Nirmala tak pernah menyangka jika kesuciannya akan di rampas paksa begitu saja. Sejak kejadian itu dia membenci sosok lelaki tak di kenalnya yang sudah menodainya. Namun siapa sangka, lelaki itu ternyata atasan yang baru di kantornya. Dia Alvin Sanjaya Kusuma, yang merupakan satu-satunya penerus perusahaan Sanjaya Group.
Akankah Alvin bertanggung jawab dengan perbuatannya? Atau dia akan pergi begitu saja? Sedangkan dia sangat mencintai mantan kekasihnya yang bernama Cantika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amallia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode.29
Pak Dirga dan istrinya sangat kecewa kepada putrinya. Karena ternyata selama ini putrinya telah berbohong. Pak Dirga juga tidak bisa melarang Alvin untuk tetap bersatu dengan putrinya. Karena sepertinya Alvin sudah tak mencintai putrinya. Mungkin jika Pak Dirga yang ada di posisi Alvin, akan melakukan hal yang sama. Untuk kerja sama perusahaan, dan urusan lainnya masih terjalin erat. Pak Dirga sangat berbaik hati, walaupun Alvin akan menceraikan putrinya, namun bukan berarti memutus tali persaudaraan. Mereka akan tetap jadi saudara, namun bukan sebagai menantu lagi.
Berbeda dengan Pak Sanjaya yang sangat marah kepada anaknya, bahkan mengancam akan mencoret nama anaknya dari daftar warisan. Pak Sanjaya merasa tak enak kepada Pak Dirga. Karena pasti Pak Dirga dan keluarganya kecewa saat tahu jika Alvin akan menceraikan Cantika.
Alvin baru pulang dari pengadilan agama. Dia sudah memasukan pengajuan cerainya. Dia yang baru pulang, melihat ayahnya yang sedang berdiri di depn rumah.
''Pah, lagi ngaapain disini?'' tanya Alvin.
''Kamu tetap mau menceraikan Cantika? Apa kamu tidak mau memikirkannya lagi?''
''Tidak, keputusanku sudah bulat.''
''Biaklah jika itu maumu,'' lalu Pak Dirga memanggil pembanatunya. ''Bi, tolong bawa semua barangnya!'' pinta Pak Sanjaya.
Alvin sedikit heran saat pembantu di rumahnya membawa dua koper dan menaruhnya di belakang ayahnya berdiri.
''Itu koper siapa, Pah? Siapa yang mau pindahan?''
''Kamu, Vin. Mulai sekarang papah mengusirmu dari rumah ini. Kamu tidak boleh membawa fasilitas mewah hasil dari perusahaan. Hanya uang tabunganmu saja yang boleh kamu bawa.''
''Kenapa papah mengusirku? Apa papah sudah tidak menganggapku lagi sebagai anak? Papah melakukan ini hanya karena aku menceraikan Cantika. Kenapa papah tidak membela anak sendiri? Kenapa tidak memikirkan bagaimana perasaan anak sendiri? Baiklah jika itu maunya papah. Aku akan langsung pergi dari rumah ini. Tanpa papah aku juga bisa hidup mandiri di luar sana,'' Alvin mengambil dua koper yang ada di belakang ayahnya.
Alvin berpamitan kepada ayahnya, lalu dia segera pergi.
Pak Sanjaya menatap kepergian anaknya hingga tak terlihat lagi di pandangan matanya.
Alvin tidak menyangka jika ayahnya akan setega itu. Jujur saja dia sangat sedih. Namun jika memaksakan perasaan, tentu itu juga membuatnya tersiksa. Alvin sudah tidak bisa lagi hidup bersama dengan wanita yang sudah mengkhianatinya.
Alvin tidak tahu kemana dia akan pergi. Namun yang pasti dia harus berhemat. Mungkin hal yang pertama dia lakukan mencari kontrakan kecil. Dia akan mengontrak sambil mencari-ari lowongan pekerjaan. Tentu dia butuh bekerja agar bisa bertahan hidup.
Alvin pergi dengan menaiki taxi. Tujuannya saat ini mencari kontrakan yang murah tapi nyaman.
Setelah perjalanan hampir satu jam, Alvin sampai juga di depan gerbang masuk kontrakan. Kebetulan tadi sudah bertanya-tanya kepada satpam yang berjaga di kompleks perumahannya. Dia bertanya kontrakan yang murah tapi nyaman dan cukup luas. Dan dia di kasih tahu tempat itu. Menurut informasi yang dia dapat, biaya sewa perbulannya itu satu juta lima ratus.
