Setelah dikhianti oleh pria yang dicintainya, Vani tidak ingin lagi jatuh cinta, tetapi takdir justru mempertemukan Vani dengan Arjuna.
Seorang CEO yang dikenal dengan rumor sebagai pria gay.
Karena suatu alasan, Vani setuju saat Juna melamarnya, karena berpikir Juna seoarang gay dan tidak mungkin menyentuhnya. Namun siapa sangka jika rumor tentang gay itu salah. Juna adalah sosok suami yang begitu memuja Vani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Makan Malam
Beberapa hari berlalu, dan selama beberapa hati itu juga banyak hal yang tidak Vani duga terjadi. Seperti pelayan atas suruhan Arjuna yang selalu mengantarkan sarapan dan makan malam. Tak hanya itu, selain setiap hari Vani mendapat kiriman bunga dari Arjuna, saat siang hari pria itu juga mengirim orang membawa makan siang bukan hanya untuk Vani, tapi juga untuk semua penghuni kantor. Sesuatu yang tidak biasa dilakukan seorang pria untuk pasangan menurut orang-orang kantor.
"Selamat pagi nyonya Arjuna," sapa satpam kantor pada Vani yang baru tiba di kantor.
Vani hanya bisa memberikan tatapan tajam pada satpam itu tanpa niat membalasnya, sebab hal itu sudah sering terjadi dalam beberapa hari ini. Karena Arjuna, semua orang jadi menyebutnya nyonya Arjuna.
"Van, kamu yang diperlakukan seperti ini, tapi aku yang senang." Esi yang datang bersama Vani, mulai berkomentar.
"Berhenti membahasnya. Setiap hari selalu tentang dia," tegur Vani.
Setelah semua yang terjadi saat dipernikahan Johan, serta apa yang dilakukan Arjuna beberapa hari belakangan, status sebagai pasangan Arjuna sudah melekat pada Vani. Vani seolah tidak dapat menyangkal semuanya saat bukti lebih kuat dari pada penolakannya. Vani juga tak lagi berniat membantah, membiarkan semua itu terjadi, serta mengambil keuntungan dari semua itu agar terhindar dari Johan, serta berita miring yang akan mengatakan dia sebagai pelakor sebab Johan juga selalu saja mengejarnya.
"Selamat pagi, Tante."
Jam kerja sudah di mulai, Vani tersenyum ramah menyapa salah satu nasabah yang sama yang setiap hari datang untuk menyetor uang.
Wanita itu adalah Ajeng. Sudah lima hari berturut-turut Ajeng selalu datang, semua itu dia lakukan agar bisa lebih mendekatkan diri pada Vani, dan semua itu berhasil. Meski pun semua terasa janggal, tetapi pada akhirnya Vani terbiasa atas kehadiran Ajeng yang sekarang sudah dia panggil dengan sebutan Tante, seperti yang wanita itu pinta.
"Selamat pagi, Sayang," balas Ajeng tersenyum.
Beberapa saat kemudian, setelah semua proses penyetoran selesai, Ajeng memanfaatkan keadaan antrian teller hari ini yang terbilang sepi, untuk sedikit berbicara dengan Vani.
"Vani, apa kamu punya pacar?" tanya Ajeng mengejutkan Vani yang sontak menatapnya.
"Tidak. Ada apa Tante?" tanya Vani balik.
Pertanyaan Ajeng sudah sangat dimengerti oleh Vani, sebab hal seperti itu sering terjadi. Pertanyaan yang sama dari nasabah lainnya.
Jadi benar kecurigaanku. Semua ini pasti ada maksudnya. Batin Vani.
"Oh, cukup mengejutkan gadis secantik kamu tidak punya pasangan." Ajeng tersenyum kaku mendengarnya sebab sedikit kecewa saat Vani tak mengakui hubungannya dengan Arjuna, berbeda dengan berita yang ada.
Kenapa raut wajah Tante Ajeng terlihat sendu? Vani bingung melihatnya.
