Addara Azalea, gadis cantik dari desa plosok yang di panggil Dara. Tanpa sengaja menemukan sebuah batu berbentuk buku di tengah hutan saat ia mencari kayu bakar.
Bagaimana jadinya jika ia mendapatkan warisan dari wanita super kuat pada jamannya?
Akankah hal aneh yang terjadi padanya bisa membuat kehidupan Dara berubah menjadi lebih baik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiindy ArAs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Tentang Dimas
Dara melanjutkan kultivasinya di dalam kamarnya di saat semua orang sudah terlelap. Ia perlahan mengumpulkan energi Chi lalu ia alirkan ke semua titik meridian.
Dara hanya tidur beberapa jam saja, itupun jika ia ingin. Meskipun ia hidup di jaman modern, bukan seperti Liu Annchi yang berada di jaman peperangan. Namun ia tetap melatih kekuatannya agar ia sekuat Liu Annchi, setidaknya dengan itu ia bisa melindungi orang-orang yang ia sayangi dari bahaya apapun itu.
Waktu cepat sekali berlalu dan hari sudah pagi, Dara membuka matanya mengakhiri kultivasinya saat Fajar sudah mulai menyingsing.
Ia Menganti pakaiannya dengan pakaian olahraga, ia turun ke lantai dasar untuk olahraga dan melatih fisiknya di tempat Gym. Saat berada di sana ia melihat Dimas dan Ryan sudah berada di sana juga.
"Pagi Kak Dara" sapa keduanya
"Pagi, kalian di sini?" tanya Dara
"Iya kak, Dimas sama Ryan mau latihan fisik dulu sebelum nanti sore guru taekwondo datang, aku harus kuat agar bisa melindungi kakak" ucap Dimas
"Aku juga, aku ingin melindungi keluargaku. Setidaknya buat jaga diri" sahut Ryan.
Dara memang sudah menghubungi seorang master taekwondo dan mengajari keduanya di mansion, jadi mereka tidak perlu datang ke Dojo dan bisa mengatur jadwalnya sendiri.
Adapun master taekwondo itu seorang pria berusia 34 tahun bernama Aiden. Dia banyak meraih penghargaan dan juga memiliki Dojo di pusat kota.
"Bagus, kakak suka semangat kalian. Lanjutkan saja olahraga nya, kakak juga akan melakukan hal yang sama" ucap Dara
Ia kemudian mulai melatih tubuhnya, Dimas dan Ryan syok, saat melihat Dara mampu angkat beban berat yang sangat mustahil di lakukan wanita. Dan melakukan treadmill dengan kecepatan dalam waktu satu jam tanpa henti, bahkan Dimas dan Ryan yakin mereka tidak sanggup.
"Kak ayo sarapan dulu" ajak Dimas yang menenggak air mineral yang di sediakan pelayan di sana.
"Duluan aja dek, kakak masih melatih tubuh. Setidaknya sejam lagi" ucap Dara
"Ya kak" ucap Dimas menurut, ia keluar bersama dengan Ryan.
....
Dimas dan Ryan sudah seperti saudara kembar, keduanya bermain dan belajar bersama. Kadang mereka juga bermain dengan White di kandang tanpa rasa takut.
Dan saat ini, Dimas melihat Ryan yang sedang di peluk oleh Agam sembari bercanda, Dimas juga menghampiri mereka
"Pak Agam, Dimas mau di peluk juga?" pinta Dimas tersenyum tipis.
"Eh tuan muda, hmm boleh sini!" ucap Agam dengan senang hati memeluk tuan mudanya itu dengan sayang.
Ryan yang melihat hanya tersenyum hangat, ia sama sekali tidak iri atau marah. Ia justru sangat senang dengan Dimas yang notabene anak orang kaya, terlihat sangat dekat dengan mereka yang hanya orang biasa.
Apalagi Ryan pernah mendengar dari Dimas, jika ia ingin sekali merasakan pelukan seorang ayah. Jadi ia merasa sedih untuk Dimas.
"Ah, ternyata begini rasanya di peluk seorang ayah. Hangat" ucap Dimas tersenyum dan memeluk Agam erat.
Agam terkejut mendengar ucapan tuan mudanya, ia kemudian membalas pelukan Dimas lebih erat lagi.
Namun Agam lebih terkejut saat ia melihat Dara yang berdiri tak jauh dari sana sambil tersenyum dan mengangguk. Awalnya takut Dara akan marah, tapi ternyata dara malah menggerakkan bibirnya seakan mengucapkan terimakasih pada Agam.
Setelah selesai acara pelukan, Agam kembali bekerja. Dimas dan Ryan kembali bermain di sana.
....
Pukul 1 siang, Feli dan Lucas datang ke Star Mansion, mereka tampak sedikit linglung. Keduanya tidak menyangka jika bos mereka sangat kaya.
Lucas dan Feli di jamu dengan baik, keduanya menunggu Dara yang sedang di panggil oleh Agam.
Tok! Tok! Tok!
aagam mengetuk pintu kamar Dara.
