aku tersenyum pada Ghani sebelum berbalik dan mendahului Bang Rian menuju ke kamarku, sementara terdengar Ghani menyapa anggota keluarga yang lain di balik punggung kami. Bang Rian segera masuk ke kamarku dan menutup pintu di belakangnya. “What’s going on here, Bang?” Aku mulai meluapkan perasaan tidak nyamanku padanya. "Apa yang sedang terjadi? Kenapa Abang gak ngasih tahu ke aku kalau Alex ada di sini? Itu Alex benaran kan, Bang? Dia nyata, kan? Dia barusan benaran nyapa aku dan senyum sama aku kan, Bang?"

To be continued ....

1
Ran Aulia
Bagus banget kak , 👍👍👍👍👍😍😍😍😍

terimakasih ya kak ❤️❤️❤️❤️
Sukma Dewi
bagus banget...
Sukma Dewi
ceritanya bagus banget...aku mendalami banget peran smua tokoh nya.... salut buat penulis....bisa buat aku nangis....👍👍
with_mercii
alurnya jelas ceritanya menarik.. semangat buatmu thoor.. 5 star n like buatmu!!!! 😁
ANJ
KEREN BANGET .
MouthofMexico
Mantap ceritanya thor👍 Like&5 🌟 mendarat untukmu... Semangat terus💪
Cinta Insta
Thor, aku gamau jadi arwah penasaran karena nungguin thor lanjut hiks
Widya Pertiwi
Aaaa! Author kece! Crazy up thor!
Winda Utami
seru thor... perjalan akan dimulai....
CupcakeHugs
Aku belum bisa move on dari bab sebelumnya.. tapi aku nungguin bab baru.. gimana dong..
SecretGiggle
Keren kak 🤩🤩 Semangat terus...
SoftMambo
Terdebest sihh kalau baca karya-karya author, apalagi sambil rebahan gini dan mendukung halu sebelum tidur wkwkw
Ghiie-nae: makasih, Kak🙏🙏🙏
total 1 replies
Arno Prayoggo
suka banget sama alur ceritanya..top bgt ..
Kepala Pil
sukses selalu authorr 🤗🤗 aku selalu mendukung mu
alchemyworks
Semangat menulis untuk karyanya yang luar biasa kak, sukses selalu😊💪🙏
love hunter
aaa thanks Thor ma bonus nya makin sayang author deh😘
DazzledSweetie
Hah demi apa udh sampe bab paling baru? Padahal baru baca tadi… Yuk lanjut thor!
fleurlovin
jangan baperan donk thor..cukuo kita 2 aja yg baperan bc nya..itu cm sedikit badai yakin kami tetap mendukungmu.. semangat !!!
moonjuice
Saya suka kalau alur dan ceritanya jelas kayak gini nih! Semangka! Semangat kakaaaak~
DazzledSweetie
Ceritanya gak ngebosenin, pokoknya aku dukung terus thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!