Alvin menghampiri satpam yang sedang berjaga. Dia menanyakan kontrakan yang kosong. Ternyata masih ada kontrakan yang kosong. Dia juga di kasih tahu rumah pemilik kontrakan, yang kebetulan dekat dari sana. Alvin langsung saja mendatangi rumah pemilik kontrakan.
Setelah cukup lama berdiskusi, akhirnya Alvin memutuskan untuk menyewa salah satu kontrakan. Dia juga di antar berkeliling, untuk memilih kontrakan mana yang ingin dia tempati.
"Bu, sepertinya kontrakan ini cocok untuk saya. Saya ambil yang ini."
"Ini memang paling strategis, kanan kirinya berpenghuni. Oke saya siapkan kuncinya," ucapnya, lalu mengambil salah satu kunci dari kotak tempat penyimpanan kunci yang dibawanya.
Pemilik kontrakan sudah pulang, sedangkan Alvin langsung istirahat. Kebetulan kontrakan yang dia tempati sudah bersih, karena setiap hari dibersihkan. Jadi dia tinggal menempatinya saja.
'Ah lelahnya,' Alvin langsung merebahkan dirinya di atas kasur.
...........
Pagi harinya, Alvin terbangun dari tidurnya. Dia merasakan perutnya sangat lapar. Dia melihat cahaya matahari masuk ke dalam lubang angin jendela kamarnya.
''Astaga, aku kesiangan. Pantas saja sangat lapar,'' gumam Alvin, lalu dia turun dari atas tempat tidur.
Alvin segera membersihkan diri, lalu bersiap. Dia akan keluar untuk membeli nasi bungkus.
Beberapa menit kemudian, Alvin sudah terlihat rapi dengan penampilannya. Dia juga sudah terlihat tampan seperti biasanya. Hanya saja pakaian yang dia kenakan pakaian santai, bukan pakaian formal seperti hari-hari sebelumnya.
Alvin pergi ke warung nasi yang ada di seberang jalan. Kebetulan kemarin sore dia juga beli nasi bungkus disana, dan rasanya enak. Menunya juga ada banyak.
Alvin melihat ada tiga orang lelaki yang sedang sarapan disana. Pakaian mereka terlihat sangat rapi. Sepertinya mereka itu pekerja kantoran. Salah satu dari mereka ada yang mengenali Alvin.
''Pak Alvin,'' ucap Roni, yang duduk paling pojok.
Alvin menatap ke sumber suara. Dia baru menyadari jika dari ketiga lelaki itu salah satunya Roni yang merupakan mantan karyawannya.
''Roni, kamu tinggal di daerah sini juga?''
''Iya, Pak. Saya ngontrak sama istri dan anak saya. Terus Pak Alvin ngapain ada disini?''
''Kebetulan saya juga baru ngontrak di kontrakan depan.''
''Kenapa ngontrak? Bukankah Pak Alvin ini CEO?''
''Sekarang tidak lagi, karena saya sudah keluar dari rumah.''
''Yah sayang sekali, padahal Pak Alvin ini orang yang pintar.''
''Ya bagaimana lagi, ini sudah jalan takdir saya.''
Roni ingat jika di kantornya ada lowongan pekerjaan sebagai asisten CEO.
''Pak, kalau mau, nanti bisa saya rekomendasikan di kantor tempat saya bekerja. Kebetulan ada lowongan pekerjaan. Namun hanya sebagai asisten CEO.''
''Benarkah? Saya memang sedang mencari pekerjaan. Kalau begitu saya akan coba.''
''Nanti Pak Alvin ikut dengan saya ke kantor.''
''Baik, tapi nanti saya pulang dulu ke kontrakan mau ganti pakaian."
"Bapak santai saja, saya juga mau ngopi dulu disini."
Alvin langsung memesan nasi bungkus. Lalu dia membawanya pulang. Dia akan sarapan di kontrakan saja.
Alvin menghabiskan makanannya dengan tergesa-gesa. Karena dia sudah tidak sabar untuk ikut ke kantor tempat Roni bekerja. Alvin sangat berharap agar dia bisa diterima kerja disana. Karena saat ini dia sangat membutuhkan pekerjaan itu.