NovelToon NovelToon
Bidadari Penghapus Luka

Bidadari Penghapus Luka

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda
Popularitas:7M
Nilai: 4.6
Nama Author: ujungpena90

Hasna berusaha menerima pernikahan dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia kenal. Bahkan pertemuan pertama, saat keduanya melangsungkan akad nikah. Tak ada perlakuan manis dan kata romantis.

"Ingat, kita menikah hanyalah karena permintaan konyol demi membalas budi. jadi jangan pernah campuri urusan saya."
_Rama Suryanata_


"Terlepas bagaimanapun perlakuanmu kepadaku. Pernikahan ini bukanlah pernikahan untuk dipermainkan. Kamu telah mengambil tanggung jawab atas hidupku dihadapan Allah."
_Hasna Ayudia_

Mampukah Hasna mempertahankan keutuhan rumah tangganya? Atau justru menyerah dengan keadaan?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ujungpena90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Mobil merah yang ditumpangi Hasna memasuki pekarangan rumah keluarga Suryanata. Sesuai keinginan mama mertua, Hasna akan tinggal disana untuk beberapa hari, sampai Rama pulang dari luar kota.

"Pak Hadi." Panggil Hasna pada satpam yang tadi membukakannya gerbang depan.

Pak Hadi setengah berlari menghampiri Hasna yang berdiri di depan mobilnya.

"Iya, Non. Ada yang bisa bapak bantu?"

"Ini ada camilan buat bapak." Hasna mengangsurkan sekotak kue dalam kantong plastik yang dibawanya kepada Pak Hadi.

"Alhamdulillah, terima kasih banyak, Non." Ucap pak Hadi sumringah.

"Iya, sama-sama, Pak."

Hasna kembali melangkahkan kaki ke dalam rumah. Ternyata semuanya sedang berkumpul di ruang keluarga.

"Assalamu'alaikum." Hasna menyongsong kedua mertuanya, dan mencium tangan mereka.

"Wa'alaikumussalam."

"Mbak Hasna jadi nginep sini?" Tanya Nayla.

"Iya."

Hasna lalu ke dapur untuk memindahkan kue yang dibawanya dari toko. Kemudian menyuguhkannya di atas meja.

"Hasna nggak tau kue kesukaan Mama sama Papa. Semoga suka, ya." Ia pun memposisikan duduk di sebelah Nayla.

"Ini produk dari toko kamu semuanya?" Tanya Pak Andi yang mengambil sepotong red velvet dan mulai mencicipinya.

"Iya, Pa. Gimana rasanya? Mungkin ada yang perlu diperbaiki lagi?" Hasna memperhatikan ekspresi mertua laki-lakinya menikmati sesuap red velvet ditangannya.

"Enak bikinan Mama kamu." Ucap beliau sambil melirik ke arah sang istri.

Mungkin Hasna harus belajar lagi. Mencoba resep mertua apa salahnya?.

"Kalau menurut penilaian, red velvet bikinan Mama ada di angka 8. Sedangkan buatan menantu kesayangan Mama ada di angka 10. Perfect." Lanjut Pak Andi, diiringi dengan pujian, serta mengacungkan ibu jari dan telunjuk yang disatukan.

Seketika senyuman Hasna merekah mendengar pujian mertuanya. Jujur saja, mendengar penilaian mertua lebih menegangkan daripada mendengar penilaian customer.

"Mbak Hasna tau nggak, kalau Kak Rama suka banget sama red velvet. Dulu, sering banget sepulang dari kantor Kak Rama pasti sempetin mampir buat beli red velvet. Tapi setelah mama bereksperimen berkali-kali, akhirnya Kak Rama nggak pernah beli di luar. Katanya bikinan Mama lebih enak."

Bu Diana menggelengkan kepala dan tersipu mendengar pujian putrinya.

"Wah, berarti Hasna bisa dong minta diajari resep dari Mama." Kata Hasna pada mertua perempuannya.

"Itu dulu sayang, sebelum Rama kenal red velvet buatan istrinya. Nanti kalau sudah cobain, pasti lupa sama rasa bikinan Mama." Bu Diana pun ikut mencoba kue produk dari gerai usaha menantunya.

"Emmmm....Mama semakin yakin kalau rasa red velvet buatan Mama akan terganti dengan rasa buatan istri tercinta." Puji Bu Diana yang disambut dengan senyuman sang menantu.

***

Melihat pemandangan kota di malam hari dari ketinggian, sungguh indah memanjakan mata. Rama merogoh ponselnya yang ada di saku celananya. Hendak mendial nomer Nayla, namun ia urungkan. Adiknya itu terlalu ember jika menyangkut masalahnya dengan Hasna. Apalagi Nayla sudah terlalu klop dengan istrinya itu.

Nama Nayla terganti dengan nama Mamanya, tapi lagi-lagi ia urungkan. Bisa-bisa kena omel nantinya jika ketahuan tidak memiliki nomer istrinya.