"Sayang. Tante punya anak perempuan, dia sulit sekali mendapatkan teman, dia sangat pemilih. Tapi Tante yakin kalian cocok, apa kamu mau berteman dengan putri Tante?" tanya Ajeng semakin membuat Vani bingung. Sebelumnya Vani pikir Ajeng berniat menjodohkan Vani dengan anaknya, tetapi ternyata anak Ajeng seorang perempuan. Meski sedikit bingung, tapi Vani juga sedikit lega.
"Tentu saja, Tante. Kenapa tidak." Vani tersenyum menjawab.
"Bagaimana kalau nanti malam kita makan malam bersama di rumah Tante, sekalian tante kenalkan sama anak Tante. Apa kamu punya waktu nanti malam? Kebetulan besok kalender merah," tawar Ajeng.
Vani bingung harus menjawab apa, tetapi saat melihat beberapa nasabah mulai datang, Vani berpikir harus cepat menyelesaikan pembicaraan mereka sebelum Vani mendapat teguran dari atasannya.
"Baiklah, Tante. Aku bisa, terima kasih sudah mengundangku. Tante berikan saja alamatnya, nanti aku akan datang!" Vani menjawab tanpa pikir panjang.
Ajeng yang mendengar itu merasa sangat senang. "Baiklah, kalau begitu Tante pulang dulu. Jangan lupa nanti malam, ya. Tante akan mengirim supir untuk menjemputmu," ucap Ajeng lagi sebelum keluar dari sana.
"Baik Tante," jawab Vani tersenyum melepas Ajeng pergi dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
***
Malam harinya, Vani tengah bersiap di kamarnya ditemani Esi dan Karina. Karina sudah mendengar semua cerita tentang Vani dari Esi. Karina tentu senang mendengar itu, sama seperti Esi yang mendukung Vani bersama Arjuna, Karin juga mendukung itu.
"Kenapa kamu terlihat gugup?" tanya Karin.
"Entahlah. Bagaimana jika anak tante Ajeng tidak mau berteman denganku?" Vani balik bertanya pendapat kedua sahabatnya itu.
"Kecil kemungkinan. Semua orang menyukaimu, Van. Kamu beda dengan kami. Kamu lebih mudah mendapatkan teman sebab semua orang selalu merasa nyaman berteman denganmu," jawab Esi.
"Aku setuju dengan itu," sahut Karina.
"Hmmm... Semoga saja," ucap Vani berharap.
Suara bel terdengar di saat mereka tengah berbicara. "Itu jemputannya. Apa menurut kalian penampilanku sudah baik?" tanya Vani lagi sebelum membuka pintu.
Kedua sahabat Vani secara kompak menjawab. "Sempurna." Lalu tertawa.
"Baiklah, aku pergi dulu kalau begitu," ucap Vani.
Pintu dibuka, tetapi tebakan mereka salah, sebab yang datang bukan jemputan Vani, melainkan pelayan yang membawakan makan malam kiriman Arjuna.
Vani baru saja akan menolak, bersamaan dengan seorang pria paruh baya yang terlihat menghampiri mereka. "Dengan Nona Vani?" ucap pria itu.
"Iya, saya. Ayo langsung saja, Pak!" ajak Vani bergegas pergi. "Bi, maaf!" ucapnya singkat pada pelayan.
Pelayan Arjuna yang melihat itu hanya bisa terdiam. "Dia terburu-buru, dia akan pergi makan malam di rumah seseorang, bibi bawa saja kembali makanan ini!" ucap Karina sopan.
"Pria atau wanita, Nona?" tanya pelayan itu.
"Pria," jawab Esi cepat.
Karina yang melihat itu menatap bingung pada Esi yang hanya tersenyum penuh arti menatapnya.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi!" Pelayan itu pergi.
Setelah pelayan itu pergi, Karin dan Esi kembali masuk ke dalam apartemen Vani. "Kenapa kamu berkata itu pria?" tanya Karin bingung.
"Aku hanya ingin melihat respon Arjuna, hahaha... Sepertinya akan seru melihat pria itu cemburu," jawab Esi dengan santainya.
Apa yang dikatakan Esi benar adanya, Arjuna yang baru saja tiba di bandara merasa kesal saat mendengar laporan dari pelayan jika Vani pergi makan malam dengan seseorang.
"Berengsek, siapa yang berani ingin bersaing denganku?" geramnya.