"Masuk!" ucap Dara dari dalam, Agam membuka pintu dan masuk.
"Nona, di bawah ada Tuan Lucas dan nona Feli" ucap Agam
"Hmm biarkan mereka menunggu sebentar lagi Pak" ucap Dara
"Baik non, saya permisi" ucap Agam
"Tunggu pak Agam, saya ingin berterima kasih, karena bapak sudah mau menyayangi Dimas" ucap Dara tulus
"Nona anda tidak perlu berterima kasih, harusnya saya minta maaf sudah berani memeluk tuan muda" ucap Agam
"Tidak Pak, saya tetap berterima kasih. Saya tahu jika Dimas sangat menginginkan sosok ayah jauh di dalam hatinya. Karena dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang itu" ucap Dara
"Apa orang tua nona meninggal sejak Tuan muda masih kecil?" ucap Agam berani bertanya.
"Ibu kami meninggal dua tahun lalu, tapi orang yang harusnya aku sebut ayah. Dia sebenarnya belum meninggal" ucap Dara dengan kebencian yang bisa di rasakan Agam.
"Dia meninggalkan kami saat Dimas berumur satu tahun saat itu. Dia meninggalkan kami demi wanita lain, bahkan tanpa hati membuang kami tanpa meninggalkan uang atau tempat tinggal, kita di usir begitu saja dari rumah yang harusnya menjadi tempat berlindung kami" ucap Dara dengan menahan amarahnya.
Agam menahan nafasnya saat mendengar cerita Dara, ia juga marah pada ayah dari kedua majikannya itu.
Bagaimana mungkin seorang ayah, tega menelantarkan anak-anaknya hanya demi wanita lain? Bahkan harimau sekalipun sangat menyayangi anak-anaknya mereka.
Agam yakin jika ayah dari Dara dan Dimas akan menyesal telah menelantarkan kedua anak mereka.
"Nona..." ucap Agam
"Aku hanya ingin pak Agam tahu, jadi tolong perlakuan Dimas seperti anak bapak juga. Biarkan dia merasakan bagaimana memiliki seorang ayah, sama seperti Ryan dan Alan" ucap Dara
"Tentu nona, saya juga sangat menyayangi Dimas dan nona seperti anak saya sendiri" ucap Agam
"Terimakasih pak" ucap Dara tersenyum
"Sama-sama Nona, saya permisi dulu" ucap Agam berbalik pergi. Namun ia terkejut saat melihat Dimas ada di luar kamar.
"Tuan muda" ucap Agam terkejut.
Dimas hanya tersenyum pada Agam lalu masuk ke kamar kakaknya. Pak Agam tidak ingin terlibat, dia hanya berdoa semoga kedua majikannya selalu di berikan kebahagiaan.
Melihat Dimas di sana, Dara tersenyum dan melambaikan tangannya agar Dimas mendekat. Dimas langsung menghamburkan diri ke pelukan kakaknya.
Dara mengerti jika Dimas terkejut mendengar apa yang dia katakan. Karena setahu Dimas, ayahnya sudah meninggal dan sekarang ia tahu kenyataan bahwa ayahnya masih hidup.
"Tanyakan saja apa yang ingin kau tahu" ucap Dara
"Apa yang tadi kakak bicarakan ke Pak Agam itu benar kak?" tanya Dimas
"Ya" jawab Dara.
"Bisa kakak ceritakan padaku? Kenapa ibu tidak pernah mengatakan ini pada Dimas? Kenapa ibu hanya memberi tahu kakak" ucap Dimas dengan mata memerah menahan tangis.
"Karena itu adalah luka terbesar yang ibu dan kakak rasakan. Ibu tidak ingin kamu bersedih saat mengetahui kebenarannya, maka dari itu ibu tidak pernah menceritakan tentang orang itu pada kita. Kakak tahu karena saat itu melihat sendiri bagaimana orang itu mengusir kita dan mengatakan jika ia sudah menikah lagi dengan seorang janda beranak satu dengan mudahnya" ucap Dara
"Kenapa Dia tega meninggalkan kita kak, Dia jahat hiks Apa Dia tidak sedikitpun memiliki rasa kasih sayang sebagai seorang ayah? Bagaimana pun darahnya mengalir di tubuh kita. Dia lebih kejam dari pada binatang! Aku membencinya kak, aku sangat membencinya!" ucap Dimas tidak kuat menahan tangis dan akhirnya pecah.
"Jangan bersedih, bukankah kau masih punya kakak, Pak Agam dan Ryan? Kita masih bisa hidup dan bisa merasakan bahagia meski tanpa orang itu!" ucap Dara
"Hmm, kakak benar. Kita masih bisa hidup tanpa orang itu, aku akan menjadi orang yang sukses dan membahagiakan kakak di masa depan" ucap Dimas.
"Tentu, kau memang kebanggaan kakak dan ibu. Jadilah kuat dan juga orang baik, jangan seperti Dia yang menyakiti perasaan keluarganya demi wanita dan anak orang lain" ucap Dara
"Hmm" ucap Dimas mengangguk
...••••••...