Rama menghembuskan kasar nafasnya. Rumit sekali hubungannya dengan perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu. Hanya untuk menghubungi saja harus mengurungkan niatnya berkali-kali. Akhirnya ia putuskan untuk menghubungi nomer rumah keluarga Suryanata. Ini yang paling aman, karena kemungkinan besar yang mengangkat pastilah Mbok Sumi.

Di deringan ke tiga, teleponpun diangkat. Namun sungguh sial, niat hati menghindar dari Nayla dan Mamanya, tapi malah salah satu dari mereka yang mengangkat teleponnya.

"Halo, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, Ma."

"Rama? Ada apa, sayang?"

Hanya ingin menanyakan keberadaan istrinya saja, membuat lidah serasa tercekat. Rama menelan salivanya dengan susah payah. Menyiapkan telinganya untuk mendengar repetan panjang sang Mama, jika tebakannya benar.

"Ehemm...Hasna...jadi menginap di rumah Mama?" Akhirnya kalimat itu keluar juga.

"Kenapa tidak kamu tanyakan sendiri pada istrimu?"

Benar dugaannya, akhirnya kalimat keramat itu keluar juga. Rama mencoba mencari kalimat yang pas untuk menjawab pertanyaan Mamanya. Jangan sampai semakin melebar nantinya.

"Kenapa? Jangan bilang kamu tidak tau nomer istri kamu sendiri." Terdengar sinis sekali ucapan ibunya itu.

Belum juga membuka suara, Mamanya sudah memberikan pertanyaan yang terdengar sedikit frontal menurutnya.

"Bukan begitu, Ma. Tadi pagi sepertinya Hasna menolak. Makanya tadi Rama minta bantuan sama Mama supaya bujukin Hasna." Jawab Rama setenang mungkin, berusaha mengelak tuduhan ibunya.

Hanya kalimat itu yang dirasa pas untuk menjawab mamanya.

"Oh gitu, iya Hasna ada di sini sejak sore tadi. Sekarang lagi sama Nayla di kamarnya. Biasa, kamu tau sendiri kan adik kamu kalau ketemu Hasna, gimana?"

Rama sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang pastinya tidak akan baik jika membiarkan adik dan istrinya terlalu lama. Nayla yang terlalu kepo, pasti akan menanyakan segala hal kepada Hasna. Apalagi Hasna yang terlalu lugu pastinya akan memberikan jawaban apa adanya pada adiknya itu. Makin nyut-nyutan jadinya.

"Ya sudah, kalau begitu teleponnya Rama tutup dulu, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Rama bimbang, apakah harus menghubungi adiknya juga untuk memastikan apa yang tengah mereka lakukan?

"Aku rasa tidak perlu. Tapi, aahh..." Gumamnya frustasi.

Baru saja akan mendial nomer adiknya, terdengar ketukan pintu dari luar. Ternyata Ivan.

"Maaf, Pak. Apa Pak Rama sudah makan malam? Jika sudah, saya akan ke bawah sendiri."

Ivan berniat makan malam di restoran hotel, namun sungguh tidak pantas jika hanya dia sendiri yang ke sana. Sedangkan Bosnya tidak.

"Baiklah, tunggu sebentar."

Keduanya pun berjalan menuju lift yang akan membawa mereka sampai ke restoran. Pengunjung tak terlalu ramai, karena jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Keduanya terdiam, menunggu makanan yang telah dipesan. Terlihat Rama sesekali sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Ivan, mengamati gerak-gerik laki-laki dihadapannya itu.

"Ehemm.. maaf, Pak. Apa boleh saya menanyakan sesuatu?"

Kedua netra Rama yang semula fokus pada layar ponselnya, kini beralih pada asistennya.

"Apa?"

"Maaf sebelumnya, mungkin pertanyaan saya sedikit pribadi."

Kedua alis Rama bertaut saat mendengar ucapan asistennya. Entah apa yang akan dikatakan selanjutnya. Namun firasatnya mengatakan jika apa yang akan disampaikannya bukanlah hal yang menyenangkan.

"Apa mbak Hasna tidak memiliki hubungan spesial dengan Pak Rama?" Ivan sungguh berhati-hati menyampaikan pertanyaannya kali ini, karena ia sadar jika pertanyaan ini sudah mengarah ke ranah pribadi.

Benar dugaannya, Ivan menanyakan hal yang akan sulit ia jelaskan. Rama menahan nafasnya sesaat dan menghembuskannya perlahan.

"Maksud kamu, hubungan yang seperti apa?"

"Hubungan lebih dari sekedar kerabat, maksud saya, hubungan yang melibatkan perasaan."

Rama terlihat menghela nafasnya panjang, namun tak kunjung memberikan jawaban pada Ivan.

"Seperti yang saya katakan, Hasna adalah kerabat jauh Papa." Jawab Rama datar.

Pelayan mengantarkan pesanan di meja mereka, membuat Ivan menghentikan ucapan yang sudah berada diujung lidahnya.

Sejenak mereka menikmati makan malam dengan tenang, sebelum Ivan kembali mencari jawaban untuk menuntaskan rasa penasarannya.

"Apa mbak Hasna, masih single?"

Sebaris kalimat yang mampu membuat Rama tersedak makanan yang sedang ia nikmati.

Uhuk uhuk uhuk

Rama mengambil segelas air putih untuk melegakan tenggorokannya yang terasa terbakar hingga ke hidung. Sungguh asisten sialan, umpat Rama.

"Pak Rama baik-baik saja?"

Rama mengangguk dan mengelap sudut bibirnya dengan sapu tangan. Berusaha menetralkan kembali rasa yang membuat tenggorokan dan hidungnya tidak nyaman.

"Kenapa kamu menanyakan hal itu?" Tanya Rama setelah tenggorokannya lebih nyaman. Bukannya menjawab pertanyaan, malah melontarkan pertanyaan pada asistennya itu.

"Ya...apakah saya salah jika menanyakan hal itu? Dia hanya kerabat jauh Pak Andi, kan?" Ivan hanya benar-benar ingin memastikan hubungan perempuan yang tinggal dirumah atasannya itu.

Tidak salah memang jika Ivan bertanya tentang status Hasna. Apalagi dia sendiri mengenalkan Hasna sebagai kerabat jauh dari papanya.

"Tidak, Hasna....masih single." Walaupun ragu, ia tetap mengucapkannya.

***

Dukungan kalian adalah semangat buat author.

Jangan lupa like, komen, gift dan votenya ya.

makasih

1
Langit Jingga
kangen dehh dg kk otor.
Langit Jingga
semoga mkin byak pembaca y ,like n komen y utk karya inii.
.kereeen
sari emilia
yang bodoh itu hasna...kl aku ogah d perlakukn ky gtu apa lg aku chantik py kerjaan cuek aja lg...lk2 kl udh d cuekin pasti dia penasaran
sari emilia
kl aku aja ogah tebar pesona dgn lk2 spt itu msh ada kevin kn...bs jd teman...apa lg kl kt wanita yg bekerja ga ush pusing2 mikir lk2 ky gtu basi udh bkn jaman nya...buang aja k tong sampah...toh bkn kt yg mau nikah sm dia so kecakepan...lk2 model gtu d tukang loak,tukang besi d pemulung byk d obral murah 1000 dpt 10 pics
sari emilia
lk2 d dunia tu ga spt dlm novel ya cpt n mudah melupakn kecuali pr mk nya pr kl d tinggal mati atau berpisah dgn suami nya byk yg lbh sk dgn kesendiran sampai akhir hayatnya....tp kl d novel ini kebalik krn kiblat nya k drakor
sari emilia
perasaan d kamlung sy kl lk2 d tinggal pacar kwin kemudian d nikahkn org tuanya apalg kl cantik mrk seneng bnr tu....tp kl d novel ko sm semua ya apa krn penulis novel saling copypaste ya jd alurnya tu mirip semua tokoh aja yg beda
Langit Jingga: kyak y lomba kak jadi sama alur y
total 1 replies
sari emilia
bnr jg pr butuh kepastian kl yg muda dah mapan msh lempeng mding tua tp py tyjuan pasti kl cpt matikn resty dpt byk warisan 😄😄
Mira Ratmi rahayu
jahat sekali yaa rama
Mira Ratmi rahayu
kepedean kamu marissa
Mira Ratmi rahayu
yaa udah tamat,,,tp bagus kok ceritanya kusuka kusuka,,,slamat dan sukses slalu yaa author,,,,moga cepat dpt wangsit dan segera menetas crita barunya...😍😍😍😘😘😘😘
Mira Ratmi rahayu
Luar biasa
Mira Ratmi rahayu
hasna tugasmu jd istri berat kali
Mira Ratmi rahayu
selamat mengarungi bahtera rumahtangga hasna dan rama,baik2lah kalian
Mira Ratmi rahayu
awal2 rama cuek ama hasna,,,ntar bucin tau rasa
Mira Ratmi rahayu
ya ampun thor nyesek banget sii
Mira Ratmi rahayu
ygsabar yaa hasna,,,,btw sejauh ini aq suka ama jln critanya kk othor,,mudah2an nggak mbulet2 alur critanya yaaa,,,semangaat kk...
Mira Ratmi rahayu
tenang aja rama , hasna anknya baik kok,,,ntar klu kamu g suka,,,ceraikan biar dia bersama kevin...heheh
Mira Ratmi rahayu
saysng ksli kevin, hasna udah dipinang org lain
Mira Ratmi rahayu
sepertinya dia jodoh sementaramu aja hasna
Mira Ratmi rahayu
jangan sampe calon suami hasna adalah orang yg pernah dilihat direstorsn bersama cewek yg pake baju seksi itu yaa...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!